Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Kelompok Kepentingan Menghambat Upaya Mengatasi Pemanasan Global

  • Bagikan
Satrio Arismunandar

JAKARTA – Upaya mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global tidak mudah, karena menghadapi hambatan politik dan penolakan dari kelompok kepentingan yang kuat.

Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Satrio Arismunandar dala, diskusi bertema “Laudate Deum” Paus Fransiskus: Relasi Tuhan, Manusia dan Alam di Jakarta, Kamis malam, 19 Oktober 2023 yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Yohanes Wahyu Prasetyo OFM, alumnus magister filsafat dari STF Driyarkara Jakarta. Diskusi itu dipandu oleh Swary Utami Dewi.

Menurut Satrio, permasalahan utama dalam mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global adalah sifat permasalahan yang kompleks dan saling berhubungan.

“Beberapa tantangan utama itu harus diatasi agar dapat melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara efektif,” ujarnya.

Salah satu tantangannya, perubahan iklim merupakan masalah global yang memerlukan kerja sama dan kesepakatan internasional.

“Mendorong negara-negara untuk berkomitmen dan menerapkan target dan kebijakan pengurangan emisi merupakan sebuah tantangan besar, karena hal ini melibatkan keseimbangan kepentingan dan prioritas nasional,” kata Satrio.

Selain itu ada dampak ekonomi. Upaya mitigasi perubahan iklim mungkin mempunyai konsekuensi ekonomi, mempengaruhi industri dan lapangan kerja.

“Menyeimbangkan biaya ekonomi dalam mengatasi perubahan iklim dengan manfaat jangka panjang merupakan tantangan yang harus diatasi oleh pembuat kebijakan dan masyarakat,” tambahnya.

Yang juga krusial, perubahan iklim dapat memperburuk kelangkaan sumber daya, termasuk kekurangan air dan pangan.

“Memastikan akses terhadap sumber daya, yang penting bagi populasi global yang terus bertambah, merupakan tantangan dalam perubahan iklim,” katanya.

Perubahan iklim sering dikaitkan dengan degradasi lingkungan, termasuk hilangnya habitat, penggundulan hutan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

SIMAK JUGA :  Dalam Pengesahan Omnibus law, Bupati Bartim Gelar Apel Gabungan

“Mengatasi masalah-masalah ini bersamaan dengan perubahan iklim merupakan suatu tantangan, namun perlu,” katanya.

Indonesia saat ini sudah melakukan transisi ke sumber energi bersih dan terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan pembangkit listrik tenaga air, sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Namun transisi ini menghadapi kendala seperti tingginya biaya awal teknologi terbarukan dan infrastruktur bahan bakar fosil yang ada,” kata Satrio. K) ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *