Nyekar Menjelang Ramadhan Benarkah Dianjurkan Rasulullah? Begini Dalilnya

  • Bagikan

JAKARTA – Nyekar (ziarah kubur) menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia khususnya umat Muslim setiap menjelang bulan puasa Ramadhan. Lalu bagaimana hukum nyekar dalam Islam sendiri?

Rasulullah Saw sempat melarang nyekar kepada para sahabat-sahabatnya di jaman dulu, namun kemudian diizinkan. Sebagaimana hadis RasulullahSaw yang artinya:

“Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur (nyekar), maka sekarang berziarahlah! Karena dengannya, akan bisa mengingatkan kepada hari akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian. Maka barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah, dan jangan kalian mengatakan ‘hujr’ (ucapan-ucapan batil).” (H.R. Muslim)

Awalnya Rasulullah Saw melarang nyekar karena menurut Imam An Nawawi, saat itu nyekar sebelum disyari’atkannya. Hal ini lantaran para sahabat di masa itu masih dekat dengan masa jahiliyah, yang ketika nyekar diiringi dengan ucapan-ucapan batil.

Nyekar baru diperbolehkan setelah kokohnya pondasi-pondasi Islam dan hukum-hukumnya, serta simbol-simbol Islam telah tegak di dalam diri para sahabat. Mulai saat itu Rasulullah Saw mensyari’atkan ziarah kubur atau nyekar.

Hal ini dijelaskan Rasulullah Saw dalam hadis lain. Rasulullah Saw bersabda :

زوروا القبور فإنها تذكركم الآخرة

“Berziarah kuburlah, sesungguhnya hal itu akan mengingatkan kalian terhadap akhirat.” (HR. Muslim).

Atas dasar hadis itulah nyekar hukumnya boleh, dan menjadi wajib apabila merujuk kepada seruan Rasulullah kepada para sahabatnya. Nyekar yang utama ditujukan sebagai pengingat kita bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati dan dikebumikan sama seperti para pendahulu.

Nyekar Menjelang di Bulan Ramadhan
Nyekar tidak didalilkan hanya boleh dilakukan di waktu-waktu tertentu melainkan bisa kapan pun. Menjelang bulan Ramadhan, atau hari-hari dan bulan-bulan biasa juga boleh.

Hanya saja kita perlu memiliki niatan yang benar dalam nyekar itu sendiri. Jika memang hanya sempat berziarah menjelang Ramadhan atau tepat di bulan puasa, maka berziarahlah pada bulan itu. Jika pun tidak pada bulan itu, juga tidak masalah.

SIMAK JUGA :  Mendagri Tito Sentil Video Abdul Somad Soal Hari Ibu Kafir

Adapun yang tidak boleh dilakukan kialah meyakini kepercayaan bahwa menjelang Ramadhan adalah waktu utama untuk nyekar. Ini adalah kekeliruan yang tidak ada dalilnya sama sekali dalam Islam dan wajib dihindari.

Rasulullah Saw meriwayatkan sunah dalam nyekar menjelang Ramadhan. Nyekar memiliki keutamaan apabila dilakukan di hari Jumat. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً غَفَرَ اللهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدَيْهِ

“Siapa ziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya pada setiap hari Jumat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatat sebagai bakti dia kepada orang tuanya.” (HR Hakim)

Saat melaksanakan nyekar, baik menjelang Ramadhan maupun hari lainnya, amalan-amalan yang tidak ada dasarnya memang seharusnya tidak dilaksanakan. Ha-hal tersebut dapat menimbulkan kemusyrikan dan bid’ah yang tidak bermanfaat.

HIDAYATUNA.COM

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *