Masjid di Jepang Menjamur, Muslim Makin Banyak

  • Bagikan

Masjid Kobe memiliki sejarah panjang sejak bulan Oktober 1935. Pasalnya masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun di Jepang. Bangunannya juga tetap dirawat dengan baik meski sudah berdiri sejak lama. (Ist)

TOKYO – Beberapa tahun belakangan ini terlihat peningkatan jumlah pelajar dan pekerja dari negara-negara Islam yang datang ke Jepang. Tidak jarang, penambahan ini juga mempengaruhi bertambahnya umat Muslim dan masjid yang didirikan di berbagai wilayah di Jepang.

Berdasarkan penelusuran Guru Besar Teori Sosial Asia di Fakultas Ilmu Manusia Universitas Waseda Hirofumi Tanada, pada akhir 2018 terdapat 105 masjid di 36 dari 47 prefektur di Jepang. Alih-alih hanya menjadi tempat ibadah, mereka juga melayani dan menawarkan kesempatan bagi Muslim untuk bersosialisasi dan pendidikan.

Dengan semakin banyaknya masjid didirikan, apakah masyarakat Jepang dapat menjalani hidup berdampingan dengan umat Muslim? Belum lagi dengan adanya masjid artinya akan selalu ada adzan yang dikumandangkan setiap lima waktu.

Lafaz “Allahu akbar,” akan lebih sering menggema, salah satunya dari Pusat Penelitian Islam Jepang, yang terletak di lantai empat sebuah bangunan di pinggiran Yawata, Prefektur Kyoto, Jepang barat. Pusat ini menjadi tempat berkumpul Muslim di sana.

Ramzan Mirza (53 tahun) menjalankan perusahaan perdagangan di dekatnya, membeli bangunan itu 10 tahun lalu dan membukanya sebagai masjid delapan tahun kemudian. Mirza datang ke Jepang sekitar tiga dekade lalu dari Bangladesh.

Menurut Mirza, daerah itu memiliki banyak perusahaan yang terkait dengan bisnis mobil bekas, dan secara bertahap lebih banyak orang dari negara-negara mayoritas Muslim berkumpul. “Bisnis perusahaan saya sudah stabil, jadi saya memutuskan ingin membuat ruang yang bisa membantu umat Islam di sini,” katanya dilansir dari The Mainichi, Senin (11/1).

SIMAK JUGA :  KPK Bantah Video tentang Pertemuan Menggerakkan Mahasiswa

Sedangkan Muhammad Ali (37) bekerja di industri mobil bekas dan datang ke Jepang enam tahun lalu. Begitu juga dengan Khalid Sultan (30) dan adiknya yang datang dari Suriah ke Jepang tujuh tahun lalu untuk melarikan diri dari perang saudara di negaranya. Mayoritas keluarga dekat dan kerabatnya sekarang tinggal di Turki.

“Menyedihkan tapi saya tidak bisa kembali ke negara saya. Tapi, jika saya bisa bertemu teman-teman saya di sini, masalah itu akan hilang,” ujarnya.

Sebelum masjid ini dibuka, umat Islam di sana harus naik kereta penghubung selama hampir dua jam untuk sampai ke Masjid Muslim Kobe, di kota Kobe di prefektur Hyogo di Jepang barat. Mirza berencana mendaftarkan Masjid Yawata sebagai perusahaan keagamaan, dan juga bertujuan menjadikannya sebagai pusat penelitian Islam dalam kemitraan dengan staf universitas Jepang.

Masjid Muslim Kobe merupakan masjid pertama yang berdiri di Jepang pada 1935 oleh penduduk Turki dan India di negara itu. Menurut penelitian profesor Tanada, hanya ada tiga masjid di Jepang pada akhir 1980-an.

Kemudian di paruh kedua dekade ini, banyak orang dari negara mayoritas Muslim termasuk Iran, Pakistan, dan Bangladesh mulai datang ke Jepang untuk bekerja. Banyak yang bekerja di bisnis konstruksi dan sektor lain yang berkembang pesat selama bubble economy.

Salah satu komunitas Muslim di Jepang, Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) Muslim Circle, disingkat JMC mengadakan buka puasa bersama. JMC beranggotakan Muslim dan Muslimah yang berafiliasi di kampus JAIST, yaitu pelajar, peneliti, serta keluarganya. Mereka berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia, Malaysia, Jepang, Mesir, Arab Saudi, Bangladesh, Pakistan, Tunisia, Syiria, India, dan Cina

Sumber : Republika.co.id

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *