Pengusaha Media Bicara Wisata Halal untuk Sumbar, Haji Erick : Pasar Kita Dunia Islam

  • Bagikan

Erick Hariyona dengan sahabat sekaligus seniornya Sandiaga Uno yang kini menjadi Menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif. (Ist)

Padang – Haji Erick Hariyona tokoh pemuda dan pengusaha media bicara pariwisata. Kali ini mantan Ketua HIPMI itu bicara pariwisata syariah. Dia melihat ini potensi pasar yang luar biasa bagi income Sumbar.

“Saya Mendorong Sumbar menerapkan wisata syariah kerjasama dengan Negara-negara Arab dan Brunei Darussalam. Kapan perlu bikin penerbangan langsung Brunei – Padang,” kata Erick

“Kita akan mendorong pemerintah menerapkan wisata syariah dengan pasar negara Islam Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Brunei Darussalam. Ini harus di jajaki pemerintah Sumbar,” kata Pemimpin Umum beberapa media online ini antara lain kabarpolisi.com suarakejaksaan.com dan kabarkepri.com itu.

“Potensi alam Minangkabau sangat besar, sayang belum tergarap. Ini menjadi atensi kami, ” ujar Erick kepada Harianindonesia.id pekan lalu di Payakumbuh setelah meninjau objek wisata Harau.

“Saya dukung langkah wakil bupati Liko mencari investor. Harau itu kalau dikelola secara maksimal bisa kita bikin seperti Kereta Gantung di Genting Highland dan Taman Mini Indonesia indah”;kata Ketua Pemuda Pancasila Sumbar itu.

Alam Liko

Erick Hariyona pengurus Golkar Sumbar ini memuji langkah Wakil Bupati Kabupaten 50 Kota Riski Kurniawan Nakasari yang mencari investor untuk membangun hotel bintang empat di Lembah Harau.

“Ini langkah yang cerdas. Saya sarankan Bupati Liko memberi kewenangan kepada Wabup untuk mengelola pariwisata, pertanian dan peternakan. Saya yakin Wabup punya kemampuan, ” Kata Erick.

Keadaan alam yang dimiliki oleh Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan sumber daya alam yang sangat luar biasa. Dari sekian banyak potensi alam sayang sekali masih sangat sedikit yang baru dikelola oleh Pemkab.

Pesona wisata alam yang terdapat dan tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota ini di samping bisa meningkatkan PAD dan dapat juga membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitarnya.

“Perkembangan industri pariwisata tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan daerah saja, namun pada kenyataannya pariwisata dapat memperluas kesempatan berusaha dan memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitarnya,” ujar Erick

” Motivasi harus selalu diberikan bagi para pelaku industri pariwisata untuk lebih innovatif, kreatif dan dapat menciptakan nilai tambah terhadap berbagai produk atau pelayanan yang diberikan kepada para wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Limapuluh Kota,” katanya.

Menurut dia, saatnya Pemkab Kabupaten 50 Kota menduniakan objek wisata yang di Kabupaten ini. Caranya dengan mempromosikan objek wisata dan kuliner Minangkabau yang terkenal kelezatannya.

“Sumbar sangat pas membangun wisata syariah. Promosi bisa dilakukan ke negara-negara Islam seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia dan Brunei Darussalam. Ini kan berawal dari kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke Indonesia, ” ujar ayah dua anak ini.

Dia mengatakan, banyak pihak yang berharap kunjungan rombongan besar Raja Salman dari Arab Saudi beberapa waktu lalu dapat berdampak positif terhadap industri pariwisata syariah di Indonesia.

Liburan rombongan raja dinilai luar biasa dan dapat memperbaiki imej Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sebagai destinasi utama pariwisata syariah.

Menurutnya, istilah pariwisata syariah memang istilah baru dalam dunia pariwisata. Beberapa istilah lain yang bermakna senada antara lain Islamic Tourism, Halal Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel Destinations, atau halal lifestyle.

SIMAK JUGA :  Megawati, Prabowo dan Airlangga jadi Penentu Pilpres 2024

“Konsep wisata syariah lebih luas dari wisata reliji, dimana kalau wisata reliji didefinisikan sebagai wisata dalam kerangka kepentingan ibadah/agama, misalnya haji dan umroh ke tanah haram, atau sebagian umat Islam berziarah ke makam-makam para wali/aulia/tokoh agama,” ujarnya.

Erick mengatakan, wisata syariah mengandung konsep yang lebih luas, yaitu pariwisata yang keseluruhan aspeknya tidak bertentangan dengan syariah. Dalam industri pariwisata terdapat banyak aspek dan pelaku yang terlibat, misalnya hotel dan akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, fasilitas ibadah, dan tentu obyek wisata itu sendiri.

Seluruh aspek ini haruslah tidak bertentangan dengan syariah, sederhananya halal dan toyyib. Obyek dari wisata syariah tidak harus tempat-tempat atau khazanah budaya Islam, tetapi dapat apa saja yang menarik sepanjang tidak melanggar ketentuan syariah. Pantai, gunung, gua, mainan, bahkan budaya lokal dapat saja menjadi destinasi wisata ini. Indonesia sangat kaya dengan destinasi yang menarik dan telah dikenal secara internasional.

Memang seringkali yang menjadi masalah krusial adalah perhotelan dan akomodasi, sebab hotel pada umumnya memang tidak didesain untuk bersesuaian dengan syariah.

“Oleh karena itu sekarang juga muncul konsep hotel syariah, yaitu hotel yang tidak menyediakan khamr, makanan dan minumannya halal, semua perlengkapan yang disediakan juga halal. Tambahan lagi hotel tersebut tidak menjadi tempat kegiatan yang dilarang syariah, ” kata Erick.

Untuk mendukung pariwisata syariah makanan dan minuman halal tidak hanya tersedia di hotel syariah, tetapi wisatawan dengan mudah mendapatkan di berbagai tempat. Jadi seharusnya banyak tersedia restoran halal, bahkan oleh-oleh dan cinderamata seharusnya juga terjamin halal. Jaminan halal ini tentu harus dikeluarkan oleh pihak yang terpercaya dan dipercayai masyarakat (internasional), misalnya label halal LPPOM MUI.

“Ini sangat pas dengan Sumbar yang dikenal sangat religius. Apalagi Minangkabau dikenal sebagai suku yang menerapkan syariat islam,” katanya.

Ditinjau dari segi bisnis, pariwisata syariah sangat menjanjikan. Wisatawan-wisatawan dari negara muslim jumlahnya cukup besar dan potensi kangannya juga tidak kalah dengan wisatawan dari negara non muslim. Masyarakat Arab Saudi, misalnya, pada tahun 2015 menghabiskan tidak kurang dari Rp 400 triliun untuk belanja wisata ke luar negeri.

Namun Indonesia kurang cukup bersemangat menangkap potensi wisata syariah ini. Indonesia hanya menempati rangking 6 di antara negara–negara Muslim sebagai destinasi wisata syariah.

Bahkan di antara negara ASEAN, wisata syariah Indonesia berada di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tentu saja hal ini sangat disayangkan, sebab Indonesia memiliki segalanya untuk pengembangan wisata syariah ini.

Bahkan hal ini sudah menjadi program resmi pemerintah dan telah diluncurkan sejak lama. Wisata syariah pertama kali diluncurkan secara nasional pada kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 dan Global Halal Forum yang digelar pada 30 Oktober-2 November 2013 oleh presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Aceh Singkil

Erick Hariyona terkejut Kabupaten Aceh Singkil di Aceh dapat investasi Rp 7,3 Triliun dari Uni Emirat Arab untuk membangun resort. “Kabarnya syari’ah, ” kata Eridk

Karena itu dia menghimbau Dinas Pariwisata Sumbar bekerja keras membangun dan mempromosikan potensi wisata Syariah ke Dunia Islam terutama Brunei Darussalam dan Atab Saudi, ” ujar Erick.

Dia menegaskan, jika jajaran dinas pariwisata Sumbar tidak mampu mewujudkan ini ganti. “Ganti dengan yang mampu, ” kata Erick Hariyona.

Rizal Basri

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *