KADIN Identifikasi Tujuh Penyebab Ketimpangan Pengangguran Terbuka di Indonesia

  • Bagikan

ADI MAHFUZD WUHADJI

JAKARTA (HARIANINDONESIA.ID) : Wakil Ketua Umum Bidang Ketenegakerjaan KADIN Indonesia mengindentifikasi tujuh permasalahan yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pengangguran terbuka di Indonesia menuju Making Indonesia 4.0.

“Ada tujuh permasalahan yang menyebabkan munculnya ketimpangan pengangguran terbuka di Indonesia selama periode tahun 2020 hingga tahun 2022 ini,” papar Adi Mahfudz Wuhadji, WKU Ketenagakerjaan Kadin Indonesia dalam presentasinya pada Virtual Job Fair XIII, yang diselenggarakan Top Loker.com, di Jakarta, Sabtu (17/12).

Virtual Job Fair XIII juga menampilkan Ketum Kadin Indonesia Arsyad Rasyid sebagai keynote speaker dan Adi Mahfudz sebagai gues star. Adi Mahfudz adalah Direktur Utama PT Esa Garda Pratama dan Wakil Ketua DEPENAS RI 2020-2023.

Ketujuh permasalahan yang disorot Adi adalah, pertama belum tersinkronisasi kompetensi kebutuhan pasar kerja dengan kurikulum silabus perguruan tinggi.

Kedua, belum adanya big data manpower planning kebutuhan pasar kerja sesuai kompetensi yang dibutuhkan

Ketiga, infrastruktur fasilitas praktek universitas dengan kebutuhan kompetensi dan pasar kerja masih belum link and match

Keempat, pemilihan bidang studi mahasiswa atas minat kerja yang ditujukan cenderung belum belum sesuai seperti apa yang dituju

Kelima, belum sinergitasnya antara BNSP dengan universitas, perusahaan dan kebutuhan pasar kerja

Keenam, sinergitas dan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kementerian Tenaga Kerja, BNSP dan Kadin belum inklusif atau masih kuat ego sektoral

Terakhir, ketujuh adalah harmonisasi aturan dan kebijakan yang belum sejalan

Menurut Adi, ketujuh permasalahan itu harus diselesaikan dulu satu per satu secara bersamaan, baru kemudian target making Indonesia 4.0 bisa dicapai,” papar sumando orang Bukittinggi ini.

Pasar kerja di zaman digital saat iniz menurut Adi, sangat amat berbeda dibandingkan dengan era kerja 5-10 tahun yang lalu. Peranan robotik di era digital sangat dominan. Robot sudah mengganti tenaga manusia, robot sudah mengambil posisi kerja di wilayah berbahaya dan robot mampu memutus jarak.

SIMAK JUGA :  Zumi Zola Didakwa Terima Gratifikasi Rp44 Miliar dan Mobil Alphard

“Era digital sudah berhasil membuat kecerdasan buatan, super computing, robotic, neuro technologi, 3D, cybersecurity dan manipulasi gen. Sehingga tantangan pasar kerja ke depan pun semakin berubah dibanding 5 – 10 tahun lalu,” paparnya.

Adi kemudian memformatisasi pasar tenaga kerja di era digital yang bakalan berkembang dan kemudian mengalami penurunan pasar menjelang tahun 2030.

Adi membagi segmentasi jenis pekerjaan itu berdasarkan periodisasi tahun, yakni antara 2021-2025 dan 2025-2030. Lapangan pekerjaan yang dibutuhkan pada periode tahun 2021-2025 adalah pemeliharaan dan instalasi, mediasi, medis, analis data, manajer sistim informasi, konselor vokasi, dan analisa dampak lingkungan.

Sementara jenis pekerjaan pada periode yang sama mengalami penurunan pasar adalah, resepsionis, tukang kayu, desain tiga dimensi, pengolah semi konduktor, teller bank, travel agents, juru masa fas food dan operator mesin.

Selanjutnya pada periode tahun 2025-2030, jenis pekerjaan yang diminati adalah perancang, pemogram kecerdasan buatan, perancang dan pengendali mesin otomasi, perancang software dan game online.

“Pasar kerja yang mengalami penurunan pada periode sama adalah dibidang ahli lass, staf akuntan, operator mesin, sopir truk dan ahli mesin,” pungkas Adi. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *