Ini Alasan Istri Tidak Pilih Cerai Walau Diselingkuhi Suami

  • Bagikan

Ilustrasi

JAKARTA -Berbicara perselingkuhan, terkadang menjadi suatu hal yang sangat menyakitkan dalam hubungan pernikahan.

Memang diketahui menjaga komitmen dalam sebuah pernikahan bukan hal yang mudah.

Julukan bagi orang yang berselingkuh juga berbagai macam mulai dari pelakor (perebut laki orang-red),

sampai pebinor (perebut bini orang).

Tidak jarang gara-gara selingkuh hubungan rumah tangga yang dijalin sejak lama hancur berantakan.

Banyak pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai atau berpisah.

Berdasarkan survei yang dikutip dari JustDating salah satu aplikasi pencari teman kencan, mengatakan 40 persen dari pria dan perempuan di Indonesia pernah berselingkuh dari pasangannya apabila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Angka ini terbilang cukup tinggi.

Apabila dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka satu dari 80 orang pria maupun wanita di Indonesia pernah berselingkuh dari pasangannya.

Diutip dari nytimes.com dalam surveynya, istri kerap menjadi korban perselingkuhan dalam pernikahan.

Kedati demikian walaupun mengetahui suaminya selingkuh, tidak sedikit istri yang memilih mempertahankan rumah tangganya ketibang berpisah atau bercerai.

Kenapa?

Rupanya hal itu berkaitan dengan psikis para perempuan bersuami tersebut yang memilih mempertahankan rumah tangga setelah konflik dengan suami.

Banyak faktor yang menjadi alasan, satu diantara yang paling kuat adalah faktor telah memiliki anak.

Perempuan yang memiliki anak dinilai memiliki pemikiran yang lebih stabil

Mereka akan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan.

Mereka memiliki karakter yang lebih dewasa.

Dalam sebuah penelitian yang diberitakan oleh nytimes.com, ditemukan bahwa pasangan yang pulih dari badai perselingkuhan bisa memunculkan kekuatan baru dalam hubungannya.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa meski telah melewati masa labil, perempuan tetap merasa tidak sejahtera secara psikologis dengan kehidupan pernikahannya.

Meski memilih mempertahankan rumah tanga, istri tetap tidak bahagia.

Kebahagiaannya semu, dan ia seperti tak pernah bisa mempercayai siapapun.

Hal itu disebabkan karena perempuan memiliki kebiasaan mengingat kembali perselingkuhan suami.

Perempuan cenderung mengingat luka.

Untuk memulihkan hubungan, perempuan butuh komitmen lebih dari suami.

Meski tidak bahagia dalam pernikahan, namun seorang istri cenderung mendapatkan kedewasaan yang lebih. Ia bisa mengatur emosinya lebih baik.

Ia akan mencari kebahagiaan lain berupa kesuksesan anak-anaknya, kesuksesan karirnya, bisnisnya, dan kehidupan lainnya.

Istri yang memilih bertahan dengan perselingkuhan biasanya memiliki kehidupan sosial yang baik dan pekerjaan yang sibuk.

Namun istri seperti itu hanya akan memaklumi satu kali kasus perselingkuhan saja.

Dikutip dari Tesis Asniar Khumas mahasiswa UNM menyebutkan, gambaran kesejahteraan psikologis subjek juga dapat diketahui dari keenam dimensi kesejahteraan psikologis, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan hidup, pertumbuhan pribadi.

Dikutip dari kompas.com, setiap istri akan merasa kecolongan, merasa dibodohi dan dipermalukan saat suaminya selingkuh.

SIMAK JUGA :  Sekretariat Kadin Sumbar di Aset Pemrop Bersengketa dan tak Bayar Pajak, Sam Salam : Pengurus harus Malu!

Namun, banyak perempuan yang makin memperparah kondisinya ini dengan melakukan tiga jenis kesalahan.

Anda ingin tahu apa kesalahan tersebut?

1. Menyelidiki

Mengaku sajalah, begitu Anda mencurigai pasangan sedang berselingkuh, Anda pasti akan langsung menanyai teman-temannya, mengawasi setiap gerak-geriknya, berusaha mengecek SMS atau panggilan telepon di ponselnya, bahkan menginterogasinya.

Benar-benar menghabiskan energi, dan hanya ini dilakukan untuk membuktikan apa yang sebenarnya sudah jelas: bahkan hubungan itu sudah kandas.

Untuk mengetahui bahwa hubungan Anda berdua tidak beres, sebenarnya Anda tidak membutuhkan bukti berupa perselingkuhan si dia.

Entah ia memang sedang selingkuh, atau hanya Anda yang parno, bukti semacam ini tidak diperlukan untuk mengetahui bahwa sesuatu harus berubah.

Berusaha keras menangkap basah pasangan dan teman perempuannya tidak akan memuaskan Anda.

Hal itu hanya akan menyakiti hati Anda, dan membuat Anda terkesan desperate di mata selingkuhannya.

2. Menyalahkan si WIL

Perselingkuhan terjadi karena ada pria dan wanita yang terlibat.

Jika bukan karena kesalahan si perempuan, tentu karena kesalahan si laki-laki.

Orang berselingkuh karena mereka memang pembohong.

Ketika seorang pria selingkuh, hal itu bukan karena ia terpikat dengan pesona perempuan lain.

Hal itu bukan karena perempuan lain itu memberikan sesuatu yang tidak Anda miliki.

Bukan pula karena ia lebih hebat daripada Anda.

Pembohong akan membohongi Anda, dan mereka tidak memerlukan dorongan tertentu untuk berselingkuh.

Oleh karena itu, singkirkan kemarahan Anda terhadap perempuan lain dalam hubungan Anda tersebut.

Berkonsentrasilah pada kenyataan bahwa pasangan Anda telah merusak komitmennya.

3. Berusaha mengubahnya

Anda perlu mengenali bagaimana karakter pasangan Anda sesungguhnya.

Apakah ia sedang “khilaf”, atau ia memang tukang selingkuh?

Selingkuh adalah pola perilaku yang tidak akan “sembuh”, tak peduli berapa banyak perubahan yang ia janjikan, atau berapa banyak perubahan yang telah Anda lakukan untuk membuatnya tetap setia pada Anda.

Kalau ia memang sudah sering selingkuh, untuk apa sih mempertahankan pria seperti itu?

Anda tak mau hidup Anda terus dipenuhi rasa khawatir akan kehilangan, bukan? Selain itu, Anda bukan orang yang memicunya untuk selingkuh.

Perselingkuhan bukan merupakan cerminan dari ketidakberhargaan Anda, melainkan suatu indikasi bahwa ia tidak mampu memegang tanggung jawab dalam memelihara hubungan.

Yang bermasalah itu dia, bukan Anda.

Tetapi karena bukan Anda yang menyebabkan kekasih Anda selingkuh, Anda pun tak bisa menghentikan perselingkuhan itu.

Tidak ada perubahan yang bisa Anda lakukan untuk mengubah seorang peselingkuh menjadi orang yang setia.

Tak ada gunanya berandai-andai, kalau Anda lebih rajin merawat diri, lebih liar di atas ranjang, atau kalau Anda tidak terlalu penurut, pasti suami akan lebih setia. (We)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *