Membangun Kilang Pengolahan Minyak yang Menguntungkan ( Part 1)

  • Bagikan

Oleh : Archandra Thahar)*

Vaksinasi yang berlangsung di banyak negara telah melahirkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi dunia.

Salah satu indikatornya adalah permintaan minyak yang terus meningkat hingga semester I 2021. Trend kenaikan konsumsi minyak dunia ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini.

Dengan adanya lonjakan konsumsi yang diikuti dengan kenaikan harga minyak, lalu bagaimana industri pengolahan minyak dunia meresponnya.

Akankah membangun kilang minyak masih menjadi investasi yang menguntungkan? Bagaimana membangun kilang yang memberikan keuntungan optimal? Kami akan membahasnya dalam dua seri tulisan berikut ini.

Kilang minyak adalah sebuah plant yang memproses minyak mentah (crude) menjadi bahan bakar minyak (bbm) atau produk lain yang bermanfaat seperti LPG.

Setiap kilang minyak dirancang untuk mengolah beberapa jenis minyak mentah saja. Semakin banyak jenis minyak mentah yang dapat diolah oleh suatu kilang maka akan semakin mahal biaya pembangunan kilang tersebut.

Guna menekan biaya pembangunan sebuah kilang maka perencanaan yang matang menjadi kunci. Hal itu penting untuk menentukan fleksibilitas minyak mentah yang mampu diproses.

Kalau kilangnya dirancang untuk crude yang berasal dari lapangan di Arab Saudi maka crude dari Iran kemungkinan besar tidak bisa diolah secara efisien.

Apakah mungkin kilang dirancang untuk kedua jenis crude ini? Mungkin saja, tapi ongkos membangunnya menjadi lebih mahal.

Membangun kilang seperti membangun dapur sebuah restoran modern. Kalau dapur dan tukang masaknya hanya didesain untuk mengolah jenis seafood, maka biaya peralatan dapur akan lebih murah.

Menjadi mahal jika dapurnya dibuat untuk mengolah seafood, ayam, sapi hingga kerbau. Biaya pembangunan dapur juga akan semakin tinggi apabila jenis makanan yang ditawarkan juga beragam seperti masakan Jepang, India, Arab atau Padang.

Seafood, ayam, sapi dan kerbau adalah perumpamaan untuk jenis crude yang diolah. Sementara masakan Jepang, India, Arab dan Padang adalah jenis BBM dan produk yang dihasilkan.

Bisa dibayangkan kalau kilang dirancang untuk bisa mengolah semua jenis crude dan menghasilkan berbagai jenis BBM? Tentu akan mahal sekali investasinya.

SIMAK JUGA :  Sumbar Penuhi Standard Tes Covid-19 WHO, Tapi Resiko Penyebaran Tinggi

Investasi yang dibutuhkan untuk membangun kilang oleh perusahaan A belum tentu sama dengan perusahaan B kalau kebutuhan pasarnya berbeda. Karena itu kemampuan untuk merancang spesifikasi kilang dan produk yang dihasilkan yang sesuai kebutuhan pasar di sebuah negara mutlak diperlukan.

Disinilah pentingnya perhitungan tekno-ekonomi yang mempertemukan aspek teknikal dan komersial dalam merancang sebuah kilang.

Kembali ke cerita tentang restoran. Biasanya semakin baru sebuah restoran semakin modern dapurnya. Peralatannya semakin canggih dan tukang masaknya khusus tamatan sekolah culinary.

Dengan cara ini diharapkan restoran tersebut bisa lebih efisien dalam mengelola pesanan dan menghasilkan makanan yang disukai pelanggannya. Tujuan akhirnya adalah profit yang lebih baik.

Begitu pula dengan kilang minyak. Semakin baru sebuah kilang, tentunya harus semakin efisien dan mampu menghasilkan refinery margin yang lebih bagus.

Apakah cukup mengelola restoran dengan peralatan dapur yang mutakhir dan juru masak yang handal? Ternyata tidak. Diperlukan kejelian management restoran untuk melihat jenis masakan apa yang lagi popular pada masa tertentu.

Kalau makanan Padang lagi viral, maka diharapkan restoran bisa mengubah fokus ke menu masakan Padang secara cepat. Harapannya makanan yang terjual bisa lebih banyak dan margin keuntungan menjadi lebih baik.

Begitu juga dengan kilang. Kalau manajemennya tidak responsif terhadap kebutuhan produk kilang yang bisa memberikan margin yang bagus (refinery margin), maka kilang tersebut akan kalah bersaing dengan kilang yang lain.

Disinilah diperlukan tim yang berpengalaman untuk memprediksi jenis crude dan jenis produk yang dihasilkan, sehingga sejalan dengan kebutuhan pasar.

Apa itu refinery margin dan apa itu cracking spread? Bagaimana menghitungnya? Berapa refinery margin yang wajar selama ini dan faktor apalagi yang harus dipertimbangkan agar kilang yang dibangun bisa menghasilkan margin yang sesuai?

Untuk itu simak ulasan kami pada tulisan selanjutnya. Insyaa Allah. (*)

)*Penulis adalah mantan Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia

)*Praktisi bisnis kilang minyak dunia

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *