PKDP Peduli Rakyat, Rantau dan Ranah

  • Bagikan

Oleh : Awaluddin Awe*)

Alhamdulillah, akhirnya Mubes DPP PKDP VI disepakati dilaksanakan 1-3 Maret 2023 di tiga tempat sekaligus yakni di Padang, Padang Pariaman dan Kota Pariaman.

Juga disepakati Mubes VI akan diisi dengan berbagai iven yang mencerminkan semangat Alek Gadang Ughang Piaman se Dunia.

Ada 17 iven yang akan digelar sejak 25 Februari hingga 3 Maret 2023. Lokasi iven tersebar di sebagian kecamatan Padang Pariaman dan kota Pariaman. Pembukaan acara dipusatkan di Hotel Trumtun Padang.

Momentum ini telah lama ditunggu tunggu warga Piaman. Sebab Mubes di Ranah memiliki dua tujuan sekaligus. Pertama, memenuhi pertanggungjawaban organisasi, dimana masing masing peserta dan peninjau yang berasal dari seluruh Indonesia akan memberikan perannya masing masing pada saat mubes.

Kedua, setelah mubes selesai, maka para peserta dan peninjau akan bahondoh poroh pulang ke kampung halamannya masing masing untuk melepas teregak dengan keluarga dan kawan kawan samo gedang. Tidak lupa, disempatkan juga mencilat cilat kawan sama sekolah yang punya memori khusus. Indak dapek basobok langsung, melihat puncak atok rumahnyo jadilah. Baito bana semangat pulang kampung sambie berMubes PKDP ini.

Memang sudah menjadi tradisi, momentum Mubes PKDP bagi perantau adalah hari rayo ketek atau musim Tabuik kaduo salamo limo tahun.

Saya masih ingat pada saat pembentukan IKKP dulu di era Bupati Anas Malik. Mobil berselincaran masuak kalua kampung. Lapau panuah oleh dunsanak mandanga cito urang rantau. Surau dan mesjid panuah untuk mendengarkan pesan dari urang rantau langsung.

Semangat berMubes PKDP saat itu memang sangat dipicu oleh dorongan dan dukungan Bupati Anas Malik. Secara teori beliau menyebut, menyambut 100 perantau di Rumah Dinas Bupati sama dengan membukakan pintu masuk uang senilai Rp1 miliar lebih. Sebab sudah dapat dipastikan satu orang perantau bisa mengeluarkan uang di kampungnya Rp10 juta per orang.

TETAPI itu dulu. Nilai kapitalisasi dana sejak masa Bupati Anas Malik sampai sekarang tentu sudah berubah jauh. Nilai 10 juta dulu tentu sekarang sudah berubah menjadi Rp50 hingga Rp100 juta. Itu kemungkinan pasti disebabkan juga perubahan harga harga selama 37 tahun lebih.

Namun yang ingin saya tekankan disini adalah kehadiran para perantau di Kampung halaman haruslah memberi manfaat, memberi arti dan legacy. Untuk itu, panitia mubes sejak sekarang sudah harus merancang legacy seperti apa yang akan dibuat pada Mubes VI ini.

Prospek ini penting menjadi agenda mubes guna menaikan bobot dan kualitas DPP PKDP di mata masyarakat kampung. Jangan mubes seperti dipaksakan tetapi kemudian meninggalkan beban sosial yang kemudian jadi pandangan negatif terhadap PKDP.

Mubes juga harus memberikan perkuatan terhadap peran komunikasi ramah dan rantau yang selama kurun waktu terakhir terabaikan. Ini disebabkan karena program organisasi tidak menyentuh soal ini. Padahal di tingkat Pemerintah daerah mereka sudah membentuk struktur organisasi Ranah dan Rantau. Sebagian menggabungkannya dengan bagian lain.

SIMAK JUGA :  Wako Fadly Amran Terima Penghargaan Nirwasita Tantra 2020

Pola hubungan Ranah dan Rantau ini juga sekaligus memperkuat hubungan internal sesama perantau Piaman. Jangan yang menjadi pengurus orangnya itu ke itu saja. Harus ada inisiatif melibatkan orang orang baru di dalam kepengurusan DPP PKDP Indonesia. Untuk ini saya sarankan bentuk satu WKU Bidang Kehumasan, Ranah dan Rantau yang secara khusus menangani komunikasi internal dan eksternal organisasi.

DPP PKDP juga harus konsen dengan program kepedulian terhadap rakyat. Sebab PKDP adalah organisasi besar. Dia terlihat kecil dan tidak berperan secara maksimal karena manajemennya tidak terkelola secara benar.

Tapi itu juga tidak bisa disalahkan. Sebab watak orang Piaman ini memang beda. Dibuat program banyak, mereka berciloteh, ciek se ndak salasai doh. Tidak dibuat program sama sekali, lebih parah lagi. Kalau ka maongkang ongkang kaki, manga duduk di PKDP. Begitulah dinamika organisasi orang Pariaman.

Namun apapun argumentasinya DPP PKDP harus mampu menyelesaikan semua agenda itu di dalam mubes. Satu program khusus tentang PKDP sebagai Payung Panji Ughang Piaman se Dunia harus dikonkretkan dalam satu kertas kerja di Mubes.

Ini saat dan momentum pas untuk menyatukan kembali begitu banyak organisasi ughang Piaman di tingkat nasional, lalu setelah itu melakukan kegiatan bersama sama pula. Era inilah yang kemudian akan dikenang sebagai masa kebangkitan dan keemasan PKDP.

Namun impian ini hanya akan bisa diwujudkan jika sosok Ketua Umum yang dipilih di Mubes adalah orang yang benar benar paham berPariaman, memiliki rasa tanggung jawab moral tinggi terhadap PKDP, punya banyak waktu dan dana untuk mengelola organisasi sebesar PKDP dan terakhir, elok dan komunikatif terhadap semua orang dan level Ketua Organisasi Piaman lainnya.

PKDP harus dikembalikan kepada posisi awalnya sebagai pusat gerakan rantau untuk kampung halaman dengan pandai memanfaatkan dan mendauagunakan semua potensi yang ada.

Pengurus yang ditunjuk adalah orang yang ahli dibidangnya. Tidak perlu ada WKU Urusan Bercakap cakap. Sebab semua ughang Piaman pandai maota. Yang kita butuhkan saat ini adalah bagaimana PKDP bisa mengelola aset dan SDM rantau sebesar saat ini dan tersebar hampir di seluruh Indonesia, bahkan dunia.

Tinggalkan budaya debat kusir di dalam organisasi. Sebab hal itu hanya akan mengganggu dan mengacaukan fokus kawan kawan di PKDP. Kalau mau debat kusir buek WAG Lapau Ota Piaman (LOP) ciek. Maota karianglah sajadi jadinya disitu. WAG organisasi ya seharusnya kita bahas masalah organisasi, bukan lainnya.

Ini hanya sekedar masukan saja, untuk kebaikan sifatnya. (*)

*)Penulis adalah wartawan senior, Pemimpin Umum Harianindonesia.id dan Pimpred Kabarpolisi.com, aktif di organisasi Kadin dan PKDP, berdomisili di Jakarta.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *