Diskusi SATUPENA, Taufik Damas: Salah Besar Jika Bencana Alam Dikaitkan Azab

  • Bagikan
Ilustrasi Bencana Alam

JAKARTA – Salah besar jika ketika ada bencana alam, lantas dikait-kaitkan dengan azab. “Teori azab” ini bisa dibantah dengan berbagai alasan. Hal itu ditegaskan Taufik Damas, alumni Al-Azhar Mesir dan tokoh muda Nahdlatul Ulama.

Taufik Damas menyatakan itu dalam Webinar di Jakarta, Kamis, 23 Februari 2023 malam.

Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi Satupena itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Anick HT.

Taufik Damas mengambil contoh bencana alam yang terjadi di Indonesia, yakni di Cianjur. “Setiap bencana terjadi, pasti korbannya beragam. Orang yang sholeh, kena. Orang yang gemar maksiat juga kena,” ujarnya.

“Tempat ibadah pun banyak yang hancur. Bahkan pesantren banyak yang roboh pada saat bencana. Tidak pandang bulu. Jadi, jika orang bilang bencana itu azab, bagi saya itu salah besar,” tegas Taufik Damas.

Menurut Taufik, orang yang bicara “bencana adalah azab” itu tidak memiliki empati. Apalagi terkadang dikait-kaitkan dengan politik. Misalnya, ini gara-gara pemerintah zalim, sehingga Tuhan menegur dengan menurunkan azabnya. Agar pemerintah sadar untuk bersikap adil.

“Nah, ini cara berpikir yang keliru. Karena ini bagian dari mekanisme alam yang memungkinkan terjadinya bencana. Dan sunnatullah ini tidak akan pernah bergeser. Tidak akan pernah berubah,” jelasnya.

“Itulah hebatnya, sehingga sunnatullah ini kemudian melahirkan berbagai teori ilmu pengetahuan. Dalam Alquran dinyatakan, kalian tidak akan menemukan dalam sunnatullah itu perubahan,” lanjutnya.

Yang kedua, kata Taufik, teori azab itu secara nash dibantah di dalam Alquran. Allah menjamin kepada Nabi Muhammad, bahwa umatnya tidak akan pernah Allah azab selama Nabi masih ada bersama mereka.

Dan, Allah tidak akan pernah mengazab mereka selama masih ada di antara mereka yang istighfar. “Di zaman sekarang, orang yang masih istighfar itu banyaklah. Orang NU sehabis solat pastilah mereka istighfar,” tutur Taufik.

SIMAK JUGA :  Expo Bartim 2022, BAZAAR dan PAMERAN "Ekonomi Kerakyatan"

Menurut Taufik, pemahaman inilah yang seharusnya perlu dikembangkan saat ini. Sehingga orang dapat melakukan mitigasi dan antisipasi terhadap kerusakan alam. Teologi semacam ini akan mendukung gerakan-gerakan bagaimana merawat alam raya ini.

“Agar alam raya ini terjaga dan terhindar dari kemungkinan terjadinya bencana. Walaupun ada bencana yang tidak mungkin bisa dihindari,” sambungnya.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *