Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Turki Contoh Sukses Bertransformasi Kalender Islam dari Rukyat ke Hisab

  • Bagikan
Satrio Arismunandar

HARIANINDONESIA.ID – Turki menjadi contoh suksesdalam menjalankan transformasi kalender Islam dari rukyat ke hisab.

Demikian Sekjen Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, Satrio Arismunandar menanggapi diskusi duduk perkara hisab dan rukyat di Jakarta, 28 Maret 2024.

Diskusi itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan nara sumber KH Mukti Ali Qusyairi, lulusan Universitas Al-Azhar Mesir.

Mengutip penelitian Ahmad Adib Rofiuddin (2022) dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Satrio menyatakan, Turki memiliki sejarah panjang dalam studi kalender Islam.

“Sejak masuknya Islam di Turki, kalender Islam menjadi acuan utama dalam penyelenggaraan kerajaan selama ratusan tahun,” ujarnya.

Menurut Satrio, kerajaan juga memberi perhatian khusus kepada pengembangan observatorium Istanbul, sebagai yang termodern di dunia ketika itu, lebih canggih daripada yang di Eropa Barat.

Observatorium Istanbul bertugas mendukung penentuan awal bulan hijriah dengan metode observasi (rukyat).

“Yang menarik, meskipun rukyat yang akhirnya digunakan, metode hisab (perhitungan astronomis matematis) oleh para astronom kerajaan tetap ada sebagai pembanding, untuk mengantisipasi disinformasi,” ungkap Satrio.

“Tetapi setelah selama ratusan tahun berjalan, penggunaan kalender hijriah kemudian mulai tergeser oleh sistem kalender masehi, seiring dengan runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah,” kata Satrio.

Selain mengubah sistem penanggalan, pemimpin baru Republik Turki, Mustafa Kemal Attaturk juga mengubah cara penentuan awal bulan dari pengamatan (rukyat) menjadi perhitungan (hisab).

Menurut Satrio, meski telah mengalami banyak perubahan sejak lahirnya Republik Turki, perhatian pemerintah Turki terhadap kalender Islam berlanjut.

“Turki sukses menyelenggarakan konferensi Internasional Unifikasi Kalender Hijriah pada 1978. Kemudian, pada 2016 Turki juga mengadakan acara yang sama dan memperkenalkan kriteria Turki 2016,” katanya. ***

SIMAK JUGA :  Pekerja Hiburan Malam Digaruk Petugas di Dharmasraya
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *