Maaf Kami Kepada Bapak Bangsa Indonesia

  • Bagikan

Oleh: Dr. Usmar. SE.,MM

Berjuta maaf kami ingin sampaikan pada Bapak bangsa Indonesia Hadratus Syech Hasyim Asy’ari dan Tan Malaka.

Beliau berdua adalah Tokoh besar dalam arus utama perjuangan yang memiliki kontribusi fundamental dalam membangun lanskep Indonesia Merdeka.

Hadratus Syech Hasyim Asy’ari yang mengumandangkan fatwa Jihad dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dan mendirikan Organisasi Nahdlatul Utama (NU) yang kini memiliki anggota mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta, adalah potret riil sebagai benteng sekaligus jangkar pemersatu NKRI.

Sedangkan Tan Malaka yang telah menggagas Indonesia Merdeka lewat bukunya tu *Naar de Republiek Indonesia* pada tahun 1924, jauh mendahului Pahlawan Proklamator RI Bung Karno yang menulis “Mecapai Indonesia Merdeka” tahun 1933, dan Bung Hatta menulis buku “Kearah Indonesia Merdeka” (KIM) tahun 1932.

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka, adalah seorang putra minang yang cerdas dan militan. Lahir pada tgl 2 Juni 1897, di Nagari Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.

Beliau wafat pada 21 Februari 1949 di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, pada umur 51 tahun.

Beliau adalah seorang intelektual dan kaum terpelajar yang menguasai 8 bahasa dengan fasih yakni Minang, Indonesia, Belanda, Rusia, Jerman, Mandarin dan Tagalog.

Juga tidak kurang dari 26 Buku yang telah ditulisnya, yang jadi referensi penting para Tokoh pergerakan pada Pra Kemerdekaan. Selain Buku yang jadi master mindnya yaitu MADILOG dan GERPOLEK, Beliau juga sudah menulis buku tentang Indonesia Merdeka yaitu *Naar de Republiek Indonesia* pada tahun 1924.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Sejarah adalah guru kehidupan atau dalam terminologi sejarah disebut *“Historia magistra”, maka idealnya yang disampaikan kepada seluruh anak bangsa dan umat manusia adalah kiprahnya para Tokoh besar dalam arus utama perjuangan yang memiliki kontribusi fundamental dalam membangun lanskep Indonesia Merdeka.

SIMAK JUGA :  Sisi Menarik MUSRA sebagai Forum Pencarian Calon Presiden dan Wakil Presiden

Tan Malaka telah membuktikan kata-katanya bahwa *”Nanti suaraku akan jauh nyaring terdengar dari lubang kubur”, telah menemani gerak perjalanan bangsa Indonesia merdeka yang memasuki usia 76 tahun ini.

Mungkin manusiawi, kesalahan dapat terjadi dan dilakukan oleh siapapun. Sebagai manusia kita maksimal bisa mengikhtiarkan, tapi Allah menakdirkan.
Terpenting semangat berbuat terbaik buat bangsa dan negara, buat hidup dan kehidupan dan buat manusia dan kemanusiaan, karena seperti kata pepatah Hidup kayu berbuah, hidup Manusia biar berjasa

*Penulis: Ketua LPM Universitas Moestopo (Beragama) Jakarta* & *Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN)*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *