Siapa Putin? Mantan Pegawai Rendahan KGB yang Disegani Dunia.

  • Bagikan

Vladimir Putin

Moskow – Vladimir Putin Pegawai Rendahan KGB jadi Presiden Rusia Bisa Berkuasa hingga 2036 . Vladimir Putin saat masih menjabat agen KGB pada 1980-an

TRIBUN-MEDAN.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin yang sudah menjabat empat periode dan bakal bisa menjabat hingga 2036 ternyata berasal dari pegawai rendahan KGB (Komite Keamanan Negara/ BIN Uni Soviet ).

Vladimir Putin menjadi Pelaksana Presiden Rusia sejak 1999 setelah Boris Yeltsin mundur karena alasan kesehatan.

Vladimir Putin menjadi Presiden Rusia dua periode 2000 – 2008.

Sesuai konstitusi Rusia tidak boleh menjabat tiga periode, pada 2008-2012, Vladimir Putin mengakali konstitusi dengan menjadi Perdana Menteri, jabatan Presiden dipegang Dmitry Medvedev.

Dalam praktiknya Dmitry Medvedev hanya boneka, tetap yang berkuasa adalah Vladimir Putin.

Vladimir Putin kembali menjadi Presiden dua periode sejak 2012 hingga sekarang.

Masa jabatan keempat Vladimir Putin diperpanjang dua tahun jadi enam tahun dan berakhir 2024 karena masa legislatur diperpanjang menjadi enam tahun.

Terbaru masa jabatan Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia bisa berlanjut hingga 2036, setelah referendum yang berakhir 1 Juni 2020 menyetujui penghapusan pembatasan masa jabatan presiden.

Jika Putin terpilih kembali dan menjabat hingga akhir masa jabatan kedua hingga 2036, maka Vladimir Putin akan mengalahkan Josef Stalin yang menjadi pemimpin Rusia selama 26 tahun, setelah Tsar Peter Agung, yang berkuasa selama 42 tahun.

Maka tidak heran, Vladimir Putin, menjadi tokoh paling berpengaruh dalam sejarah modern Rusia, kariernya melejit dari pegawai rendahan KGB menjadi presiden Rusia.

“Tanpa Putin, tidak ada Rusia,” ujar Ideputi kepala staf Kremlin yang juga disuarakan jutaan warga Rusia yang selama dua dekade terakhir menempatkan Vladimir Putin pada tampuk kekuasaan, apakah itu dalam wujud perdana menteri atau presiden.

Vladimir Putin lahir di Leningrad (sekarang Saint Petersburg) pada 1952.

Ayahnya Vladimir Spiridonovich Putin, prajurit Marinir Soviet (1911–1999) dan Maria Ivanovna Putina seorang buruh.

Putin belajar hukum di Universitas Negeri Saint Petersburg pada 1970, dan lulus pada 1975.

Setelah lulus kuliah, Putin gabung KGB pada 1975, dan dilatih di Leningrad sebagai agen kontraintelijen.

Julukan Putin di sekolah mata-mata adalah “Platov”.

Mulai 1985, ia bekerja di Dresden, Jerman Timur, sebagai pegawai rendahan KGB sebagai agen biasa.

Ia pun menjadi saksi saat runtuhnya Tembok Berlin pada 1989.

Saat itu dia tak berdaya menentang perubahan, tapi ada dua kesan kuat yang timbul dalam benaknya.

Pertama, ketakutan pada pemberontakan massal— setelah menyaksikan protes besar-besaran yang berujung pada runtuhnya Tembok Berlin dan Tirai Besi.

Kedua, kemuakan pada kekosongan kekuasaan di Moskow setelah Uni Soviet ambruk.

Putin menjelaskan sendiri bagaimana dirinya meminta bantuan ketika markas KGB di Dresden diamuk massa pada Desember 1989, namun Moskow, di bawah Mikhail Gorbachev, “terdiam”.

Dia mengambil inisiatif untuk menghancurkan dokumen-dokumen yang bakal memojokkan Rusia di kemudian hari.

“Kami membakar sedemikian banyaknya sampai tungku meledak,” sebut Putin dalam buku berisi kumpulan wawancara berjudul First Person.

Menurut Boris Reitschuster, penulis biografi Putin yang berasal dari Jerman, “Kita akan menghadapi sosok Putin yang berbeda dan Rusia yang berbeda jika dia tidak ditempatkan di Jerman Timur.”

Setelah Jerman Timur runtuh, Putin pulang kampung ke Saint Petersburg) pada 1990.

Saat itu, Putin masih aktif di KGB, sebelumnya akhirnya Wali Kota Saint Petersburg, Anatoly Sobchak, mengangkat Putin sebagai penasehat urusan internasional.

Anatoly Sobchak yang pernah menjadi dosen Putin saat kuliah hukum di Universitas Negeri Saint Petersburg.

Pada 1991 Putin pensiun dari KGB dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel.

Namun 1996, Anatoly Sobchak kalah dalam pemilihan wali kota Saint Petersburg, sehingga Putin ditarik pemerintahan Presiden Boris Yeltsin ke Moskow.

Setelah bertugas di beberapa pos, akhirnya Presiden Boris Yeltsin menunjuk Putin menjadi Direktur Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia, penerus KGB Rusia, 25 Juli 1998.

Kenapa Boris Yeltsin Memilih Putin?
Valentin Yumashev berperan penting dalam membuat Vladimir Putin menjadi presiden Rusia. Mantan wartawan yang menjadi pejabat Kremlin itu jarang diwawancara, tetapi dia sepakat menemui saya dan menyampaikan ceritanya.

Yumashev adalah salah satu pembantu yang paling dipercaya Boris Yeltsin – dia kemudian menikahi anak perempuan Yeltsin, Tatyana. Sebagai kepala staf Yeltsin, di tahun 1997, dialah yang memberikan Putin pekerjaan pertamanya di Kremlin.

“Pimpinan administrasi Yeltsin yang akan berhenti, Anatoly Chubais mengatakan kepada saya bahwa dirinya mengenal seorang manajer kuat yang dapat menjadi wakil yang baik untuk saya,” kata Yumashev.

“Dia memperkenalkan saya kepada Vladimir Yeltsin dan kami mulai bekerja sama. Saya segera melihat kerja menakjubkan Putin. Dia cerdas dalam memformulasikan ide, menganalisa dan mempertahankan pandangannya.”

“Yeltsin memiliki beberapa calon, seperti Boris Nemtsov, Sergei Stepashin dan Nikolai Aksenenko. Yeltsin dan saya banyak membicarakan kemungkinan pengganti

Suatu saat kami membicarakan Putin.

“Yeltsin bertanya: “Bagaimana pandangan Anda tentang Putin?” Saya pikir dia calon yang baik, saya jawab. Saya pikir Anda harus mempertimbangkannya. Jelas dari cara dirinya bekerja bahwa dia siap melakukan tugas yang lebih sulit.”

Apakah masa lalunya di KGB berpengaruh negatif?

“Banyak agen KGB, seperti Putin, meninggalkan organisasi setelah menyadari badan tersebut tidak dapat dipercaya. Kenyataan bahwa dia mantan KGB menjadi tidak ada artinya. Putin telah menunjukkan diri sebagai seorang liberal dan demokrat, yang berkeinginan melanjutkan reformasi pasar.”

Suksesi rahasia
Pada bulan Agustus 1999, Boris Yeltsin menunjuk Vladimir Putin sebagai perdana menteri. Ini adalah isyarat jelas bahwa Yeltsin mempersiapkan Putin untuk Kremlin.

Yeltsin dijadwalkan turun satu tahun lagi, tetapi di bulan Desember 1999 dia membuat kejutan dengan memutuskan turun lebih cepat.

“Tiga hari sebelum Tahun Baru. Yeltsin memanggil Putin ke tempat tinggalnya di luar kota. Dia meminta saya untuk hadir, dan kepala staf barunya Alexander Voloshin. Dia mengatakan kepada Putin bahwa dirinya tidak akan bertugas lagi di bulan Juli. Dia baru mengundurkan diri pada tanggal 31 Desember.

“Hanya kelompok kecil orang yang mengetahui: saya, Voloshin, Putin dan anak perempuan Yeltsin, Tatyana. Yeltsin bahkan tidak memberitahu istrinya.”

Yumashev dipercaya menulis pidato pengunduran diri Yeltsin.

“Ini adalah pidato yang sulit ditulis. Jelas bahwa naskah ini akan menjadi dokumen sejarah. Pesannya penting. Karena itulah saya menulis kalimat terkenal ‘Maafkan saya’.

“Rusia mengalami stres dan kejutan pada tahun 1990-an. Yeltsin harus membicarakan hal ini.”

Pada malam Tahun Baru 1999, Boris Yeltsin merekam pidato TV terakhirnya di Kremlin.

“Ini mengejutkan semua orang yang hadir. Kecuali saya yang menulis pidato. Orang menangis. Ini adalah momen emosional.

SIMAK JUGA :  Tiga Pemimpin Asean Kompak Kutuk Keras Israel

Tetapi adalah penting bahwa berita ini tidak bocor. Masih terdapat empat jam sebelum pengumuman resmi dikeluarkan. Jadi semua orang tidak boleh keluar dari ruangan. Mereka tidak diizinkan pergi. Saya mengambil tape dan mengendarai mobil ke stasiun TV. Pidato disiarkan pada tengah hari.

Vladimir Putin menjadi pejabat presiden. Tiga bulan kemudian dia memenangkan pemilihan umum.

Tapi, tiga bulan setelah berkuasa, Putin mengambil alih kendali media, dalam sebuah momen yang mengejutkan kaum oligarki dan orang-orang lama Kremlin.

Stasiun televisi independen NTV ditutup, beberapa media disergap, dan laporan berita disortir pemerintah.

Kejadian ini juga menetapkan gaya Putin dalam kekuasaan.

Memberangus penentang
Bagi banyak orang Rusia, Putin adalah simbol kekuatan Rusia yang mengingatkan pada kejayaan Soviet.

Mengambil alih kendali media punya dua manfaat untuk sang presiden baru: menyingkirkan kritikus berkuasa dari posisi mereka yang berpengaruh serta membentuk narasi, mulai dari perang Chechnya hingga serangan teror di Moskow.

Hal ini juga menaikkan angka popularitas presiden, menampilkan citra Rusia dan pemimpinnya yang hebat, dan membantu menentukan siapa musuh negara.

Sejak saat itu, warga Rusia di pelosok negeri hanya menyaksikan Putin yang mereka ingin saksikan. Dari 3.000 stasiun televisi di Rusia, sebagian besar menghindari menyiarkan berita. Kalaupun ada reportase politik, berita tersebut sudah disortir ketat oleh pemerintah.

“Jangan main-main dengan saya”: sebuah pesan untuk rakyat

Putin secara bertahap mengendalikan 83 wilayah Rusia dengan menunjuk politisi yang dia percaya sebagai gubernur.

Dia menghapus pilkada pada 2004 dan menggantinya dengan pemilihan kepala daerah oleh para anggota DPRD.

Meskipun kalangan kritikus menuduh Putin “menghapus demokrasi”, strateginya berhasil, terutama di daerah seperti Chechnya.

Pilkada sempat kembali sesaat pada 2012 setelah gelombang protes prodemokrasi. Namun pada April 2013, Putin kembali mengendakukan secara langsung melalui undang-undang yang ketat.

Bereksperimen dengan liberalisme
Serangkaian demontrasi massal, yang berjuluk Protes Bolotnaya, pecah di Moskow dan beberapa tempat lain di Rusia pada 2011 hingga 2013 guna menuntut pemilu bersih dan reformasi demokratis.

Aksi unjuk rasa ini adalah yang terbesar di Rusia sejak 1990-an.

Pada saat yang sama muncul Arab Spring dan ‘revolusi berwarna’ di negara-negara tetangga, yang membangkitkan kenangan 1989.

Putin memandang aksi protes ini sebagai kendaraan bagi negara-negara Barat untuk merongrong Rusia.

Perubahan gaya, walau tampilan belaka, diperlukan. Putin lantas bereksperimen dengan liberalisme. Dia menyerukan desentralisasi politik dan janji kepada daerah-daerah untuk mengendalikan ekonomi mereka dengan lebih leluasa.

Kata ‘reformasi’ diumbar dalam setiap pidato, namun gerakan ini hanya sesaat. Begitu ancaman usai, strategi itu tak lagi dipakai.

Unjuk kekuatan di Krimea
Kevakuman kekuasaan pasca-revolusi di Ukraina memberikan celah bagi Putin untuk bermanuver.

Pendudukan Krimea secara cepat pada Februari 2014 adalah kemenangan terbesar Putin sejauh ini dan pukulan telak bagi Barat.

Rusia telah menunjukkan kekuatannya dalam mengambil alih wilayah negara tetangga selagi dunia menyaksikan dan gagal mencegahnya.

Putin punya kekuatan yang cukup untuk menyulitkan Barat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sejak momen itu dia bisa memimpin, menentukan laju, dan menentukan hubungan Rusia dengan Barat.

Krimea adalah serangan terbesar Rusia, namun itu bukan satu-satunya kejadian.

Selama berpuluh tahun, Putin mempraktikkan ekspansi politik Rusia di wilayah terdekat—negara-negara merdeka yang muncul setelah Uni Soviet runtuh dan masih dianggap Rusia sebagai wilayah alaminya, seperti terjadi dalam konflik Georgia (2008).

Mengeksploitasi titik lemah Barat: Suriah
Putin mampu memanfaatkan kurang lekatnya negara-negara Barat dalam urusan politik luar negeri dan mengubah kelemahan tersebut menjadi keuntungannya.

Intervensi Rusia di Suriah, dengan mendukung pasukan pro Bashar al-Assad, menyimpan keuntungan berlipat baginya.

Di satu sisi, aksinya memastikan tiada negara yang punya kendali penuh terhadap wilayah vital di Timur Tengah. Di sisi lain, dia punya peluang menguji persenjataan baru dan taktik militer.

Hal ini memberikan pesan kuat kepada sekutu-sekutu lama Rusia (selain dinasti Assad) dan negara yang wilayahnya dekat dengan Rusia, bahwa Rusia tidak pernah meninggalkan teman lama.

Tsar baru Rusia?
Selama masa kekuasaannya, Putin telah sukses membangkitkan pemikiran lama ‘Kolektor Tanah-Tanah Rusia’, sebuah konsep feodal yang membenarkan kebijakan ekspansi Rusia.

Dalam konteks ini, mudah dipahami mengapa Krimea dan negara-negara yang wilayahnya dekat dengan Rusia, begitu bermakna bagi Putin.

Beberapa pengamat Rusia, seperti Arkady Ostrovsky, menilai cara-cara Putin bisa berujung pada penciptaan Tsar modern: seorang pemimpin unik Rusia yang berada di atas partai-partai politik.

Hal ini klop dengan keputusan Putin yang memilih menjadi kandidat independen dalam pemilu terakhir.

Anggota ‘Keluarga’?
Valentin Yumashev sering kali dipandang sebagai anggota “Keluarga”: lingkaran dalam Boris Yeltsin yang diduga mempengaruhinya sampai di akhir tahun 1990-an.

Yumashev menyanggah dengan mengatakan “Keluarga” hanya sebuah “dongeng, sebuah rekaan”.

Tetapi tidak diragukan pada tahun 1990-an, dengan memburuknya kesehatan Yeltsin, pemimpin Kremlin mempercayai sekelompok kecil keluarga, teman dan tokoh bisnis.

“Kelompok Putin tidak memiliki pengaruh seperti ini,” kata pengamat politik Valery Solovei.

“Terdapat dua kelompok orang yang Putin andalkan: teman masa anak-anak, seperti Rotenberg bersaudara dan orang-orang yang bekerja untuk KGB Soviet.

“Tetapi dia tidak melebih-lebihkan kesetiaan mereka. Yeltsin mempercayai keluarga. Putin tidak percaya siapapun.”

Rusia percaya Putin
Putin tetap berkuasa, apakah sebagai presiden ataupun perdana menteri selama 22 tahun. Dia telah menciptakan sistem kekuasaan di sekitarnya. Lewat penguasaannya, Rusia semakin menjadi negara yang otoriter, dengan semakin sedikit hak demokratis dan kebebasan.

“Yeltsin percaya dirinya mempunyai misi, demikian juga dengan Putin,” kata Solovei.

“Yeltsin melihat dirinya sebagai Musa: dia ingin memimpin negaranya keluar dari perbudakan komunis.”

“Misi Putin adalah kembali ke masa lalu. Dia ingin membalas apa yang dinamakannya sebagai “bencana geopolitik terbesar abad ke-20”, jatuhnya USSR. Dia dan kelompoknya, mantan pejabat KGB meyakini kehancuran Uni Soviet adalah karena badan intelijen Barat.

Putin yang sekarang nyaris tidak ada persamaannya dengan tokoh liberal yang diingat Yumashev. Jadi apakah mantan atasan Putin ini menyesal?

“Saya sama sekali tidak menyesal,” kata Yumashev kepada saya, sambil menambahkan: “Jelas bahwa orang Rusia masih mempercayai Putin.”

Tetapi Yumashev berpikir pengunduran diri Yeltsin dapat menjadi pelajaran bagi semua presiden Rusia, bahwa “adalah sangat penting untuk turun dan memberikan kesempatan kepada anak muda. Bagi Yeltsin ini hal yang sangat penting.” (BBC)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *