PKDP, Menuju Organisasi Kekeluargaan tapi Modern dan Profesional

  • Bagikan

Oleh : Awaluddin Awe)*

ORGANISASI Kekeluargaan PKDP didirikan di Pariaman pada tahun 1984 oleh sejumlah pengusaha perantau asal Padang Pariaman, kini disebut Piaman.

Makna kata Piaman dalam organisasi PKDP adalah melambangkan atau menyebutkan identitas Piaman Laweh secara emosional, yang dulu terbentuk oleh demografi meliputi sebagian kota Padang, Agam dan Mentawai.

Pengertian kata Piaman juga meliputi daerah rantau di Indonesia dan di luar negeri. Bahkan, ada yang berkelakar, jika di bulan dibuka daerah rantau, maka disitu ada PKDP.

Tetapi, tidak semua daerah rantau punya organisasi PKDP. Sebagian besar berkelompok dan berorganisasi setingkat jorong, nagari dan kecamatan.

Banyak juga yang mengorganisir diri mereka dalam organisasi kesukuan. Misalnya, suku Sikumbang, Tanjung, Piliang, Panyalai, Chaniago,dan lainnya.

Pendirian PKDP awalnya adalah untuk menghimpun persatuan ketek ketek tadi menjadi organisasi besar setingkat nasional, propinsi, kabupaten kota dan kecamatan.

Bahkan, sekarang PKDP mau tampil menjadi organisasi dunia. Saat ini kabarnya sudah ada satu cabang PKDP di Amerika Serikat. Tapi mungkin jumlah orangnya masih terbatas, namun secara emosional pembukaan cabang di AS itu bagus untuk memotivasi perantau di negara lainnya.

Perlu Sosialisasi ke Perantau

Meski secara organisasi, struktur kepengurusan PKDP sudah seperti organisasi permanen yakni memiliki pengurus pusat, propinsi, kabupaten dan kota, bahkan disebagian daerah sudah punya pengurus di kecamatan dan kelurahan, tetapi PKDP belum berjalan seperti organisasi modern dan profesional.

Pengertian modern dan profesional disini adalah, belum memiliki sistim pengelolaan organisasi yang memiliki program kerja yang jelas dan terukur, serta belum dijalankan dalam kerangka organisasi profesional.

Akan ada perdebatan tentang istilah modern dan profesional ini nantinya. Sebab jiwa dan semangat ber PKDP saat ini bersifat pemenuhan azas kekeluargaan seperti alek baralek, kematian, kebudayaan dan keagamaan.

Padahal, diluar fungsi utamanya tadi PKDP sudah bisa digerakan sebagai stake holder negara, pemerintah dan daerah untuk tujuan pembangunan nasional dan daerah.

Sebab, di tubuh PKDP itu sebenarnya terdapat potensi muda, praktisi, profesional dan bahkan leadership di dalam perusahaan besar. Kolaborasi sumberdaya manusia seperti itu, akan bisa membawa PKDP kemana saja.

Saya mengambil sebuah perumpamaan terhadap organisasi sejenis dari etnis lain, misalnya suku Jawa misalnya. Mereka sebagian besar sudah berhasil menduplikasi organisasi mereka menjadi motor ekonomi, bisnis dan politik.

Coba lihat sektor ekonomi dan bisnis, terutama yang bersifat padat tenaga kerja, banyak dilakukan oleh kelompok organisasi kemasyarakatan yang ditupang oleh satu atau lebih pengusaha profesional di dalam organisasi itu.

Dari sisi politik pun, mereka berhasil mendulang posisi penting di parlemen, pemerintah dan lembaga negara lainnya.

Tujuan PKDP ke arah itu, saya akui memang agak sulit untuk dicapai, tetapi bukan tidak bisa direalisasikan, asalkan ada kemauan dan kesepakatan.

Kendala merealisasikan hal hal yang produktif itu juga sering terhalang oleh sikap jumawa dan egaliter dari orang Piaman.

Orang Piaman memang spesifik. Sesuatu dengan tujuan baik yang direncanakan dan akan dilakukan, sering diawalnya ditanggapi negatif, alias dicimeehkan.

“A lo usulan si Awe ko. Ughang banyak nan dipikieannyo. Hiduik e baa kini tu. Lai manyalasai,”. Kata kata perumpamaan ini sering sekali muncul pada saat satu gagasan dilemparkan di dalam forum forum informal atau formal di PKDP.

SIMAK JUGA :  Pilgub Sumbar, Sepi Calon. Benarkah?

Tetapi, pada kelompok tertentu yang sudah terasah oleh cara dan sikap hidup ughang Piaman yang egaliter itu, berhasil mengembangkan peran dan fungsinya di lembaga lain, tetapi tidak di PKDP.

Jadi Tuan di Rumah Orang

Banyak anak muda dan kelompok usia tengah asal Piaman di rantau, kini menguasai sejumlah organisasi besar dan memiliki reputasi dan diakui secara nasional.

Saya tidak usah menyebut nama. Tetapi kawan kawan di seluruh Indonesia tau akan hal itu.

Pertanyaan saya adalah, kenapa mereka bisa membesarkan organisasi dari akumulasi dari banyak suku ketimbang satu daerahnya sendiri dan menjadi Tuan di Rumah Orang?

Jawabannya adalah karena etnis Piaman ini memang spesifik tetapi bukan buruk ya. Ini sebenarnya positif tetapi belum terkelola secara baik. Sebabnya adalah PKDP masih dikelola secara tradisional dan belum profesional.

Saya memimpikan satu keadaan, Pengurus PKDP, terutama di tingkat nasional merumuskan kembali posisi dan peran PKDP bukan saja bersifat kekeluargaan, tetapi juga bersifat produktif.

Sebab populasi ughang Piaman di Indonesia sudah sangat besar. Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara menghimpunkannya dalam wadah yang juga besar ini.

Secara teori, menurut pandangan saya, lakukan dulu rekonsiliasi organisasi dari semua organisasi ughang Piaman.

Lalu, bentuk gerakan menghimpun ughang Piaman di setiap tingkatan dan setelah itu didapatkan rumuskan konsep gerakan program aktualnya.

Saya meyakini transformasi PKDP dari gerakan kekeluargaan ke bentuk produktif ini bisa dijalankan jika tokoh tokoh PKDP bisa bekerjasama diluar waktu dinasnya masing masing dengan melihat sebagai contoh, bagaimana negara ini mengelola rakyatnya yang berjumlah jutaan orang itu.

Benefit Organisasi dan Peluang

Saya berpandangan, PKDP sebagai organisasi besar dan dengan kekuatan besar memang harus berbenah untuk mendapat benefit organisasi dan peluang di dalam dan luar dirinya.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah revisi kembali status dan tujuan organisasi dengan menambah satu atau beberapa pasal baru tentang keekonomisan dan benefit organisasi, dan mereposisi peran dan fungsi organisasi baik di tingkat pembina, penasihat dan pengurus sampai ke tingkat bawahannya.

Kedua, buat persyaratan bagi calon Ketua umum yang memenuhi persyaratan transformasi PKDP tadi. Saya yakin para senior di DPP memahami arah dan tujuan pikiran tulisan ini.

Ketiga, buat program kerja yang menampung aspek kekeluargaan, partisan dan produktifitas serta benefit secara organisasi.

Saya dapat kabar di Pekanbaru, PKDP setempat pernah mendapatkan hak mengelola parkir pasar, ini bisa menjadi salah satu contoh program yang bisa dijalankan PKDP, terutama di kota kota agak besar.

Masih ada banyak program besar lain yang bisa dijalankan tanpa mengubah posisi PKDP sebagai ajang tempat berkumpul pada mubes dan musda musda dan kegiatan tradisional lainnya.

Saya menulis ini, tidak ada tujuan tujuan lain. Sesungguhnya ini hanya sekedar usulan dan masukan saja. Jika baik silahkan pakai, jika tidak, jangan dipakai untuk bungkus lado.

Kepanasan saya nanti.

)*Penulis adalah perantau Piaman di Padang Panjang, bekerja sebagai Pemimpin Umum Harianindonesia.id, Pemimpin Redaksi Kabarpolisi.com dan Pemimpin Redaksi Bandaranews.com Jakarta

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *