PKDP, bukan Satu satunya Organisasi Orang Piaman di Dunia

  • Bagikan

Oleh : Awaluddin Awe

Rapat kerja nasional (Rakernas) DPP PKDP Indonesia yang berlangsung di Hotel Balairung, 4-5 Desember 2021 melahirkan aksi sepihak dan cenderung memecah belah persatuan orang Pariaman.

Betapa tidak. Ketua Umum DPP PKDP Indonesia Refrizal merilis rekomendasi Rakernas bahwa PKDP adalah satu satunya organisasi ughang Piaman se dunia.

Rekomendasi tanpa jalan keluar yakni tidak memosisikan organisasi ughang Piaman lain yang juga sudah terbentuk, bahkan memiliki SK Kemenkum HAM, bakal menjadi perdebatan panas.

Sebab, rekomendasi PKDP sebagai satu satunya organisasi orang Piaman adalah melanggar hak berdemokrasi bagi masyarakat Pariaman.

Kalau saya tidak salah, konsep PKDP sebagai payung organisasi warga Piaman di seluruh dunia memang pernah dibahas, tetapi bukan menjadikan PKDP sebagai satu satunya organisasi ughang Piaman.

PKDP sebagai payung organisasi, berarti seluruh organisasi ughang Piaman akan berinduk ke PKDP. Ini jauh lebih elegan jika dibandingkan PKDP mengklaim dirinya sebagai satu satunya organisasi ughang Piaman di dunia.

Dengan posisi sebagai payung, PKDP akan berperan menghimpun tokoh nan taserak, sekaligus menambah kekuatan PKDP dengan banyaknya anggota baru.

Dengan menjadi payung, PKDP bisa diibaratkan sebuah rumah besar dimana didalamnya berhimpun berbagai kreatifitas ughang Piaman dalam segala bentuk.

Meski begitu, PKDP juga harus arif bahwa belum tentu semua organisasi ughang Piaman lain mau bergabung dengan PKDP. Alasannya, maaf, selama ini PKDP tidak melahirkan kreatifitas apa apa, selain hanya menjadi ajang pertemuan mereka yang suka disebut tokoh, tetapi secara organisasi tidak membuat kreasi apapun.

Bahkan, sebaliknya, dengan mengklaim PKDP sebagai satu satunya organisasi ughang Piaman, berarti DPP PKDP telah memantik api perpecahan baru di tubuh ughang Piaman.

Sebab sampai saat ini sudah ada 11 organisasi ughang Piaman secara nasional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, khususnya Jakarta.

Organisasi itu kini sedang solidnya membangun jaringan ke pelosok Propinsi di Indonesia. Sebutlah misalnya Forum Komunikasi Masyarakat Piaman Indonesia (FKMPI) besutan tokoh lama PKDP H. Armawi Koto alias Ajo Dewa, DPP PAKAR pimpinan Haji Mahyuddin SE dan Persatuan Warga Kota Pariaman Indonesia (PWKPI) Pimpinan mantan Kajati Sumbar Bagindo Fahmi.

Masih ada lagi organisasi sejenis yang tinggal menunggu momen untuk muncul kepermukaan yakni DPP Piaman Laweh di Batam yang dipimpin tokoh masyarakat Batam asal Piaman H Andi Bola.

Organisasi sejenis ini muncul pada dasarnya adalah disebabkan ketidakpuasan dalam masalah organisasi. Salah satunya adalah, menganggap rendah tokoh lain, karena tokoh tersebut tidak punya gelar dan miskin secara finansial.

Ada juga disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam melihat keputusan organisasi dan penggunaan atribut organisasi.

Salah satu pemicu, menurut saya yang bisa membuat rusuh di tubuh DPP PKDP adalah, rencana DPP PKDP mengganti lambang PKDP yang saat ini berupa simbol Tabuik. Mereka akan mengganti lambang PKDP dalam bentuk lain yang dianggap lebih Piaman.

Saya mendengar suara bahwa lambang Tabuik, dinilai bukan tradisi orang Pariaman dan bukan menggambarkan prinsip Islam. Dan ini yang berbahaya, bahwa Tabuik adalah milik orang kota Pariaman, bukan Piaman secara keseluruhan.

Saya sebagai wartawan terkejut mendengar suara seperti ini. Sadarkah kawan kawan di PKDP bahwa Tabuik itu adalah iven pariwisata terbesar di Indonesia yang dipusatkan di kota Pariaman.

SIMAK JUGA :  Dua Tahun Lebaran tanpa Keluarga, Jalani Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Tabuik adalah legenda Pariwisata dunia, bukan cuma kota Pariaman. Itu adalah ajang berkunjungnya puluhan bahkan ratusan ribu orang dari seluruh penjuru dunia ke kota Pariaman.

Kota Pariaman itu secara emosional adalah bagian dari wilayah demografi dan emosional Piaman Laweh. Para pendiri kota Pariaman dulu sengaja memecah Padang Pariaman dengan membuat kota Pariaman untuk kelangsungan pemerintahan dan mengembangkan pemekaran daerah, bukan untuk memecah belah orang Pariaman baik di kota maupun di rantau.

Jadi, jika DPP PKDP dengan secara sadar mengganti logo PKDP dari Tabuik, maka patut diduga DPP PKDP dibawah kepemimpinan Refrizal tidak tau sejarah kelahiran PKDP dan sengaja menghilangkan identitas asli tersebut.

Sekedar untuk mengingatkan saja bahwa organisasi PKDP didirikan oleh tokoh Piaman lintas daerah. Ada ketua pertama Ikatan Keluarga Padang Pariaman (IKPP, cikal bakal PKDP) Zainuddin Zainun urang Pasar Usang yang menjadi pejabat di Departemen Perhubungan.

Ada Sidi Dahlan, tokoh pengusaha asal Ulakan. Ada Haji Muhammad Rani Ismail orang kota Pariaman. Dan dari kelompok wanitanya ada ibunda Masni Rani yang berasal dari Sungai Limau.

Dan ada banyak lagi nama yang semuanya berasal daerah kecamatan di Padang Pariaman tapi yang menjadi tokoh di Rantau.

Bayangkan pada saat itu rasa persatuan yang begitu tinggi menjadikan PKDP sebagai organisasi disegani.

Lalu mengapa kini DPP PKDP malah masuk ke dalam perpecahan dengan membuat legitimasi sebagai satu satu organisasi ughang Piaman se dunia.

Saya luruskan, PKDP bukan satu satunya organisasi ughang Piaman se dunia, tetapi Payung Panji ughang Piaman dan organisasinya, yang bersifat pembinaan dan mengarahkannya dalam bentuk persatuan dan kesatuan.

Saya melihat antara fakta dan emosional peserta Rakernas dalam memutuskan DPP PKDP sebagai satu satunya organisasi ughang Piaman tidak seimbang.

Mengapa saya katakan demikian, secara organisasi PKDP tidak memenuhi syarat sebagai organisasi kemasyarakatan atau paguyuban. Sebab sampai saat ini PKDP masih belum terdaftar di Kemenkumham. Sementara organisasi sejenisnya sudah lebih duluan terdaftar di Kemenkumham.

Kedua, dari sisi kesekretariatan DPP PKDP sampai saat ini masih belum miliki kantor defenitif alias masih berpindah pindah sesuai alamat rumah atau kemampuan ketuanya menyewa kantor.

Artinya, dengan posisi seperti itu, janganlah DPP PKDP merancah dunia persilatan ughang Piaman secara keseluruhan. Sebab sampai detik ini DPP PKDP belumlah menjadi organisasi satu satunya yang dimiliki ughang Piaman di rantau. Ada banyak organisasi yang menanungi mereka dan menyediakan mesjid untuk beribadah mereka.

Jadi, sebelum terlambat. Saya imbau pak Refrizal menarik kembali pernyataannya yang menyebut PKDP sebagai satu satunya organisasi ughang Piaman se dunia.

DPP PKDP harus juga sesekali melihat ke markas organisasi ughang Piaman lain bahwa disitu juga ada tokoh ternama yang perlu dijaga perasaannya dalam urusan organisasi Rantau Piaman ini.

Mereka juga punya posisi bagus di negara ini. Mereka juga punya komitmen merawat dan menjaga warga Rantaunya. Mereka juga para Jenderal aktif yang dihormati orang kampungnya.

)*Penulis adalah, wartawan senior fan perantau Piaman di Padang Panjang.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *