Konflik Papua Medan Pertarungan Politik Paska Pilpres 2019

  • Bagikan

Oleh: Saiful Huda Ems.

Ada adagium politik yang berbunyi,”Jika tak mampu menjebol kekuatan dinding dari jauh, maka lubangi dan masuklah lalu robohkan dari dekat”.

Mungkin karena terilhami oleh adagium politik itu, gerombolan yang kalah atau bahkan partai pendukung yang takut tidak kebagian jatah menteri –sebab ada kekuatan NU yang sudah sukses membentengi Jokowi–, lalu mereka mencoba memancing huru-hara baru di Papua, agar Jokowi memutus sinergi politiknya dengan NU dan mulai serius memperhatikan mereka, dan mengakomodirnya untuk masuk di jajaran kabinet.

Ini bisa dilihat dari adanya selebaran hoax yang salah satunya menuntut pembubaran Banser di Papua dan sempat viral, yang kemudian diklarifikasi.

Perhatikan saja, siapa yang pertamakali memulai melakukan provokasi di Jatim dan Jateng? Gerombolan mana pula yang selama ini banyak mengeruk keuntungan dari bisnisnya di Papua, dan kepalanya puyeng akibat kebijakan-kebijakan berani dan spektakuler dari Pemerintahan Jokowi yang mengambil alih penguasaan saham 51 persen PT Freeport?

Perhatikan pula bagaimana mulut-mulut politisi busuk yang selama ini menyerang Jokowi dan yang sekarang turut memanasi konflik Papua, dengan menuduh Jokowi tidak memberikan keadilan bagi Rakyat Papua?

Siapa pula yang mengejek Jokowi untuk pindah kantor ke Papua dan kemana-mana naik motor agar Jokowi tau keadaan yang sebenarnya di Papua? Padahal tanpa mereka diktepun Jokowi sudah bolak-balik ke Papua !.

Dahulu selama penulis masih tinggal di Berlin, penulis kerap berjumpa dengan aktivis-aktivis sparatis Papua dan beberapa kali terlibat diskusi dengan mereka.

Mereka para pencari suaka politik di Jerman itu memang ingin memisahkan diri dari Papua karena mereka merasa tidak pernah diperhatikan oleh Pemerintah Pusat, tetapi itu dulu, ketika Indonesia dipimpin oleh Rezim ORBA Soeharto, namun setelah Indonesia dipimpin oleh Gus Dur dan apalagi oleh Jokowi, penulis sama sekali tidak pernah mendengar sekalipun dari mulut-mulut orang Papua yang kami jumpai, bahwa mereka ingin memisahkan diri dari Indonesia.

Mereka bahkan bangga dengan Pemerintahan Jokowi, karenanya banyak dari mereka yang ingin mendirikan ORMAS HARIMAU JOKOWI Wilayah Papua yang penulis dirikan ! Bahkan mereka menelpon dan menemui penulis berkali-kali, pagi, siang dan malam untuk meminta persetujuan !.

Tidak ada satupun warga negara Indonesia yang waras masih berpikir rasis dan tega mengejek saudaranya yang dari Papua dengan sebutan monyet, sama sekali tidak ada kecuali mereka yang sudah sinting atau yang sudah terpapar virus kebencian agama atau suku ! Tidak akan ada pula warga negara Indonesia yang masih waras, yang ingin konflik di Papua terus memanas, kecuali mereka yang sudah bernafsu ingin menjatuhkan Pemerintahan Jokowi karena sudah tidak ada cara lain lagi selain itu !

Memisahkan Papua dari Indonesia bagi mereka, sama halnya memisahkan Jokowi dari para pendukungnya. Memisahkan Papua dari Indonesia bagi mereka, sama halnya dengan memberi keleluasaan bagi mereka untuk kembali menjarah Papua !

SIMAK JUGA :  Etika Pemerintahan Yang Baik Dari Tokoh Ibnu Khaldun

Taukah kalian apa yang ada di otak mereka tentang Papua, sebelum Gus Dur hingga Jokowi memimpin Indonesia dan membuat kebijakan baru yang menguntungkan Rakyat Papua?

Papua bagi mereka adalah Pulau Emas, sebuah distrik setingkat kecamatan yang terletak di Kabupaten Mimika Papua yang bernama Tembagapura konon diambil dari kata Pura-pura Tembaga padahal sesungguhnya emas, itu adalah untuk mengelabuhi orang-orang agar mereka tidak fokus pada emas disana.

Dan untuk menguasai gunung-gunung emas di Papua, mereka harus menciptakan konflik antar warga di Papua secara terus menerus, agar warga disana tidak bisa bersatu melawan para perampok emas yang berkedok pengusaha atau politisi ! Ada kepala-kepala suku yang dimakmurkan, ada kepala-kepala suku yang tetap dimiskinkan.

Disinilah polarisasi kekuatan antar warga atau suku di Papua itu terjadi dan dipertahankan, hingga mereka sibuk perang sendiri, dan para perampok emas itu aman !

Gus Dur dan Jokowi cerdas melihat itu semua, karenanya Warga Papua dipersatukan kembali.

Gus Dur memulainya dengan menggerakkan sentimen kebanggaan mereka sebagai Rakyat Papua dengan memperbolehkan pengibaran bendera Bintang Kejora sebagai lambang kultural mereka, dan tetap mengharuskan dan bangga dengan bendera Merah Putih sebagai lambang Negara mereka, yakni Indonesia, hingga kebanggaan mereka sebagai Warga Papua dan kebanggaan mereka sebagai bagian dari Bangsa Indonesia tidak perlu lagi dibenturkan.

Sedangkan Jokowi mulai menggalakkan pembangunan infrastruktur di Papua dan membuat kebijakan harga BBM satu harga, sama dengan di wilayah-wilayah Indonesia di bagian yang lainnya.

Orang-orang Papua mulai menikmati penerangan listrik di pelosok-pelosok desa terpencil, jalan-jalannya mulai dibangun dan diperbagus, gedung-gedung pemerintahan dan sekolah-sekolahnya pun mulai dibangun dan diperbagus, lalu siapa yang mengatakan Papua bergolak karena tiadanya keadilan disana? Politisi sableng yang sakit hati !.

Konflik yang terjadi di Papua saat ini semoga dapat menjadi renungan bagi saudara-saudara kami di Papua, bahwa pembakaran gedung-gedung pemerintahan, perusakan-perusakan fasilitas umum dan penganiayaan terhadap aparat keamanan, sesungguhnya hanya akan merugikan kalian sendiri.

Sudah susah payah pemerintah kita membangun dan memperbaiki berbagai keadaan di tanah Papua, janganlah dihancurkan. Pertikaian kalian adalah sesuatu yang akan membuat senang para penghianat negara, agar mereka dapat kembali mengusai tambang-tambang emas kalian, dengan tanpa sedikitpun peduli dengan nasib kalian.

Maka tidak ada jalan lain kecuali kalian kembali bersatu dan bersedia duduk sama rata dengan kami saudara-saudara kalian sebangsa dan se negara. Jangan pernah mau tanah Papua dijadikan para penghianat negara sebagai medan pertarungan politik baru setelah mereka kalah. Sadarlah ! Kita semua saudara, satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, Indonesia ! Merdeka !…(SHE).

30 Agustus 2019.

Saiful Huda Ems (SHE). Advokat dan Penulis, Ketua Umum Pimpinan Pusat HARIMAU JOKOWI.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *