Inilah Profil Pemilih Muhammadiyah yang Menurun dari Waktu ke Waktu Versi Denny JA

  • Bagikan

JAKARTA – Mengapa mereka yang merasa bagian dari warga Muhammadiyah menurun dari waktu ke waktu?

Padahal amal usaha Muhammadiyah terus bertambah!

Muhammadiyah memiliki begitu banyak amal usaha. Mereka mengelola 163 Universitas, 23.000 TK dan PAUD, 348 Pesantren.

Muhammadiyah juga memiliki 117 rumah sakit dan ribuan pendidikan dasar dan menengah.

Kita mulai dengan data. Ini survei LSI Denny JA bulan Agustus 2023, diperkaya oleh survei sebelumnya di tahun 2014 dan 2005.

Kita tanyakan kepada publik sejak tahun 2005: “Apakah Bapak dan Ibu merasa bagian dari keluarga besar Muhammadiyah?”

Yang menyatakan: “Ya, kami bagian dari Muhammadiyah di tahun 2005 sebanyak 9,4 persen.”

Lalu di tahun 2014, persentasenya menurun menjadi 7,8 persen. Kini di tahun 2023, persentasenya semakin menurun lagi hanya di angka 5,7 persen. Selama 18 tahun warga yang merasa bagian dari Muhammadiyah menurun hampir separuhnya.

Dari sisi aspirasi politik, di tahun 2004, warga Muhammadiyah yang menyatakan: “Ya, kami bagian dari PAN, Partai Amanat Nasional, di atas 50 persen.”

Tapi sekarang ini yang mengatakan mereka bagian dari PAN menurun hanya 17,5 persen. Sisanya menyebar ke aneka partai lain.

Dari sisi aspirasi politik, warga Muhammadiyah menyalurkan aspirasinya jauh lebih beragam, tak lagi menjadikan PAN sebagai partai pilihan utama.

Bagaimana dengan basis demografis warga Muhammadiyah?

Jika di NU lebih banyak mereka yang lulusan SMP ke bawah, Muhammadiyah lebih menyerap karangan terpelajar. Sebanyak 30 persen warga Muhammadiyah tamatan SMA.

Dari sisi ekonomi, jika di NU kebanyakan dari mereka itu penghasilannya 2 juta ke bawah, tapi di Muhammadiyah sudah 40 persen penghasilannya 2-4 juta.

Segmen mayoritas pemilih di Muhammadiyah secara pendidikan dan ekonomi lebih tinggi dibandingkan mayoritas warga NU.

SIMAK JUGA :  Debat Cawapres, Direktur Komunikasi TPN Sebut Gibran Colong Narasi Ganjar-Mahfud

Dari sisi teritori, jika di NU mayoritas warganya, di atas 77 persen menetap di Jawa, di Muhammadiyah yang menetap di Jawa hanya 60 persen.

Warga Muhammadiyah lebih tersebar ke banyak pulau. Di Sumatra, sebanyak 35 persen warga Muhammadiyah menetap di sana.

Bagaimana warga Muhammadiyah memandang situasi kemasyarakatannya?

Sebanyak 67,5 persen, warga Muhammadiyah menyatakan bahwa agama dan politik tak bisa dipisahkan. Persentase ini lebih banyak dibandingkan warga NU (50 persen).

Namun 95 persen dari warga Muhammadiyah setuju Pancasila menjadi asas tunggal negara Indonesia. Juga mereka menyatakan, bahwa syariat Islam jangan menjadi basis pemerintahan (82,5 persen).

Persentase warga Muhammadiah di dunia media sosial juga lebih tinggi dibandingkan warga NU dan rata rata warga Indonesia.

Mayoritas dari Muhammadiyah yang memiliki handphone sebanyak 90 persen. Rata- rata masyatakat Indonesia yany memiliki Hanphone kurang dari 80 persen.

Akse ke internet warga Muhammadiyah sebanyak 85 persen. Rata-rata warga Indonesia akses ke internet hanya 65 persen.

Persentase warga Muhammadiyah yang bermain Tik Tok, Instagram Facebook, WhatsApp, juga lebih tinggi dibandingkan warga NU dan warga Indonesia pada umumnya.

Pertanyaannya adalah mengapa persentase mereka yang mengaku warga Muhammadiyah menurun dari waktu ke waktu?

Ini pekerjaan rumah tak hanya bagi pengurus Muhammadiyah. Ini juga bahan renungan bagi kita yang peduli dengan Ormas yang sangat modern, sangat pro pada kemajuan, seperti Muhammadiyah. (K) ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *