Jalur Tanjung Mulia Selesai, PT HK Fokus Memburukan Pembangunan Tol Binjai – Brandan

  • Bagikan

MEDAN – PT Hutama Karya kini fokus menuntaskan pekerjaan tol Binjai – Brandan, salah satu seksi ruas tol Binjai – Langsa (Banda Aceh) sepanjang 58 Km, pasca selesainya pembangunan Seksi tol Tanjung Mulia – Marelan dan telah masuk dalam sistim tol Medan – Binjai sejak Desember lalu.

“Kami kini fokus ke pembangunan jalur tol Binjai – Pangkalan Berandan pasca selesainya pembangunan jalur tol Tanjung Mulia – Marelan dan akan masuk sistim tol Medan – Binjai. Sampai saat ini progres tol Medan – Pangkalan Berandan sudah mencapai 17 persen,” kata Sunardi, ST, Project Manager Tol Medan – Binjai dan Binjai – Pangkalan Berandan PT Hutama Karya Infrastruktur, akhir pekan lalu.

Menurut Sunardi, pembangunan jalan tol Seksi Binjai – Pangkalan Berandan sepanjang 58 Km merupakan bagian dari Seksi Medan – Langsa sepanjang 130 km. Tetapi yang ditandatangani kontrak adalah baru jalur Binjai – Pangkalan Berandan.

Jalur tol Binja – Langsa, jelas, Sunardi merupakan rangkaian dari jalur tol Sumatera dari Medan ke Banda Aceh sepanjang 470 km yang terdiri dari 6 seksi.

Pengerjaan jalur Binjai – Pangkalan Berandan, tambah Sunardi, terdiri dari tiga pintu masuk yakni Stabat, Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan. Ketiga pintu masuk ini merupakan jalur padat kendaraan kecil dan berat.


“Sampai saat ini kami sudah berhasil mencapai progres 17 persen dari total panjang jalur tol Binjai – Pangkalan Berandan sepanjang 58 Km atau setara dengan panjang 4 Km yang terdiri dari 500 meter sudah rigid dan sisanya masih berupa timbunan,” kata Sunardi memaparkan.

Dia berharap pembangunan jalur tol Binjai – Pangkalan Berandan sudah akan selesai pada tahun 2022 mendatang dan akan masuk sistim Tol Medan – Belawan – Kuala Namu dan Tebing Tinggi yang merupakan jalur tol milik Jasamarga.

TANJUNG MULIA – MARELAN

Sebelum ini, dalam waktu satu tahun lebih, jelas Sunardi, pihaknya sudah merampungkan pembangunan Jalan Tol Medan – Binjai Seksi 1 (Tanjung Mulia – Marelan – Helvetia) Segmen Tanjung Mulia – Marelan sepanjang 4,2 km.

Bahkan sejak Rabu (23/12) pukul 15.00 WIB sampai dengan hari Senin (4/1) pukul 18.00 WIB telah difungsionalkan guna mendukung arus transportasi menjelang Natal dan Tahun Baru 2021 dengan masa operasional selama 24 jam.

“Kami masih menunggu turunnya Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan Penetapan Tarif dari Kementerian PUPR untuk mengoperasikan secara penuh jalur tol ini,” jelas Sunardi.

Sebelumnya Jalan Tol Medan – Binjai Seksi 1 Segmen Marelan – Helvetia sepanjang 2,75
kilometer telah lebih dulu dioperasikan sejak 6 Mei 2019 sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 428/KPTS/M/2019 tentang Penetapan
Pengoperasian Jalan Tol Medan – Binjai Segmen Marelan – Helvetia.

Ruas jalan Tol Medan – Binjai secara keseluruhan memiliki panjang 11,9 km dengan 10 ramp ke empat arah yakni Binjai, Medan Tanjung Mulia,  Belawan dan Kualanamu, dibangun dengan nilai investasi Rp2,517 triliun.

TERAPKAN MANAJEMEN HUKUM

Pembangunan Jalur Tol Medan – Binjai disebut sebagai sangat spesial karena memiliki 10 Ramp atau sirip yang menghubungkan Belawan – Tanjung Morawa (1,25 Km), Tanjung Morawa – Belawan (1, 38 Km), Belawan – Binjai (1, 65 Km), Tanjung Mulia – Tanjung Morawa (1, 41 Km), Binjai – TanjungMulia (1, 80 Km), Tanjung Mulia – Belawan (828 Meter), Binjai – Belawan (699 Meter), Tanjung Morawa – TanjungMulia (489 Meter), Belawan – Tanjung Mulia (365 Meter dan Tanjung Mulia -Binjai (450 Meter serta Main Road sepanjang 1.64 Km, sehingga total keseluruhan panjang jalur tol Medan – Binjai ini mencapai  11, 9 Km.

SIMAK JUGA :  Lakukan Karya Wisata Paskibraka Limapuluh Kota, Temui Rezka Oktoberia di Gedung DPR RI

Pembangunan Ramp jalur tol Medan – Binjai, menurut Sunardi, juga relatif cepat dibandingkan faktor kendala yang dihadapi kontraktornya. Ramp tol Medan – Binjai dibangun diatas kondisi dan status tol sedang aktif, luas lahan yang terbatas serta terdapat jalur Gas Pergas dan PGN di bawah lahan dibangunnya Ramp tersebut.

Sunardi mengaku tidak mengalami persoalan sosial seperti tindakan kekerasan oleh preman Medan dalam pembangunan jalur tol Medan – Binjai sejak awal sampai kemudian penyelesaian jalur tol Tanjung Mulia – Marelan sejak 23 Desember 2020 lalu.

Pengakuan yang sama juga dikemukakan Bagian perencanaan Tol Medan Binjai Dwi Santika. Menurut dia, persoalan pembangunan tol Medan – Binjai plus Seksi Tanjung Mulia – Marelan murni disebabkan faktor keterlambatan pembebasan lahan semata, terutama di lahan yang dikuasai oleh penggarap atau masyarakat setempat.

Diluar itu, kata Dwi, pihaknya tidak memiliki persoalan serius. Termasuk dalam kerjasama dengan subkontraktor dan penyedia material lokal di Medan. Bahkan, katanya, pekerjaan fisik proyek bisa mencapai standar kualitas lebih baik.

PT HKI sebagai kontraktor juga berhasil menghadapi kendala dekatnya jarak pemukiman masyarakat di Ramp 7 dengan bahu jalan tol dengan membangun Geoforce segmental retaining wall (GSRW) setinggi 7 meter.

Terakhir, berkaitan dengan pekerjaan Ramp tol Medan – Binjai yang dinilai rumit tetapi setelah selesai dibangun jadi terlihat sangat cantik, Dwi menyatakan tidak menghadapi banyak kendala teknis. Sebab pihaknya mampu berkerjasama secara apik dengan para vendor, salah satunya PT Liftindo yang mensuplai balok dan sistim pemasangan balok di Ramp tol Medan Binjai tersebut.

Sunardi ST menambahkan isu premanisme dalam pembangunan jalan tol yang didengarnya sejak awal masuk kota Medan tiga tahun lalu, sampai selesainya ruas tol Medan – Binjai dibangun sama sekali tidak menjadi penghambat dalam progres pekerjaan.

Kata kuncinya, sebut Sunardi adalah komunikasi yang bagus antara manajemen proyek dengan pemilik lahan dan masyarakat setempat. “Keluhan masyarakat adalah pada saat penanaman tiang pancang saja, sebab menganggu kenyamanan istirahat mereka saja. Sisanya berhasil kami atasi dengan menerapkan kebijakan hukum dan komunikasi dua arah antara manajemen dan masyarakat,” kata Sunardi mengakhiri penjelasannya.

Buktinya, tanggal 17 Juni 2020 lahan dibebaskan, pada Nopember 2020 pembangunan Seksi Jalan Tol Tanjung Mulia – Marelan, sebagai seksi terakhir di Jalur Tol Medan – Binjai berhasil dirampungkan pembangunannya.

Kepala Cabang Jalan Tol Medan Binjai, Untung Joko sebelumnya mengatakan, sejak jalur tol Tanjung Mulia – Marelan difungsionalkan selama Nataru, jumlah lalulintas harian jalan tol Medan – Binjai naik dari 21.000 menjadi 27.000 kendaraan per hari.

Namun persentase terbesar dalam penggunaan jalur tol tersebut baru dari kelompok golongan I yakni sebanyak 83 persen. Hal itu disebabkan karena kawasan Binjai merupakan tempat tinggal pusat para pegawai negeri dan swasta di Medan.

“Tetapi dengan masuk sistimnya jalur tol Tanjung Mulia – Marelan ke jalan tol Medan – Binjai akan mengangkat persentasi jumlah kendaraan golongan non 1. Sebab kawasan Tanjung Mulia – Marelan adalah pusat kegiatan industri dan logistik di Medan,” papar Untung Joko.

(Awe)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *