Tagline Ayo ke Sumbar, sebagai Trik Kreatif Marketing Daerah, Buchari Bachter : Sejalan dengan Kadin

  • Bagikan

PADANG – Bincang Kreatif Pengusaha Kreatif di Kopi Batigo Padang menawarkan satu konsep kreatif marketing dalam bentuk slogan Ayo ke Sumbar, sehingga pikiran orang tertuju ke Sumbar saat membaca tagline itu.



“Saya menyarankan ada slogan Ayo ke Sumbar sebagai salah strategi menjual potensi dan kekayaan alam Sumbar kepada pihak luar melalui pemanfaatan agensi masyarakat Sumbar yang berada di luar seperti pengusaha Rumah Makan. Jadi orang yang makan di situ bisa mendapatkan info lengkap tentang Sumbar dan jika dia berminat datang, bisa mendapatkan semua kebutuhan di Sumbar di rumah makan itu,” kata Yayan Sopian, Regional Corporate Affairs Manager West Indonesia Cocacola Europacific Partner Indonesia, saat tampil sebagai pembicara pada Bincang Kreatif Pengusaha Kreatif di Cafe Batigo, Sabtu (29/10) sore.

Selain Yayan, Sesi Bincang Kreatif yanh digagas Sumbar Kreatif – satu organizer pengusaha kreatif di Sumbar, juga menampilkan sejumlah pemateri lain seperti Antonius Budiman, Atase Perdagangan Kedutaan Indonesia di Brusel, Rico Sapta Hadi (Minang LIPP), Irwan (Ambro Grup) dan Buchari Bachter, Ketua Umum Kadin Sumbar.

Yayan menyebut bahwa pembangunan kreatifitas bisnis di Sumbar supaya cepat dikenal memang harus bisa dibungkus dengan trik trik kreatif seperti Tagline Ayo ke Sumbar.

Menurut Yayan, semua elemen berperan mengkampanyekan jargon icon Ayo ke Sumbar itu, termasuk para Pengusaha Rumah Makan di luar Sumbar. Mereka sekaligus bisa bertindak sebagai agen daerah Sumbar, yang bisa memfasilitasi orang luar dengan mudah datang ke Sumbar dengan mendapatkan semua fasilitas yang dibutuhkan selama berada di Sumbar.

Tentunya, di rumah makan itu juga tersedia berbagai informasi tentang Sumbar dalam segala bentuk platform. “Supaya orang luar dengan gampang mendapatkan informasi tentang Sumbar di rumah makan itu,” jelas Yayan.

Jargon Ayo ke Sumbar, tambah Yayan, juga bisa menjadi strategi baru dalam pembangunan Sumbar sebagai kawasan ekonomi (Sumbarnomic) yang potensial dan menguntungkan bagi para pengusaha luar.

Bahkan, lanjut Yayan, Jargon Ayo ke Sumbar setelah diisi dengan berbagai program aksi dan konten kreatif lainnya bisa diperluas dalam bentuk kerjasama antar sesama pengusaha di kawasan pulau Sumatera.

Menurut Yayan, potensi pasar di kawasan Sumatera juga relatif besar dibandingkan pulau Jawa. Tetapi belum terjamah oleh para pengusaha di Sumatera sendiri. Sebab orientasi pasar kreatif pengusaha kreatif di Sumatera masih cenderung juga ke pulau Jawa.

Sebab itu, kata Yayan lagi, perlu kekompakan dari pengusaha Sumbar dan pengusaha di Sumatera untuk membangun Sumatera sebagai pasar baru (Sumateranomic).

“Saya kira peluangnya sangat terbuka asalkan digarap secara benar dan tepat,” pungkas Yayan.

Peran KADIN Sumatera

Ketua Umum Kadin Sumbar Buchari Bachter menyatakan gagasan membangun Jargon Ayo ke Sumbar sebagai sarana mempromosikan potensi Sumbar di pasar Sumatera secara timbal balik, adalah sangat sejalan dengan misi Kadin Sumbar.

SIMAK JUGA :  Ketua MUI Ajak Masyarakat Jaga Persaudaraan Untuk Tidak Terprovokasi

“Kami sedang merancang satu bentuk kerjasama dengan Kadin Sumatera untuk sejumlah peluang bisnis dan investasi. Seperti apa prospek yang akan ditawarkan, saya kira bisa kita diskusikan secara lebih detil di Kadin Sumbar,” ujar Buchari.

Bahkan, lanjut Buchari, Kadin Indonesia dalam waktu dekat juga akan melakukan Rakorwil di Palembang bersama seluruh Kadin se Sumatera membahas kemungkinan dan prospek kerjasama bisnis antara anggota Kadin sendiri. “Tetapi seperti apa bentuk kerjasama itu, bisa kita lihat nanti pada Rakorwil nanti,” kata Buchari.

Terkait tentang potensi dan cara menjual potensi Sumbar dalam bentuk lebih kreatif, Buchari sependapat dengan Yayan dengan membuat tagline marketing baru yakni Ayo ke Sumbar.

Bahkan Buchari mendorong para Konten Kreatif yang ada membuat program tagline itu sesuai dengan visi masing masing, sehingga akan terlihat banyak tagline sama tapi dengan isi dan pesan berbeda.

Antonius Budiman, Atase Perdagangan RI di Brusel menambahkan bahwa propoganda produk asalan Sumbar memang harus dilakukan secara bersama sama melalui forum kreatif, supaya informasinya meluas sampai ke luar.

“Forum seperti ini adalah tepat untuk membahas peluang dan prospek bisnis industri kreatif Sumbar. Tetapi yang teramat penting adalah bagaimana produk kreatifnya selalu muncul di pasar,” timpalnya

Irwan, CEO Ambro, perusahaan penghasil bubuk rendang juga punya pandangan yang sama terhadap gebyar kreatif promosi produk asalan Sumbar. Dia hanya meminta 6 juta penduduk Sumbar dan puluhan juta perantau bisa mempromosikan produknya.

“Bagi saya, dengan membantu mempromosikan bumbu rendang Ambro saja sudah cukup. Sebab efeknya terhadap penjualan akan sangat besar. Tetapi masalahnya apakah mau?” kata Irwan bak bertanya.

Irwan membuat perumpamaan promosi masal seperti dia contohkan tadi, sebagai satu kendala besar dalam membangun sistim jaringan bisnis dan promosi di Sumbar. “Untuk membangun tim work dengan satu keluarga saja sulit, apalagi dengan komunitas di luar diri kita. Ini masalah bagi kita pengusaha di Sumbar,” paparnya.

Deni Masriyaldi, pengusaha periklanan di Sumbar juga menyampaikan pendapatnya bahwa pengusaha Sumbar sulit membangun sinergi dengan pengusaha luar, disebabkan keterbatas modal.

“Dulu, ada pengusaha di Bali, minta produk asalan Sumbar dipajang di show room mereka. Tapi dibayar setelah dibeli pemesan, namun pengusaha kita tidak sanggup. Padahal marketnya sangat besar sekali,” papar Deni.

Artinya, program outward looking memang harus dipersiapkan secara matang, supaya jangan terjadi, orang luar rame rame melirik Sumbar tapi malah Sumbarnya tidak siap. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *