Pilpres 2024 Dua Putaran, Kelompok Religius dan Nasionalis Lawan Prabowo di Putaran Kedua

  • Bagikan

Oleh : AWALUDDIN AWE)*

Pemilihan Presiden periode 2024-2029 hampir dipastikan akan berlangsung dua putaran.

Hal itu terlihat dari hasil jajak pendapat publik terhadap elektoral ketiga pasangan Capres Cawapres menjelang pencoblosan, 14 Februari 2024 mendatang.

Dua calon utama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dipastikan akan head to head di putaran kedua Pilpres 2024.

Berdasarkan data laporan hasil survey dari dua lembaga survey nasional, Charta Politika dan Indikator Politik menempatkan Paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka serta Paslon Ganjar Pranowo dan Prof Dr Mahfud MD sebagai pemenang dan runner up Pilpres putaran pertama.

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka disebut menempati elektibilitas tertinggi pertama dengan angka 42,2 persen.

Di urutan kedua diduduki oleh Ganjar dan Mahfud dengan elektabilitas di angka 28 persen.

Kemudian, pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di angka 26,7 persen.

Data ini merupakan hasil survey menjelang 21 hari jelang pemungutan suara tanggal 14 Februari 2024.

Secara spesifik, survey mengungkap dominasi Anies Baswedan di Jakarta sudah disalip Prabowo Subianto.

Tetapi Ganjar Pranowo terlihat masih unggul di Jawa Tengah, meski hanya berselisih tipis dengan Prabowo Subianto.

Dengan data terkini, hampir sudah dapat dipastikan Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran antara Paslon 02 dan Paslon 03.

Data ini hampir berdekatan dengan data internal yang dimiliki TPN Ganjar Mahfud seperti pernah dilansir media sebelum ini.

Menurut Deputi Politik 5.0 TPN Andi Widjajanto, Pilpres akan berlangsung dua putaran, antara Prabowo dan Ganjar, meski dalam statemen terbarunya Andi menyebut Paslon 03 masih berpeluang menang satu putaran.

Pilpres 2024 juga diwarnai dengan intervensi Presiden Jokowi yang secara terbuka menyampaikan keberpihakannya terhadap Paslon 02.

Hal ini merupakan rangkaian dari intervensi terhadap Mahkamah Kontitusi (MK) yang kemudian menghantarkan putera sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres Prabowo Subianto.

Tindakan Jokowi diperkirakan akan berefek besar terhadap Paslon 02 sebagai pelanjut pemerintahan Jokowi. Setidaknya turunnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan Jokowi, sampai amblas 63 persen akibat ketidakmampuan Jokowi mengendalikan harga Sembako yang terus menjulang naik akan berimbas terhadap pilihan ke Paslon 02.

Kalangan pengamat politik juga mengekpresikan ketidakpuasan publik terhadap gimmick Gemoy paslon 02 yanh tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Publik juga memberikan sentimen negatif terhadap performa Cawapres Gibran pada sesi debat terakhir di JCC karena dinilai tidak pantas dan patut dilakukan seorang pemimpin bangsa.

Bahkan, Cawapres Ganjar Pranowo memandang penting pembangunan kebudayaan sebagai bagian penting dalam pembangun adab dan sopan santun dalam berbangsa dan bernegara.

Koalisi Nasionalis dan Religius

Tetapi diluar hasil survey, fakta politik di lapangan menunjukan bahwa Pilpres 2024 masih akan dipenuhi spekulasi tentang siapa yang bakal memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

Kedua Paslon 01 dan 03 masih dispekulasikan bakal memenangkan Pilpres 2024. Hal itu setidaknya bisa digambarkan dari semakin kuatnya dukungan dari berbagai elemen masyarakat terhadap Paslon 01 dan 03.

Partisipasi dan dukungan terhadap Paslon 01 dan 03 dinilai lebih ril dibandingkan hasil survey yang memenangkan Paslon 03.

SIMAK JUGA :  Manajemen Ibadah di Masa Covid -19

Survey sampai saat ini masih diasumsikan sebagai tindakan berbayar. Sebab tidak satu pun dari lembaga survey ini yang mau membuka sumber dana surveynya.

Secara politik, dukungan berlebihan terhadap paslon 02 oleh Presiden Jokowo dan para menterinya, menimbulkan kesepakatan baru dari koalisi Paslon 01 dan 03.

Sudah ada kesepakatan dibawah tangan, jika Pilpres dua putaran, dimana salah satu paslon runner up akan bergabung dengan paslon yang kalah untuk melawan Paslon 02 di putaran kedua Pilpres 2024.

Sangat menarik, peristiwa politik ini akan menggabungkan dua kekuatan politik besar di Indonesia yakni partai nasionalis dan relegius, yang selama ini tidak pernah terpikirkan akan terjadi.

Besar kemungkinan Partai PKS, PKB dan PPP akan bersama sama dengan PDIP, NASDEM, DEMOKRAT, Hanura dan Perindo melawan Koalisi Partai 02 yang dipimpin Partai besutan Prabowo, Gerindra.

Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan Paslon 02 akan kalah. Sebab ada sinyalemen sebagian dari elit partai di koalisi 02 akan berpindah ke Ganjar atau Anies Baswedan, dengan alasan, kontrak politik mereka hanya sampai pada satu putaran.

Fenomena ini angka membuka kembali fakta psikologis dan penolakan terhadap Prabowo sebagai Calon Presiden dari Pilpres ke pilpres sebelumnya. Apakah itu dilatarbelakangi masa lalu Prabowo, bisa jadi mungkin.

Tetapi dengan demikian, jalan panjang Pilpres 2024 akan dikembalikan kepada relnya semula, yakni menuju Indonesia Emas 2045 tanpa ada pertentangan ideologis dan pragmatisme.

Inilah yang disebut dengan jalan tengah membebaskan Indonesia dari segala bentuk intervensi terhadap tujuan pembangunan nasional, dalam satu pemahaman bahwa Jokowiisme bukan segala galangnya bagi Indonesia.

Semua bisa membangun Indonesia tetapi dari dasar kebersamaan dan kegotongroyongan, bukan songongisme yang jelas bertentangan dengan prinsip hidup orang Indonesia.

Jokowi sendiri harus segera melakukan koreksian terhadap ambisi berlebihannya terhadap pembangunan Indonesia, tanpa rasa malu menggunakan kekuatan negara dan aparatnya untuk memenangkan Pilpres 2024 supaya bisa berkuasa lagi, setidaknya 10 tahun lagi melalui putera sulungnya.

Jokowi lupa dari proses naiknya sebagai presiden dan melupakan bahwa masyarakat mencintai dan memilihnya karena berniat membangun Indonesia, bukan membangun dinasti untuk kelangsungan kekuasaan.

Jokowi juga lupa tentang sikap dan monopolitik bangsa Indonesia yang tidak suka lagi dijajah, apalagi oleh pemerintahnya sendiri melalui cara cara intervensi berlebihan dari seorang Presiden.

Setidaknya, pengalaman diolok olok oleh rakyatnya sendiri dengan meneriakan yel yel paslon Ganjar Mahfud saat sang presiden melintas di salah satu ruas jalan di Jawa Tengah, menunjukan bahwa rakyat tidak takut dengan intervensi dan intimidasi jika tindakan pemerintah sudah berlebihan. Demikian juga para elit nasional. Mereka bukan anak kecil yang bisa dininabobokan dengan ancaman hukum dan non jabatan.

Indonesia sampai saat ini adalah bangsa majemuk yang menghargai partisipasi semua golongan, dan menolak segala bentuk adikuasa, apalagi oleh individu warga yang lagi berkuasa.

Salam Demokrasi Sebenarnya!


*)Penulis adalah wartawan Senior dan Memiliki Kesukaan Terhadap Politik dan Demokrasi, saat ini menjadi CEO Harianindonesia.id dan Pemimpin Redaksi Kabarpolisi.com, berdomisili di Jakarta.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *