Jokowi Ungkapkan Sejumlah Daerah Defisit Pasokan Bahan Pokok

  • Bagikan

Jakarta, Harianindonesia.id ‐ Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan di tengah penyebaran virus corona, sejumlah daerah di Indonesia mengalami defisit pasokan bahan pokok. Informasi tersebut ia sampaikan dalam Rapat Terbatas tentang Lanjutan Pembahasan Antisipasi Kebutuhan Bahan Pokok di Istana Bogor, Selasa (28/4).

Jokowi menyebut defisit sudah terjadi pada pasokan beras, jagung, cabai, bawang merah, telor ayam, gula pasir dan bawang putih. Untuk beras, defisit pasokan sudah terjadi di 7 provinsi. 

Untuk jagung, defisit terjadi di 11 provinsi, cabai besar 23 provinsi, bawang merah 1 provinsi, telor ayam di 22 provinsi, gula pasir 30 provinsi dan bawang putih di 31 provinsi. 

“Untuk stok minyak goreng diperkirakan cukup untuk 34 provinsi,” katanya. 

Atas dasar itulah, Jokowi memerintahkan jajarannya untuk bergerak cepat. Tapi, sebelum bergerak, ia meminta kepada jajarannya untuk menghitung secara cermat daerah yang mengalami kelebihan dan kekurangan pasokan sehingga bahan pokok bisa didistribusikan secara merata.

Selain itu, ia juga memerintahkan jajarannya untuk selalu memastikan rantai distribusi bahan pokok ke daerah yang mengalami defisit. “Pastikan distribusi dengan baik sehingga daerah yang defisit bahan pokoknya bisa di-supply dari daerah yang surplus. Distribusi pangan jangan sampai terganggu,” katanya.

Khusus untuk beras, Jokowi juga memerintahkan jajarannya untuk melakukan manajemen pengelolaan beras dengan baik. Jokowi mengatakan berdasarkan laporan yang diterimanya April ini terjadi puncak panen raya.

Pada puncak panen tersebut diperkirakan produksi beras mencapai 5,62 juta ton. Atas potensi itulah, ia meminta Bulog segera bergerak menyerap gabah petani.

“Beli gabah petani dengan insentif harga yang layak. Tolong kalkulasi kemungkinan terjadi kemarau panjang di 2020. Walaupun BMKG bilang tidak ada cuaca ekstrem, tapi kita harus waspadai khususnya soal ketersediaan beras nasional,” katanya.

Skenario Stok Bwras

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memaparkan tiga skenario kondisi stok beras hingga akhir Mei 2020. Dalam ketiga skenario tersebut, stok beras dipastikan dalam kondisi berlebih atau surplus.

SIMAK JUGA :  Jokowi Sebut Ibundanya Sakit Kanker, Empat Tahun dalam Pengobatan

“Saya mampu jelaskan dari neraca pangan nasional kita, kita memiliki neraca yang cukup bagus, dapat dikatakan terkendali baik dan cukup tersedia,” ujar Syahrul dalam konferensi pers, Minggu (26/4).

Syahrul mengungkapkan, berdasarkan data yang diklaim sudah divalidasi sampai ke daerah, stok beras akan surplus sekitar 8,3 juta ton dalam skenario optimis. Sumbernya berasal dari carry over stok beras Februari sebesar 3,5 juta ton ditambah produksi yang mencapai 12,4 juta ton. 

“Ada produksi 12 juta ton, dengan stok yang ada di Bulog dan di penggilingan, pasokan kurang lebih 15 juta ton,” ujarnya.

Sementara, kebutuhan beras dari Februari ke Mei disebutkan hanya sekitar 7,6 juta ton.

Dalam skenario menengah, stok beras diperkirakan berlebih sekitar 7 juta hingga 8 juta ton. Sebab, pasokan beras diperkirakan mencapai 14,5 juta ton yang berasal dari  carry over 3,5 juta ton ditambah produksi 11 juta ton. Sementara, kebutuhan yang berkisar 7 hingga 8 juta ton.

Dalam skenario pesimistis, stok beras diklaim masih akan berlebih sekitar 6 juta ton pada akhir Mei. Dari sisi pasokan, carry over pasokan 3,5 juta ton ditambah produksi sebesar 11,2 juta ton menjadi 14,7 juta ton. Di sisi lain, kebutuhan beras selama Februari-Maret diperkirakan 8,3 juta ton.

“Kalau begitu, bulan puasa dan Idul Fitri semua dalam kendali yang cukup aman,” ujarnya.

(awe/cnn)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *