Melihat Jalan Tol Sumatera (3): Tol Tanjung Mulia – Marelan Jadi Landmark Tol Indonesia

  • Bagikan

Oleh : Awaluddin Awe
Wartawan Harianindonesia.id

(Selama dua pekan saya sempat berkeliling di pulau Sumatera melihat langsung pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang dikerjakan oleh PT Hutama Karya (Persero) bersama sejumlah subkontraktornya seperti HK infrasuktur (hki), PT Adhi Karya dan Waskita Karya. Berikut laporannya:)

MEDAN : “Ini Medan, Bang”. Tagline lama tentang keistimewaan Medan, sebagai daerah yang ‘berbeda’, kini terlihat kembali dalam pembangunan jalan tol. Salah satu segmen jalan tol di Medan, Tanjung Mulia – Marelan, berhasil membuat ramp (sirip/jalan penghubung) ke ruas utama tol Medan – Binjai, yang sangat indah dan menarik dilihat dari arsitektur jalan.

Konon kabarnya, jumlah Ramp di Jalan tol Medan – Binjai seksi Tanjung Mulia – Marelan ini, terbanyak dibandingkan seluruh jalan tol di Jawa dan Indonesia. Makanya tak aneh, Ramp Tol ini kemudian menjadi landmark tol Indonesia di Medan.

“Total keseluruhan Rampnya ada 10 buah, dengan total panjang 11,9 Km. Ramp ini menjadi pintu masuk dan keluar orang dan barang dari pusat pemukiman padat dan industri di kota Medan,” jelas Sunardi, Project Director Tol Medan – Langsa, kepada wartawan Harianindonesia.id, Awaluddin Awe, beberapa waktu lalu.


Sunardi, ProDir Tol Medan – Langsa (foto : Awe)

Ke 10 Ramp yang menjadi landmark kota Medan ini diantaranya adalah : Ramp yang menghubungkan Belawan – Tanjung Morawa (1,25 Km), Tanjung Morawa – Belawan (1, 38 Km), Belawan – Binjai (1,65 Km), Tanjung Mulia – Tanjung Morawa (1, 41 Km), Binjai – Tanjung Mulia (1, 80 Km), Tanjung Mulia – Belawan (828 Meter), Binjai – Belawan (699 Meter), Tanjung Morawa – Tanjung Mulia (489 Meter), Belawan – Tanjung Mulia (365 Meter dan Tanjung Mulia – Binjai (450 Meter) serta Main Road sepanjang 1.64 Km, sehingga total keseluruhan panjang jalur tol Medan – Binjai ini mencapai  11, 9 Km.

Brach Manager Tol Medan – Binjai PT Hutama Karya Operasional, Untung Joko, menyebut kehadiran ruas tol Tanjung Mulia – Marelan – Helvetia dengan 10 ramp ini, yang secara teori transportasi membuka 10 akses jalan baru, berhasil mendongkrak pertumbuhan lalulintas harian tol Medan – Binjai secara signifikan.

“Pada saat pengoperasian fungsional ruas tol Tanjung Mulia – Marelan pada Natal dan Tahun baru lalu, jumlah pengendara yang lewat dijalur Medan – Binjai naik dari 21.000 hingga 27.000 kendaraan per hari. Padahal sebelumnya LHR Tol Medan – Binjai hanya berkisar 19.000 hingga 19.700 saja per hari ,” papar Untung Joko kepada Harianindonesia.id, dalam kesempatan terpisah, di Medan,  beberapa waktu lalu.


Untung Joko, Branch Manager Tol Medan – Binjai (foto : Awe)

Menurut Untung Joko, pembangunan ke 10 Ramp tersebut didasari oleh keunikan juga jalur transportasi masyarakat di kawan Tanjung Mulia dan Marelan.

Sebagian besar warga di kawasan Binjai adalah pekerja dan profesional di kota Medan. Jika hanya mengandalkan pinty masuk tol di Helvetia, maka mereka akan kesulitan mengakses tol, sebab sebagian dari pekerja dan profesional itu berdomisili di Marelan dan Tanjung Mulia.

“Akhirnya dengan selesainya pembangun jalan tol Tanjung Mulia dan Marelan ini akses para pekerja dan profesional, termasuk arus barang logistik juga dari dan ke Binjai jadi meningkat. Terbukti LHR Tol Medan Binjai naik tajam saat uji coba jalan tersebut pada Natal dan Tahun Baru lalu,” ujar Untung.

Dan, menariknya, pembangunan ruas tol penuh ramp diatas keterbatasan lahan dan sempit, karena berada diantara pemukiman masyarakat dan pusat industri di Medan, serta tol aktif (diantara lahan tol Balmera/Belawan, Medan, Tanjung Morawa, berhasil rampung dalam waktu cepat.

Apa kiatnya? Sunardi menyebut, komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah, pihak pemilik proyek dan rekanan, mendengarkan apa yang menjadi keluhan dari masyarakat dan diselesaikan dengan bahasa masyarakat itu sendiri.


Dwi Santika, Pimpro Tol Tanjung Mulia – Marelan (tengah) bersama Sunardi, ProDir Tol Medan – Langsa dan staf (foto : Awe)

Tetapi, jika sudah proses komunikasi tetapi tidak juga jalan, maka jalan hukum harus ditegakkan, dalam artian progres tidak boleh terganggu, jika ada proses belum selesai, diselesaikan lewat jalur hukum.

Dan secara teknik, aku Pimpro jalan tol Tanjung Mulia – Marelan, Dwi Santika, membangun 10 Ramp di ruang atas yang sempit, sebenarnya tidak terlalu sulit. Tetapi memang butuh kemampuan skill yang tinggi.

SIMAK JUGA :  Desa Wisata Rantih Sawahlunto Nan Mempesona

Misalnya, pada saat memancang beton untuk satu lokasi ramp dengan ramp yang berdekatan memang harus dipertimbangkan kecukupan tinggi dari masing masing ramp.

“Jadi saat masa kontruksi kami benar benar mengukur posisi masing masing beton di setiap ramp supaya elevasinya tidak berlebih diantara satu ramp dengan ramp lainnya,” kata Dwi Santika yang mengaku sulit menjelaskan bahasa teknisnya tentang prosedur pekerjaan ramp tol Tanjung Mulia – Marelan ini.

Project Director Tol Medan – Langsa, Sunardi menambahkan, tingkat kesulitan kerja juga dipengaruhi oleh kondisi lokasi pekerjaan tol yang sempit. Bahkan akhirnya pihak rekanan terpaksa membangun bahu tol dengan teknik Geoforce Segmental Retaining Wall (GSRW) setinggi 7 meter di Ramp 7, karena tidak tersedianya lahan untuk pembangunan bahu jalan tol.

Namun, alhamdulillah, diatas segala kesulitan, kerumitan dan banyak kasus lahan, yang juga melibatkan Sultan Deli dengan para penggarap tanahnya, akhirnya ruas jalan tol Medan – Binjai seksi Tanjung Mulia – Marelan – Helvetia ini, kata Sunardi, berhasil dibangun, malah selesai dengan waktu lebih cepat dari waktu dalam kontrak.

Kata Dwi Santika, ini dapat dilakukan PT HKi sebagai kontraktor pelaksana karena didukung oleh 19 subcon yang berpengalaman dan memiliki loyalitas dan dedikasi kerja yang tinggi.

Kata Untung Joko, maha karya ramp tol yang sudah terbangun di kota Medan ini akan menjadi magnet bagi masyarakat untuk menikmati kenyamanan berkendara di atas jalan tol.

Tetapi, kata Sunardi lagi, masyarakat harus bersabar dulu menanti turunnya Sertifikat Layak Operasi (SLO) dan Penetapan Tarif bagi Seksi tol Tanjung Mulia – Marelan.

“Mudah mudahan dalam waktu tidak lama lagi, SLO dan Penetapan Tarif bagi Seksi Tol Tanjung Mulia – Marelan sudah keluar dari Menteri PUPR, sehingga bisa dioperasikan dalam sistim tol Medan – Binjai,” ujar Sunardi.

BURUKAN RUAS TOL BINJAI – PANGKALAN BERANDAN

Kini, Sunardi dan tim sudah full konsentrasi ke pembangunan ruas tol Binjai – Pangkalan Berandan sepanjang 58 Km, sebagai salah satu seksi dari ruas tol Binjai – Langsa sepanjang sepanjang 130 Km. Tetapi yang batu ditandatangani kontrak Binjai – Pangkalan Berandan.

Ruas tol Binjai – Langsa adalah bagian dari ruas jalan tol Medan – Aceh sepanjang 470 Km, yang terdiri dari seksi Medan – Binjai, Binjai – Pangkalan Berandan, Pangkalan Berandan – Langsa, Langsa – Lhokseumawe, Lhokseumawe – Sigli dan Sigli – Banda Aceh.

“Kami membangun tiga pintu masuk dan keluar di tiga daerah di jalur Binjai – Pangkalan Berandan, yakni Stabat, Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan. Tujuannya supaya kendaraan kecil dan berat di tiga pintu masuk itu bisa langsung mengakses jalur utama tol Medan – Aceh dan Medan – Pekanbaru seterusnya,” ujar Sunardi.

Menurut Sunardi, sampai saat ini progres pembangunan ruas Tol Binjai – Pangkalan Berandan sudah di atas 17 persen dari total panjang 58 Km atau setara dengan panjang 4 Km lebih yang terdiri dari 500 meter lebih sudah rigid dan sisanya masih berupa timbunan,” kata Sunardi memaparkan.

Dia berharap pembangunan jalur tol Binjai – Pangkalan Berandan sudah akan selesai pada tahun 2022 mendatang dan akan masuk sistim Tol Medan – Belawan – Kuala Namu dan Tebing Tinggi yang merupakan jalur tol milik Jasamarga.

Pembangunan ruas Tol Medan – Aceh belum sepenuhnya dapat operasional dalam waktu menjelang 2024. Sebab masih terdapat dua ruas jalan tol arah ke Aceh dan dua ruas tol arah ke Riau yang belum dilelang.

Kedua ruas tol arah ke Aceh, adalah seksi tol Langsa – Lhokseumawe (130 Km) , dan Lhokseumawe – Sigli (157 Km) . Sebaliknya ruas arah ke Riau adalah ruas Rantau Prapat – Kisaran (100 Km)  dan Rantau Prapat – Tarutung – Sibolga (101 Km).

Saat ini, jalur tol Medan arah ke Utara baru sampai di Tebing Tinggi.

Berdasarkan data dari situs berita PT Hutama Karya, kedua ruas tol penghubung Propinsi Sumut dengan Riau, masih dalam tahap pradesign dan pengajuan perencanaan kepada Kementrian PUPR.

Artinya, para pengendara asal Pekanbaru dan Sumbar harus berjuang berat lagi melawan medan jalan nasional yang sebagian besar masih rusak parah, akibat beban tonase kendaraan berat yang kelewat batas, sampai ruas tol penuh ke Medan benar benar terwujud. (**)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *