Waktu Tempuh Lebih Cepat, Tapi Sering Terganggu Truk Berbadan Berat yang tidak Disiplin

Oplus_0
    TOL Sumatera membantu percepatan kendaraan menuju ke pulau Sumatera, tetapi satu hal yang mengganggu adalah angkutan truk yang tidak disiplin menggunakan jalur dan minim dengan lampu belakang pada saat malam hari, sehingga membuat stres pengendara. (Foto : Awe/HI)

PENGANTAR :

Wartawan Harianindonesia.id, Awaluddin Awe melakukan perjalanan jurnalistik dari Bakauheni sampai Medan selama 14 Hari. Ada banyak hal yang dilihat dan dicatat wartawan senior ini, berikut cuplikannya :

HARI belum terlalu larut, saat saya memasuki pintu Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar dan Terbanggi Besar–Pematang Panggang–Kayu Agung atau Jalan Tol Terpeka.

Saat itu baru pukul 21.09 WIB ketika ban mobil avanza keluaran 2024 yang saya setiri masuk ke ruas jalan tol terpanjang di Sumatera itu.

Selasa malam, 23 Oktober 2024 itu adalah hari pertama saya menjalani tour jurnalistik melihat langsung tol Sumatera yang dibangun di era Presiden RI ke 7 Ir Joko Widodo atau Jokowi.

Tour Jurnalistik ini merupakan kedua kalinya saya lakukan sejak ruas tol luar Jawa ini dibangun oleh PT Hutama Karya sejak 2017 lalu.

Pada tahun 2022, saya sempat melakukan perjalanan jurnalistik dari Lampung ke Banda Aceh. Tetapi pada tour jurnalistik kedua ini saya hanya sampai pada ruas tol Binjai – Pangkalan Berandan.

Saya butuh dua pekan lebih menelusuri ruas jalan tol Sumatera yang sebagian besar pengerjaanya dilakukan PT Hutama Karya Infrastruktur (HKi) yang notabene adalah anak perusahaan PT Hutama Karya. Sementara PT HK sendiri adalah owner dari ruas Tol Sumatera.

Jalan Tol Sumatera secara keseluruhan menurut perencanaannya memiliki panjang 2.074 Km dengan 24 ruas jalan berbeda panjang yang membentang dari Lampung hingga Banda Aceh.

Hingga Oktober 2024 Jalan tol Sumatera yang telah selesai dibangun dan telah beroperasi terdiri dari 15 ruas dengan panjang 884 Km, diantaranya adalah :

1. Bakauheni – Terbanggi Besar
141 Km
2. Terbanggi Besar – Kayu Agung
189 Km
3. Kayu Agung – Palembang –
Betung 42,5 Km
4. Belawan – Medan – Tanjung
Morawa 43 Km
5. Medan – Binjai 17 Km
6. Medan – Kualanamu – Tebing
Tinggi 62 Km
7. Palembang – Indralaya 22 Km
8. Sigli – Banda Aceh Seksi 2 – 6
(Seulimeum – Baitussalam) 49
Km
9. Pekanbaru – Dumai 131 Km
10. Pekanbaru – Bangkinang 31 Km
11. Binjai – Tj. Pura 39 Km
12. Bengkulu – Taba Penanjung 17
Km
13. Indralaya – Prabumulih 65 Km
14.Tebing Tinggi – Indrapura 20,4
Km
15. Indrapura – Lima Puluh 15,60
Km

Beberapa ruas tol Trans Sumatera yang masih dalam proses konstruksi adalah:

1. Binjai – Pangkalan Brandan
2. Sigli – Banda Aceh
3. Sicincin – Padang
4. SP Indralaya – Muara Enim
5. Kuala Tanjung – TB Tinggi –
Siantar

Sementara itu, beberapa ruas tol Trans Sumatera yang sudah rampung atau hampir rampung adalah:

1. Tol Kutepat Indrapura – Kuala
Tanjung 18,05 Km
2. Tol Kutepat Seksi 3 dan
sebagian Seksi 4 Tebing Tinggi
– Serbelawan – Sinaksak
sepanjang 45,4 Km
3. Tol Bayung Lencir – Tempino
Seksi 3 sepanjang 15 Km

Awal Februari 2024 lalu, 2 ruas baru Jalan Tol Trans Sumatera yakni Jalan Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat Seksi Tebing Tinggi – Indrapura sepanjang 20,4 Km dan Jalan Tol Indrapura – Kisaran Seksi Indrapura – Lima Puluh sepanjang 15,6 Km telah diresmikan Presiden Jokowi.

Jalan Tol Kurang Nyaman

Perjalanan awal dari ruas jalan tol melalui pintu gerbang tol Bakauheni – Terbanggi Besar sepanjang 141 Km dan Terbanggi Besar – Kayu Agung 189 Km arah Palembang boleh dikatakan sangat sepi, karena pada malam itu, jumlah kendaraan kecil yang melewati tol relatif sedikit. Berbeda dengan arah Palembang dan Bakeuheni relatif lebih padat.

Tidak tau kenapa seperti itu. Bisa jadi banyak kendaraan yang keluar dari pelabuhan Bakeuheni adalah mereka yang tinggal di kawasan Lampung dan sekitarnya. Sehingga lebih memilih jalan lewat jalan nasional.

Namun, jujur, perjalanan lewat tol Sumatera sejak dari Bakeuheni hingga Palembang terasa kurang nyaman disebabkan angkutan truk yang suka memakai jalur sebelah kanan. Kalau jalan sendiri sih masih oke. Ini ada yang berjejer sampai tiga truk.

Selama perjalanan itu saya tidak melihat ada petugas tol yang melakukan sweeping. Akibatnya saya harus hati hati sekali untuk meluncurkan kendaraan pada malam hari.

Belum lagi, ada truk yang hanya menggunakan satu lampu belakang. Sehingga dari jauh terlihat seperti mobil kecil. Padahal setelah dekat tingginya melebihi bak truk biasa.

Pemikiran saya. Kondisi seperti ini menjadi penyebab tabrakan tunggal antara kendaraan kecil dengan truk di jalur tol. Sebab pengalaman saya sendiri baru tau kalau lampu kecil tadi adalah truk. Saya bersyukur bisa menghindari truk itu dengan aman. Sebab kecepatan mobil saya relatif rendah. Jika dengan kecepatan tinggi bisa tabrakan.

Pemandangan seperti ini yang kerap membuat saya berhati hati saat melintasi jalan tol Sumatera. Sepertinya para sopir truk lebih nyaman jalan di sebelah kanan, karena sebagian besar sisi kiri jalan tol Terbanggi hingga Kayu Agung memang banyak yang sudah mengelupas. Para sopir takut menggunakan laju kiri, karena takut terjebak jalan lunak sehingga ban truk bisa terbenam.

Apalagi, jumlah angkutan truk yang melewati jalan tol Sumatera pada umumnya melebihi beban jalan tol.

Sebenarnya, kata sebuah sumber, jalan tol sudah dirancang melebihi beban angkutan truk sampai 50 persen. Tetapi faktanya, angkutan truk di jalan tol seperti melebihi beban jalan tol hampir dua kali lipat dari beban normalnya.

Kerusakan jalan tol, khususnya di ruas utama Tol Sumatera di Lampung dan Palembang ini boleh dikatakan relatif lebih tinggi dibandingkan ruas tol lainnya di Sumatera. (Baca : Tol Sumatera Memindahkan Masalah Jalan Nasional ke Jalan Tol).

Salah satu faktornya ungkap satu sumber adalah disebabkan kontur tanah di kawasan Lampung dan Palembang pada umumnya lembek. Sehingga sangat sulit membuat perkerasan badan jalan tol.

Pada umumnya, badan jalan tol yang ambrol adalah yang menggunakan lapis atas aspal. Tetapi badan jalan berupa rigid masih aman.

Selain berhadapan dengan masalah angkutan truk yang tidak disiplin. Perjalanan melalui ruas tol di Sumatera juga sering terganggu oleh kelamnya jalur pada saat malam hari.

Saya dapat informasi bahwa memang ada aturan yang menyebutkan bahwa pengelola tol tidak diwajibkan memasang lampu penerangan di ruas dalam jalan tol, kecuali yang berada di dalam kota.

Namun, pandangan saya pribadi, pengelola tol penting juga membuat penerangan minimal per 100 meter sehingga bayang bayang kendaraan yang tidak memiliki lampu belakang masih bisa terlihat dari jauh. Saya kira hal ini masih bisa membantu menekan angka kecelakaan di jalan tol Sumatera.

Laporan Tempo pada tahun 2022 mengutip PT Hutama Karya (Persero) mencatat ada 68 kasus kecelakaan di Jalan Tol Trans Sumatera selama priode Agustus-Oktober 2022.

Data itu dihimpun dari kecelakaan yang terjadi di ruas Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter), Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka), dan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Permai).

Tetapi Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan hasil evaluasi perusahaan menunjukkan angka kecelakaan kian menurun. Pada Agustus, misalnya, jumlah kecelakaan sebanyak 26 kali. Kemudian pada September 23 kali dan Oktober menjadi 19 kali.

“Sebanyak 43 persen atau 29 kecelakaan tersebut disebabkan oleh faktor microsleep atau mengantuk. Kami kemudian menginisiasi untuk menggelar operasi microsleep di jalan tol,” kata Koentjoro, Senin, 31 Oktober 2022.

Dalam operasi tersebut, pengguna jalan yang melintas akan diarahkan menuju tempat peristirahatan atau rest area untuk menjalani pemeriksaan kondisi fisik pengendara maupun kendaraannya. Manajemen berharap faktor insiden yang disebabkan oleh rasa kantuk ini dapat berkurang.

Adapun Hutama Karya adalah badan usaha jalan tol pertama yang melakukan operasi microsleep. Perseroan sebagai pengelola jalan bebas hambatan Tol Trans Sumatera (JTTS), ucap Koentjoro, berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan optimal bagi pengguna.

Koentjoro menambahkan operasi microsleep dilakukan secara berkala, khususnya di ruas jalan yang panjang. Pada bulan ini, untuk pertama kalinya operasi microsleep digelar secara serentak di tiga ruas jalur bebas hambatan itu.

Dalam operasi tersebut, Hutama mencatat total 339 kendaraan diarahkan ke rest area. Sebanyak 51 kendaraan berada di ruas Bakter, 188 kendaraan di Terpeka, dan 100 kendaraan di Ruas Permai.

“Kami mencatat operasi microsleep ini cukup efektif karena dapat menurunkan kecelakaan yang disebabkan oleh pengemudi mengantuk hingga 40 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Harian Sumatera Ekspres Palembang, mengutip Kasat Lantas Polres OKI Iptu Oke Panji Wijaya, mengatakan sepanjang tahun 2024 dari Januari hingga Oktober lalu, pihaknya mencatat sebanyak 36 kejadian kecelakaan lalu lintas di jalan tol.

SIMAK JUGA :  Hutama Karya Gratiskan Tiga Seksi Jalan Tol di Sumatera, Bagi Para Pemudik dan Warga Lokal

“31 kejadian laka di Tol Terpeka (Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayuagung (Terpeka), dan 5 kejadian di Tol Kayuagung-Palembang,” ujarnya, Senin (11/11).

Dengan berbagai faktor penyebab kecelakaan di jalan tol tersebut, Oke Panji terus mengimbau kepada para pengendara untuk selalu tetap berhati-hati.

“Untuk tidak berkendara dalam kecepatan tinggi, mematuhi rambu-rambu dan peraturan di jalan tol,” pungkasnya.

Sebab berulang kali kecelakaan yang terjadi di ruas Jalan Tol Terpeka maupun Kapal Betung (Kayuagung Palembang-Betung), menimbulkan dampak yang fatal bagi pengendaranya. Beberapa kasus kecelakaan di jalan tol yang pernah menjadi perhatian publik.

Seperti yang menimpa mahasiswi Universitas Muhammadiyah Palembang, tahun 2022 lalu. Febi Khairunnisa (21) menemui ajalnya jalan Tol Palembang-Kayuagung, 7 Januari 2022, sekitar pukul 17.34 WIB.

Mobil Brio BG 1649 KG yang dikendarainya hilang kendali saat mengelakkan lubang di Km 362, dari arah Palembang menuju Kayuagung. Di TKP bertemu lubang yang ukurannya sekitar 50 cm dan dalam sekitar 15-20 cm.

Dari rekaman CCTV di tol, terlihat mobil itu yang tadinya melaju kencang diduga mengerem sehingga agak pelan. Lalu berusaha mengelak dari lubang, banting setir ke kiri, ban mobil masih masuk ke lubang itu. Sehingga posisi mobil agak terbanting dan oleng, menghantam pembatas jalan.

Mahasiswi itu terpental keluar dari mobilnya, mengalami benturan keras di kepala dan dada. Dia meninggal dunia pada saat dalam perjalanan dibawa ke rumah sakit swasta di kawasan Jakabaring.

Kemudian tahun 2021, 3 orang tewas dalam kecelakaan di Tol Kapal Betung Km 348+800, Kabupaten OKI, 29 April 2021, sekitar pukul 09.20 WIB. Mobil Innova Reborn nopol BG 1904 YE, hilang kendali saat melaju dari arah Kayuagung menuju Palembang.

Dari rekaman CCTV tol yang beredar, mobil warna putih itu melaju kencang lalu menerjang genangan air. Akibatnya, ban kehilangan traksi pada permukaan jalan karena terhalang lapisan air atau yang biasa disebut aquaplaning atau hydroplaning.

Mobil travel disopiri Suseno Yogi (43) yang semula di jalur A berpindah ke jalur B. Trase jalan agak menikung ke kiri itu. Alhasil mobil Innova tersebut menabrak bagian belakang truk Mitsubishi nopol K 1449 QE yang berhenti di jalur B. Truk itu disopiri Agus Purnomo (37).

Cepat Satu Hari

Pengakuan seorang Sopir truk asal Jakarta, yang rutin menggunakan jalan tol sampai ke Medan menyebutkan bahwa keberadaan jalan tol mempercepat satu hari perjalanan dari Jakarta ke Medan Pp.

Namun dia meminta pihak pengelola tol untuk memperhatikan keselamatan pengendara dari badan jalan tol yang rusak.

“Saya pernah mengalami hampir terguling di jalan tol Sumatera karena mendadak melihat ada lubang di badan jalan tol. Saya mengerem cepat akibatnya tubuh truk terguncang keras dan hampir terbalik,” ujar Sulaiman yang tinggal di kawasan Pondok Kopi Jakarta Timur saat wawancara di sebuah pemberhentian truk di jalan lintas Sumatera.

Kedua, batas jalan tol perlu dibangun sedikit agak lebih tinggi untuk mencegah tembakan lampu kendaraan disebelah, yang cenderung menggunakan lampu jauh pada saat jalan malam hari, supaya tidak mengganggu konsentrasi pengendaraa lain di sebelah jalan tol.

Saya pribadi merasa terganggu oleh penggunaan lampu jauh itu, apalagi oleh angkutan berbadan sedang. Cahayanya menusuk mata.

Tetapi saya melihat disejumlah ruas tol di Sumatera saat ini sedang ditanam pohon tertentu di pembatas jalan tol. Saya pikir jika pohonnya lebat bisa menghalangi cahaya lampu jauh dari kendaraan sebelah.

Efektif Waktu dan BBM

Meski berhadapan dengan jalan tol yang rusak pada bagian sebelah kirinya, tetapi harus saya akui. Liwat jalan tol Sumatera jauh lebih efesien dibandingkan jalan nasional, saat ini.

Selain karena jalan tol bebas hambatan, kondisi jalan nasional di Sumatera saat ini sungguh miris. Sepertinya pemerintah kehilangan akal untuk merawat jalan nasional, karena habis diperbaiki dalam waktu tidak terlalu lama, rusak lagi.

Jalan darat melalui jalan tol Sumatera jauh lebih nyaman, aman dan jauh lebih cepat dari segi waktu. Meski kita harus merogoh kocek sekitar 400ribu untuk biaya tol dari tol Bakauheni sampai di pintu luar tol Kramasan dan tambahan belanja BBM serta untuk biaya makan minum di rest area, yang notabene juga sudah menyiapkan minuman dan makanan yang sudah punya branding.

Kebutuhan akan jalan tol mulai sangat terasa pada saat sudah keluar dari pintu exit tol Kayu Agung – Palembang di Kramasan. Sebab batas tol Sumatera dari arah Jakarta hanya sampai disitu.

Untuk meneruskan perjalanan kita harus menggunakan jalan lintas Sumatera yang kondisinya Allahurabbi buruknya. Selain itu, ruas jalan tol lintas tol Sumatera juga relatif kecil, sehingga saat berselisih dengan kendaraan lebih besar kita bisa merasakan tekanan angin kuat dari tubuh kendaraan tersebut.

Selain itu. Pemerintah hanya memperbaiki badan jalan lintas Sumatera saja pada saat pemeliharaan jalan. Tetapi sisi kiri kanannya tidak. Sehingga sering kejadian angkutan berat terban saat berselisih atau saat sedang menepi.

Selama dalam perjalanan di jalan lintas Sumatera dari Palembang hingga Medan, ada belasan truk bertubuh gaban tumbang di pinggir jalan. Malahan ada saya lihat, truk tersebut tumbang saat masuk rest area di jalan lintas Sumatera.

Saya lihat. Kondisi jalan lintas Sumatera harus ditingkatkan kualitasnya dan pembatasan angkutan barang perlu dilakukan lagi. Saya melihat misi ini bisa dijalankan di era Presiden Prabowo Subianto. Sebab beliau memiliki pandangan kuat terhadap suatu hal yang akan merugikan publik.

Terus terang. Saat berada di jalur lintas Sumatera, laju kendaraan mulai terbatas akibat rapatnya antrian truk di jalan lintas Sumut.

Saya sempat mengalami insiden kecil saat akan memotong iring iringan kendaraan di kawasan Medan – Pekanbaru, saat akan berbalik ke Jakarta.

Sisi kiri bagian belakang mobil saya dihajar satu angkutan kota warna kuning, saat saya harus bertarung dengan satu mobil kecil dari arah depan yang sama sekali tidak menurunkan kecepakatan saat saya memotong deretan truk dan angkot di depan saya.

Saya kaget mendengar bunyi benturan dari arah sisi kiri belakang mobil Avanza saya. Dari kaca spion saya lihat ada sebuah angkutan kota berwarna kuning yang usianya saya perkirakan sudah tua, berjalan lambat dibelakang saya.

Saya tau, sopir angkot itu secara sengaja membenturkan kepala mobilnya ke bumper sebelah kiri mobil saya. Bisa jadi, dia marah, saya memotongnya dengan jarak sangat tipis. Sebab lebar jalan Sumatera saat ini memang relatif lebih kecil dibandingkan jalan lintas di Jawa. Apalagi jika dibandingkan dengan lebar jalan tol Sumatera.

Selama melalui jalan lintas Sumatera, dipikiran saya selalu terlintas pertanyaan. Apakah jalan Tol di Sumatera ini akan dibangun terus sampai selesai oleh Presiden Prabowo Subianto, atau malah sebaliknya akan dituntaskan sampai selesai saja dari sisi jalan tol yang masih dalam pengerjaaan. (Baca : Jalan Tol Sumatera Masih Terputus putus, Ketua Umum Kadin Sumut Minta Prabowo Melanjutkan).

Tol Sumatera Menguntungkan

Data yang saya peroleh dari Humas PT Angkasa Pura menyebutkan bahwa kondisi arus lalulintas harian (LHR) di ruas tol operasional relatif bagus.

Sebagai contoh LHR Jalan Tol Terbanggi Besar – Kayu Agung sudah mencapai 9.484 kendaraan per hari. Jalan Tol Palembang Indralaya 8.451 kendaraan per hari. Jalan tol Indralaya Prabumulih 3. 023 kendaraan per hari.

Ruas tol Pekanbaru – Dumai 8.124 per hari. Jalan Tol Pekanbaru – Bangkinang – Koto Kampar 5.717 kendaraan per hari.

Jalan tol Indrapura – Kisaran 6.013 per hari. Jalan tol Binjai Langsa (Seksi 1 dan 2) 7.105 kendaraan per hari.

Ruas tol di Sumatera yang masih cekak adalah Sigli Banda Aceh yang hanya dilalui 2.078 kendaraan per hari dan Ruas Tol Taba Penanjung – Bengkulu 1.750 kendaraan per hari.

Kabar yang saya dapat. Dua ruas tol Sumatera yang sudah operasional kini sudah dijual kepada pihak swasta. Satu jalan tol Medan Binjai dan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar.

Informasi yang pernah saya dapat dari Medan, ruas jalan tol Medan Binjai konon sejak beroperasi memang jadi buruan pengendaraa setiap hari. Jalan tol ini memang efektif menekan kemacetan di jalan lintas atau propinsi atau jalan di sekitar Medan menuju Binjai dan Binjai ke Belawan.

Lalulintas Harian di jalan tol ini kabarnya sudah mencapai LHR Bisnis. Makanya ada investor swasta yang tertarik membeli jalan tol tersebut.

Sementara Jalan Tol Trans-Sumatra ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140,5 km tersebut kini dikelola PT Bakauheni Terbanggi Besar Toll Road, yang merupakan anak perusahaan Indonesia Investment Authority (INA).

Ini artinya pembangunan jalan Tol di Sumatera secara bisnis masih menguntungkan. Oleh sebab itu, rasanya sangat musykil ruas jalan tol utama di Pulau Sumatera ini tersambung dari Lampung hingga Aceh. (Bersambung)