Buka Peluang Usaha, Para Sarjana Budidaya Lebah Madu Pramuka di Sawahlunto

  • Bagikan

Para pengunjung Pusat Pengembangan Lebah Madu Pramuka Sawahlunto yg selalu dikunjungi pelajar dan instansi lain. (Foto :FB/Tumpak)

SAWAHLUNTO – Rahmat Zoraldi, bersama empat rekannya Nasrullah, Anda Abdullah, Roki Eko Waluyo, Tungki Febrianto, dan Ilham Adzani, terlihat sibuk dan tak satupun memegang handphone kecuali alat bantu pertukangan, gergaji, palu, pacul, dan benda bantu lainnya, saat merampungkan bangunan pondok bambu beratap rumbia di lahan seluas 1,5 hektar bekas penambangan batubara PT Bukit Asam Tbk Unit Pertambangan Ombilin di Kandi, Sawahlunto, Sumatera Barat.

Saat itu baru sekitar pukul 10.30 WIB, cuaca cerah menyingkirkan awan hitam sehingga cahaya matahari dengan leluasa menembus sekat-sekat dedaunan pohon peneduh jenis akasia dan sengon. Suasana terasa adem, tidak seperti hirukpikuk lalulintas dan orang dipusat perkotaan. Apalagi. oksigen yang dihirup pagi itu benar-benar bersih dari polusi udara.

Ketika itu saya berhenti diseberang jalan jalur dua arah, berjarak sekitar 300 meter dari Lapas Narkotika Kelas III Sawahlunto atau persis didepan gerbang masuk lokasi tempat Zoraldi dan rekannya menyibukan diri. Dibagian atas gerbang, tampak jelas sebuah spanduk terpajang melambai bertuliskan “Selamat Datang Dipusat Lebah Madu Pramuka Sawahlunto”.

Saya langsung menerobos masuk, meski belum diizinkan sang pengelola lahan. Tapi dari jauh saya sudah melambaikan tangan sebagai tanda ingin restu untuk melihat dari dekat aktifitas yang dilakukan para anak muda ditempat tersebut. Sebab, nama “Lebah Madu Pramuka Sawahlunto” sudah terlanjur viral dan terkenal walau usaha ini baru berumur 5 bulan mengikuti suksesnya budidaya “Madu Pramuka” di Cibubur, Jakarta.

Rasa penasaran itulah yang mengundang saya untuk menghampiri tempat ini. Tetapi, kelima pasang mata saat itu tak satupun mengenal wajah saya, maklum tertutup helm dan masker yang masih bertengger dan menempel di kepala serta mulut dan hidung. Sekejab, saya enyahkan benda-benda pelindung diri itu, lantas Zoraldi dan kawan-kawannya bersuara “Ehh !! ternyata Bapak” kata mereka ramah, sambil mempersilahkan saya duduk sembari menawari minum secangkir kopi panas.

Pusat usaha budidaya Lebah Madu Pramuka, kini mulai dikenal luas masyarakat karena berhasil memproduksi madu lebah berkualitas dan asli yang dikembangkan pentolan veteran pramuka di kota wisata tambang tersebut. Zoraldi dan kawan-kawan sebagai pelaku usaha saya ajak berdiskusi panjang lebar soal jiwa enterpreneur yang merasuki jiwa mereka ditengah sulitnya mendapatkan pekerjaan dimasa pandemi COVID-19 saat ini.

Zoraldi, biasa dipanggil Aldi menuturkan, usaha budidaya lebah ini baru berdiri 16 Nopember 2020 silam, terinspirasi dari Yulius Ketua Harian Kwarda Pramuka Sumbar yang juga sebagai Ketua Bidang Usaha dan Asset Kwartir Nasional serta Komisaris Utama PT Madu Pramuka Cibubur Jakarta, yang selalu memompa semangat mereka dan alumni pramuka untuk mengelola usaha produktif bernilai ekonomi dan sehat ini.

SIMAK JUGA :  Ketua II DPRD Barsel : Seluruh Korpri Barsel Tetap Solid Sebagai Organisasi Kedinasan

Terbius dengan logika berpikir positif dan menguntungkan, para pengurus kwarcab dan veteran pramuka secara bergotongroyong mampu menghimpun iyuran semampunya untuk dikumpulkan sebagai modal usaha. Alhamdulillah, kata Aldi, jiwa korsa dan semangat gotongroyong yang ada dalam jiwa seorang pramuka akhirnya mampu menggalang modal sebesar Rp 22,5 juta untuk pengadaan 10 koloni lebah yang dibeli langsung ke PT Madu Pramuka Jakarta.

“Modal dihimpun secara bergotongroyong, bagian dari bidang usaha dan asset Kwarcab. Sedang ketua pengelola usaha budidaya lebah madu ini saya sendiri bersama Nasrullah, Anda Abdullah, Roki Eko Waluyo, Tungki Febri Arianto, dan Ilham Adzani. Kami semua sarjana dan alumni pramuka yang ingin serius menggeluti usaha ini.” ungkap Aldi.

Diutarakan Aldi, produksi perdana dari 10 koloni lebah madu yang dikelolanya mencapai 25 kg atau 2,5 kg per koloni yang dijual seharga Rp 100 ribu untuk madu berisi 350 mililiter per botol, kemudian harga Rp 80 ribu untuk 250 mililiter madu per botol, dan Rp 20 ribu untuk satu botol madi berisi 20 mililiter, dengan masa panen 2 kali dalam satu bulan.

Tetapi, sambung dia, produksi madu dalam beberapa pekan terakhir agak berkurang hanya 3 kolom dengan jumlah produksi 3 kg atau 1 kg per kolom dalam satu sarang atau koloni lebah.

Saat ini, usaha yang tengah dikembangkan para alumni pramuka sudah mengkoleksi jenis lebah millifera 10 koloni, apis sarana 2 koloni, dan jenis galao-galo sebanyak 13 koloni. Sedangkan untuk pengembangan usaha kedepan, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam mengelola bisnis yang sama.

Aldi membocorkan Kementerian Tenaga Kerja akan membantu usahanya dengan memberikan 200 mkoloni baru lebah madu. Namun bantuan itu diberikan untuk 5 kelompok usaha yang terdiri dari pramuka. Untuk mempersiapkan potensi ini pihak kelompok usaha Lebah Madu Pramuka segera membuka lahan seluas 1,3 hektar di BLK Parambahan untuk pengembangan produksi madu lebah kedepan.

Lokasi pengembangan usaha Lebah Madu Pramuka saat ini menjadi destinasi edukasi bagi dunia pendidikan. Banyak siswa dan ianstansi lain yang datang kesini untuk berdiskusi dan belajar tentang budidaya lebah madu. (Ind)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *