Jika Diancam Cina Soal Natuna, Putin : Kami Bantu Indonesia

  • Bagikan

Presiden Jokowi (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Istimewa)

JAKARTA – Agresivitas China di Natuna Utara membuat Indonesia gerah. China berkali-kali mengerahkan kapal coast guardnya menerobos ZEE Indonesia di Natuna.

Kelakuan ini jelas menyalahi aturan namun China masih kukuh melakukan pelanggaran atas perairan Natuna yang merupakan teritori Indonesia.

Terbaru ialah saat coast guard China mondar mandir di landasan kontinen Natuna pada 27 Agustus 2021 lalu.

Kapal coast guard China, Zhaoduan class bernomor lambung 5305 keluar masuk di sana.

Mereka mendekati pengeboran minyak lepas pantai milik Indonesia-Rusia, Harbour Energy, Zarubezhneft.

Harbour Energy, Zarubezhneft terletak di blok Natuna Singa Laut-2.

Ia merupakan kilang minyak yang mengeksplorasi minyak bumi di sana.

Apa yang dilakukan coast guard China saat itu mendapat respon keras dari Rusia.

Mereka menganggap aksi China bisa mengganggu keamanan di Natuna.

“Kapal China ikut campur urusan pengeboran Harbour Energy yang tengah dilakukan di blok Tuna, laut Natuna lepas pantai Indonesia,” tulis laporan Energyvoice.com menggambarkan kekesalan Rusia seperti dikutip Zonajakarta

“Pengeboran ini didanai oleh Zarubezhneft yang didukung negara Rusia, insiden seperti ini menggarisbawahi fakta bahwa kepentingan energi Moskow di Natuna terancam oleh kegiatan China,” tegas Rusia.

China sendiri belum menggubris pernyataan Rusia ini.

Bisa dibilang Rusia kerap mendapat perlakuan negatif dari China dalam sisi pertahanan.

Bayangkan saja hampir semua teknologi militer Moskow dijiplak oleh China.

Bukan satu atau dua kali, berkali-kali Beijing menjiplak alutsista Rusia.

Mulai dari senapan serbu, rudal hingga jet tempur sampai kapal selam semua identik dengan milik Rusia sejak zaman Uni Soviet masih ada.

Mirisnya China mengklaim jika jiplakannya lebih baik daripada milik Rusia.

SIMAK JUGA :  Penangkapan Ardi dan Nia Pukul Saham Grup Bakrie

Tapi tetap saja kedua negara akur hingga saat ini bahkan hubungan keduanya semakin erat.

Untuk masalah di Natuna sebenarnya Rusia masih dalam posisi bimbang.

Mereka bisa saja berpartner dengan China bila Beijing berhasil merebut Natuna dari Indonesia.

“Terkait aksi China Coast Guard di Offshore Field Rusia di Natuna, posisi Rusia 50-50 di Laut China Selatan,” tulis @forummp.

“Mengutip dari kabel-kabel diplomatika, apabila Natuna dikuasai China bisa saja Rusia ber partner dengan China,” tambah akun tersebut.

Namun akan beda soal jika Natuna masih dibawah kendali Indonesia maka Rusia malah akan mengamankan perairan tersebut dari gangguan China.

“Tapi kalau Natuna masih dibawah Indonesia, Rusia masih bisa membantu tapi dengan catatan hanya mengamankan lokasinya saja,” jelas @forummp.

Maka dengan niatan Rusia ini bisa memuluskan kembali langkah Indonesia memiliki alutsista dari Moskow.

“Hal ini membuka kemungkinan adanya tindaklanjut pembelian alutsista dari Rusia, sejak MoU pembelian itu masih ada,” papar @forummp.

Sementara itu Eropa sendiri menginginkan semua aman di Natuna, termasuk Rusia agar jangan ada konflik di sana.

“Tetapi Eropa minta semuanya aman dalam artian Rusia juga aman di wilayah Natuna, sehingga posisi Indonesia diuntungkan karena kita juga menunggu barang-barang hibah berupa kapal patroli Ocean Going,” paparnya.

Karena kebutuhan nasional akan hot spot di Natuna, Australia mempertimbangkan hibah kapal patroli ke Indonesia.

“Australia juga mempertimbangkan pemberian hibah kapal patroli untuk penjaga pantai ke Indonesia, serta Singapura tengah mengupayakan hibah SAR-21 dalam jumlah yang lumayan banyak,” tulis @forummp.

Dengan begini jelas bila Indonesia harus segera memagari Natuna serapat mungkin untuk mengagalkan ambisi China.*

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *