Pemuda Harapan Bangsa Masih Jauh Dirantau

  • Bagikan

BGD Raymon Piliang

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)

Mungkin ungkapan diatas terkesan halus dan tidak masuk akal, kenapa? karena kita terlalu underestimate terhadap kemampuan diri kita sendiri sebagai bangsa yang besar.

Bangsa Indonesia, bangsa yang tak hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga sumber daya manusianya yang berkualitas. Sayangnya, keberadaan mereka justru ditolak di negeri sendiri, dan lebih dihargai negeri asing.

Muhammad Kusrin misalnya, namanya sempat ramai diperbincangkan karena ia dapat merakit bahan bekas menjadi TV siap pakai. Namun, di depan matanya sendiri, ia harus merelakan karyanya yang dibuat dengan susah payah itu dihancurkan dengan alasan tak memiliki label SNI.

Ironis memang. Bahkan, Kusrin bukan satu-satunya penemu yang karyanya yang tak dihargai di negeri sendiri. Dirangkum dari berbagai sumber, beberapa penemu jenius yang tak diapresiasi di negeri sendiri, malah dihargai negara lain.

1. Prof. Dr. Khoirul Anwar – penemu teknologi broadband
Apakah ponsel yang anda gunakan untuk belajar sudah mampu menangkap jaringan 4G? Jika sudah maka berikan apresiasi pada Prof. Dr. Khoirul Anwar.

Ia dianggap sebagai salah satu peneliti terbaik di Jepang yang berasal dari Indonesia. Prof. Dr. Khoirul Anwar bekerja di Nara Institute of Science and Technology, ia memiliki paten 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), yaitu merupakan teknologi broadband yang diciptakan beliau, menjadi langkah awal terciptanya Mobile 4G LTE.

2. Yogi Ahmad Erlangga – rumus matematika dalam perminyakan
Selanjutnya adalah Yogi Ahmad Erlangga, laki-laki berusia 31 tahun ini menempuh pendidikan di Delft University of Technology di Belanda.

Ia tercatat sebagai doktor matematika termuda, rumus yang ditemukannya dapat menyelesaikan berbagai masalah perminyakan. Karena rumusnya tersebut, menarik perhatian perusahaan minyak dunia sekaliber Shell.

3. Muhammad Nurhuda – kompor ramah lingkungan
Laki-laki yang bernama Muhammad Nurhuda ini merupakan dosen Fakultas MIPA dari Universitas Brawijaya Malang, ia sukses menciptakan sebuah kompor yang ramah lingkungan.

Setelah penemuannya dites, “limbah” buangan kompor ini berada di bawah batas minimum yang ditetapkan oleh WHO. Ciptaannya tersebut bahkan menarik perhatian negara-negara se Asia Pasifik dan Amerika.

4. Dr. Warsito P. Taruno – penemu alat pembunuh sel kanker
Ternyata alat yang mampu membunuh sel kanker ternyata diciptakan oleh orang Indonesia, yaitu Dr. Warsito P. Taruno. Hasil uji coba di Lab in Vitro menyatakan bahwa alat ciptaannya benar-benar bisa memerangi sel kanker pada tubuh penjangkitnya. Alat ciptaannya tersebut diakui dan bahkan digunakan oleh Jepang, karena dinilai sebagai alat dalam mencegah pertumbuhan kanker yang paling efektif.

5. Prof. Josaphat ‘Josh’ Tetuko Sri Sumantyo, penemu radar tiga dimensi
Ia adalah penemu circularly polarized synthetic aperture untuk pesawat tanpa awak dan small satellite, serta radar peramal cuaca 3 dimensi. Berkat penemuannya, saat ini banyak negara lain mengembangkan alat hebat ini.

Sumantyo juga adalah salah satu pemegang paten antena mikrostrip (antena berbentuk cakram berdiameter 12 sentimeter dan tebal 1,6 millimeter) yang dapat digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan satelit asli Indonesia.

6. Gibran Huzaifah Amsi El Farizy, penemu eFishery

Ia adalah seorang pebisnis agrikultur ikan berbasis teknologi, penemu eFishery. Gibran Huzaifah sedang merevolusi pasar akuakultur senilai US$ 5,4 miliar yang belum tersentuh. eFishery menggunakan teknologi perawatan-pintar yang berbasis cloud untuk ikan sebanyak 20 ribu ekor dan tambak udang di seluruh tanah air.

SIMAK JUGA :  Catatan Menjelang Rakernas, PKDP Harus Dikembalikan kepada IKA Kecamatan

Cara ini untuk memastikan ikan tersebut seluruhnya sehat. Ia berhasil mengurangi pengeluaran sampai 21 persen. Startup ini tidak hanya menjual produk tapi juga menghimpun berbagai data terkait akuakultur yang bebas digunakan oleh para petambak dan nelayan.

7. Prof, Dr. Ir Henry Nasution

Pada tahun 2016 Henry masuk 10 besar jajaran penemu terbaik Indonesia. Hingga saat ini beliau telah memiliki 15 penemuan dengan hak paten atas nama dirinya. Pertanyaannya, kenapa orang seperti Henry tak dihargai dan terpakai di negara sendiri. Padahal apa yang telah dilakukannya terbukti nyata.

Sekali lagi, Indonesia hanya pandai mencetak generasi unggul tapi tak sanggup untuk mempertahankannya. Sehingga orang harus memilih berkarya di negara lain walaupun itu adalah pilihan sulit yang mesti dipilihnya.

8. Arfi dan 9. Arie, Lulusan SMK yang Ahli Design Engineering Internasional

Kiprah dua bersaudara itu di dunia rancang teknik internasional tak perlu diragukan lagi. Arie pernah memenangi kompetisi tiga dimensi (3D) design engineering untuk jet engine bracket (penggantung mesin jet pesawat) yang diselenggarakan General Electric (GE) Amerika Serikat. Arie mengalahkan sekitar 700 peserta dari 56 negara.

10. Ricky Elson, Teknokrat yang ahli dalam teknologi motor penggerak listrik

Kerja keras Ricky Elson berhasil membuat mobil dengan tenaga listrik, seperti Selo, dan Tucuxi yang dipamerkan saat KTT APEC di Bali pada tahun 2013. Namun sayangnya, tidak lama setelah itu pengembangan mobil tenaga listrik di Indonesia mengalami masalah, dan berhenti karena dituduh merugikan negara selain itu mobil listrik dianggap tidak lolos uji emisi. Tapi, negara tetangga, Malaysia, malah ingin meminang mobil canggih itu untuk dikembangkan lebih lanjut.

Banyak karya ilmuwan Indonesia yang tidak dihargai oleh negeri nya sendiri. Sebaliknya, tak sedikit karya ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia justru dibayar mahal oleh negara lain. Salah satu penyebab fenomena itu terjadi karena perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih melihat merek. Padahal, kualitas karya ilmuwan Indonesia relatif setara dengan negara lain.

Contoh lain perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih mementingkan merek, yaitu pada kasus pepaya California. Buah yang memiliki daging berwarna oranye kemerahan itu sebenarnya merupakan hasil penelitian dan riset ilmuwan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Sewaktu diberi nama ‘IPB1,’ nggak laku. Tapi begitu diganti dengan nama ‘California,’ baru laku keras. Memang, budaya kita cenderung tidak menghargai karya bangsa sendiri.

Jika dibandingkan dengan kondisi di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan di sana, negara mewajibkan warganya untuk menggunakan teknologi ciptaan ilmuwan mereka sendiri. Terserah mau hasilnya jelek atau baik, tapi karena sudah dipakai, jadi tahu kekurangannya dan dikembangkan menjadi lebih baik
Sebenarnya disinilah peran penting dari negara dalam melindungi dan membantu mengembangkan karya-karya ilmuwan bangsa sendiri agar dapat diterima oleh bangsa sendiri dan kemudian dapat disandingkan dengan hasil karya bangsa-bangsa lain.

Mudah-mudahan pemimpin Indonesia dimasa yang akan datang akan memprioritaskan hal ini. Karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang mampu menghargai hasil karya anak bangsa sendiri dibandingkan dengan hasil karya milik bangsa lain.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *