Kisah Nia Fitriani yang Sudah 13 Tahun Menderita Hydrocephalus

  • Bagikan

Palangka Raya, Harianindonesia.id – Seorang anak penderita Hydrocephalus (pembengkakan batok kepala). Penderita yang masih anak-anak ini tinggal bersama ibunya di sebuah barak kayu jalan Meteng 22 Palangka Raya.

Kamis (30/4/20/) pagi, awak Kabarpolisi Media Group (KMG) Kalimantan Tengah berkesempatan mengunjungi anak tersebut.

Kunjungan tersebut merupakan rangkaian lanjutan kegiatan Peduli Covid-19 KMG Kalteng, setelah beberapa waktu sebelum melakukan pembagian masker gratis di beberapa daerah di Kalteng.

Saat sampai di barak kayu yang halamannya kebanjiran, orang tua Nia menyambut dengan hangat. Kelihatan sekali memang kehidupan keluarga ini benar-benar di bawah standar bahkan bisa dibilang sangat miskin.

Ibu dari Nia Fitriani, Rainawati (33 th) menjelaskan bahwa anaknya sudah menderita penyakit Hydrocephalus sejak kandungannya berumur 8 bulan.

“Anak saya sudah menderita penyakit ini sejak umurnya 8 bulan dalam kandungan saya. Waktu melahirkan, saya dioperasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” terangnya.

Saat ditanya apakah selama ini ada perhatian dari pemerintah, dengan lugu ibu yang sudah janda ini menyampaikan keluhannya.

“Sesekali kami dapat bantuan, tidak pernah ada yang rutin. Saya kasihan melihatnya menderita, sementara saya tidak punya kemampuan untuk merawatnya. Beberapa waktu yang lalu, kami dapat sembako dan sejumlah uang dari Polda Kalteng. Tapi kami sangat berharap ada bantuan dana dari pemerintah,” tutur janda dua anak ini.

Awak KMG Kalteng langsung konfirmasi lewat pesan WhatsApp terkait bantuan yang disampaikan Bu Rainawati.

Pihak dari Polda Kalteng yang dihubungi adalah Wadir Samapta, AKBP Timbul R.K. Siregar, S.H, S.I.K. Perwira dengan dua melati di pundak ini adalah salah satu Pamen yang aktif di lapangan terkait penanganan Covid-19.

Timbul Siregar mengatakan, “Kami dari Polda Kalteng sudah lebih dulu ke barak itu. Dan sudah melihat kondisi anak yang menderita Hydrocephalus.”

SIMAK JUGA :  Semakin Miskin Negara, Agama Semakin Dianggap Penting

Pamen yang akrab dengan jurnalis ini menambahkan, “Kami juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial terkait bantuan untuk masyarakat terdampak Covid-19. Dan bantuan yang kami sampaikan ke orang tua Nia Fitriani adalah sembako dan uang. Ini adalah bagian dari kegiatan Polri Peduli Covid-19. Kami juga akan berkoordinasi dengan pemerintah untuk memperhatikan keluarga ini.”

Ananda Nia Fitriani sudah 13 tahun menderita Hydrocephalus, dan terbaring di tempat tidur, dengan kondisi sangat memprihatinkan.

Saat ditanya, apa harapan Ibu Rainawati untuk penanganan anaknya. Dengan panjang lebar ibu dua anak ini mengatakan bahwa keluarganya memerlukan dana rutin tiap bulan. Terutama untuk susu dan popok anaknya.

“Saya sangat mengharapkan ada bantuan berupa dana rutin dari pihak mana pun. Kalau untuk sembako sementara ini masih ada, yang sulit adalah umat untuk beli susu dan popok, dan kebutuhan lainnya. Mudah-mudahan ada orang yang tersentuh hatinya agar bisa bantu kami. Dan harapan kami agar pemerintah mau memperhatikan biaya anak saya ini.” Demikian Bu Rainawati menutup pembicaraannya dengan awak Kabarpolisi Media Group Kalimantan Tengah.

(Eman Supriyadi)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *