Safari Politik di Ponorogo, Calon Ibu Negara Siti Atikoh Ganjar Unjuk Kebolehan Menari di Atas Gajahan

  • Bagikan

Calon Ibu Negara Siti Atikoh Ganjar menunjukan kebolehan menari di atas Gajahan saat melakukan Safari Politik ke Ponorogo, Senin (18/12). (Foto : media center TPNGM)

Ponorogo, HARIANINDONESIA.ID – Melanjutkan safari politiknya di Jawa Timur, Calon Ibu Negara Siti Atikoh Ganjar Pranowo, memasuki Ponorogo dan disambut pentas kebudayaan. Atikoh bahkan didaulat menaiki salah satu gajah dalam pentas gajah-gajahan yang disajikan, lalu diarak sambil menari.

Sekitar pukul 14.30 WIB, Siti Atikoh bersama rombongan tiba di lokasi di Lapangan Arjowinangun, Ponorogo, pada Senin (18/12/2023). Kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian Safari Politik yang dilakukan Atikoh ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, dimulai 17 Desember hingga 20 Desember 2023.

Atikoh tampak didampingi Ketua TPD Ganjar-Mahfud Provinsi Jawa Timur Budi Sulistyono atau Mas Kanang, didampingi sekretarisnya Sri Untari. Tampak juga Ketua DPP PDIP Sri Rahayu dan Wasekjen Sadarestuwati, dan Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya Ayu Miko Saputri.

Begitu tiba, Atikoh sudah diserbu oleh warga yang hadir untuk sekedar swafoto dan bersalaman. Setelahnya, pentas gajah-gajahan tampil. Atikoh didaulat untuk menaiki salah satu gajah.

Setelah naik, dengan mantap Atikoh memastikan posisi yang stabil, lalu mulai menggerakan tangannya untuk menari. Posisi yang sama juga dilakukan oleh dua perempuan lain di dua gajahan lainnya. Atikoh dan kedua seniman itu tampak berlenggak-lenggok di atas gajahan.

Jiwa seni yang menyeruak dalam diri Atikoh sontak semakin menarik perhatian semua yang hadir. Sesudah gajahan, barisan berikutnya adalah bantengan. Tampak 3 banteng-bantengan ditampilkan.

Setelah bantengan, barisan berikutnya adalah reog Ponorogo. Atikoh yang sudah turun dari gajahan dan berjalan kaki, tampak menyebarkam senyumnya kepada seniman maupun warga yang hadir.

SIMAK JUGA :  Bertemu Kelompok Disabilitas Balikpapan, Ganjar Pastikan Kemudahan Akses Pendidikan

Sekelompok anak remaja yang hadir di situ lalu memanggil Atikoh dengan sebutan “Bu Ganjar”. Panggilan itu membuat Atikoh berpaling dan mendekati mereka, lalu bersalaman sambil tertawa-tawa bareng. Semuanya lalu berebut bersalaman dengan Atikoh.

Saking banyaknya tangan yang harus disalami oleh Atikoh, lebih dari 20 menit waktu yang diperlukannya untuk tiba dari pintu masuk Lapangan Arjowinangun, hingga ke lokasi panggung yang disediakan. Padahal jaraknya hanya sekitar 100 meter.

Saat memberi sambutan, Atikoh sempat menyinggung soal tarian reog Ponorogo.

“Tari reog diakui Unesco, agar Ponorogo semakin mengguncang dunia,” kata Atikoh.

Ia juga menceritakan pengalamanya menaiki gajahan. Atikoh mengaku awalnya khawatir takut jatuh. Namun ia berhasil mengatasinya.

“Pengalaman yang luar biasa bagi saya, karena budaya adalah jati diri bangsa,” katanya.

Ia mengapresiasi langkah Ponorogo yang mengajukan reog ke Unesco sebagai warisan budaya asli sehingga tak bisa diklaim oleh negara lain.

“Masyarakat Ponorogo harus bangga karena memiliki budaya adiluhung yang luar biasa,” pungkasnya. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *