Melihat Geliat Pembangunan Kota Solok Duet Zul Elfian – Reiner

  • Bagikan

Oleh : Rony Natase)*

Kota Solok, Harianindonesia – Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di Kota Solok memperlihatkan penurunan yang signifikan. Meskipun demikian, diperkirakan penurunan ini akan melambat di masa depan. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu keluar dari kemiskinan adalah mereka yang hidup di ujung garis kemiskinan yang berarti seiring berjalanya waktu, “Kilas Balik Geliat Perkembangan Pembangunan dan perekonomian Warga Kota Solok ” keberadaanya bakal mampu memerangi angka kemiskinan dan mampu meningkatkan kesejahtraan warga Kota Solok.

Dari perjalanan kepemimpinan H. Zul Elfian Wali Kota Solok Reinier menjabat sebagai Wakil Walikota Solok, terhitung sejak 17 Februari 2016 hingga penghujung empat tahun kepemimpinanya, tahun 2020  ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh wako dan wawako Solok agar terus menciptakan gebrakan terbarunya dengan meningkatkan sumber daya manusia. Kesemua inovasi dan program yang di prioritaskan adalah berpihak terhadap kepentingan warganya.

Salah satu tujuan kepemimpinan Zul Elfian-Reinier adalah Menjadikan Kota Solok Sebagai Pusat Perdagangan Hasil-Hasil Pertanian, Perkebunan dan Ekonomi Kerakyatan yang Tangguh Berbasis Potensi Unggulan Daerah Melalui Perdagangan, Pariwisata dan Jasa Lainnya Serta Menciptakan Iklim Investasi yang Kondusi

Bila kita berkaca Pada 2015 Tercatat ada sebanyak 4, 12 persen penduduk miskin, dan tahun 2020 ini berkurang menjadi 3, 66 persen. Namun sejalan dengan berkurangnya kelompok tersebut, kelompok yang berada di bagian paling bawah garis kemiskinanlah yang sekarang harus dibantu untuk bangkit dan keluar dari kemiskinan. Ini lebih rumit dan akan menghasilkan angka penurunan tingkat kemiskinan yang berjalan lebih lamban dari sebelumnya,

Nah, salah satu upaya Kota Solok dalam menunjang perekonomian, memaksimalkan ekonomi kerakyatan dan perdagangan, Pertanian kota Solok, Ekonomi rakyat yang tangguh ditandai dengan terjadinya peningkatan pertumbuhan sektor yang terkait langsung dengan ekonomi rakyat,”ujar Walikota Sokok H. Zul Elfian,SH.MSi, pada harianindonesia Senin kemare.

Dia memaparkan,  bila dilihat pada kilas balik perdagangan, industri dan pertanian. Pada PDRB tahun 2016 sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan masing-masing tumbuh sebesar 2.22%,  5,87% dan 5,6 % dari tahun sebelumnya. Sampai tahun 2020, perekonomian Kota Solok ditopang oleh sektor ekonomi kerakyatan dengan berkontribusi sebesar 52,82% terhadap PDRB Kota Solok.

Menurut Zul Elfian, agar daerah Kota Solok maju dan berkembabg, serta masyarakatnya keluar dari garis kemiskinan. Tidak ada pilihan lain, Pembenahan terhadap sarana dan prasarana perdagangan penting dilakukan, diantaranya Revitalisai Pasar Raya Solok yang pada tahun 2016 dilaksanakan 2 unit pada Bangunan Servis Lantai 2 dan Los Daging, selanjutnya pada tahun 2017 dilakukan revitalisasi pada Los Ikan, lalu Pembangunan Pasar Pagi Kota Solok yang ditargetkan baru terealisasi tahun 2018, ternyata pada tahun 2017 sudah bisa direalisasikan dengan bantuan dana DAK dan dari pemerintah pusat, sampai sekarang berjalan maksimal.

Lalu ia juga menyebut Meningkatnya penyediaan lapangan kerja merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah. Fasilitas terhadap akses informasi bursa tenaga kerja dan peningkatan keterampilan masyarakat menjadi prioritas lima tahun kedepan sehingga penurunan tingkat pengangguran terbuka dapat direalisasikan. Tingkat pengangguran terbuka Kota Solok pada tahun 2015 sebesar 4,72% dan menurun menjadi 4,50% pada tahun 2020 ini.

Zul Elfian mengatakan keragaman konsumsi pangan ditandai dengan meningkatkan sektor pola pangan harapan (PPH). Pola pangan harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan yang dijadikan sebagai anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif.

Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan berdasarkan sektor pangan dari 9 bahan pangan. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh tingkat produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi dari pada tingkat regional sedangkan untuk tingkat lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan.

“Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga. Sektor Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Solok pada tahun 2016 bernilai sebesar 81 menurun menjadi 80,04 pada tahun 2017. Dengan demikian, saling keterkaitan antara perdagangan, ekonomi kerakyatan dan pertanian sampai tahun 2020  ini, menjadi hal vital dalam membangun warga kota yang sejahtera,” jelasnya.

Gambaran perekonomian Kota Solok dapat dilihat dari sisi PDRB Kota Solok baik berdasarkan harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2015 PDRB Kota Solok sebesar Rp. 2,964 triliun (atas dasar harga berlaku), meningkat menjadi Rp.3.238 triliun pada tahun 2018 Pada sisi harga konstan, PDRB Kota Solok juga naik, dari Rp.2.306 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp.2.440 triliun pada tahun 2016.

Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Solok, dimana struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha yang membangun struktur tersebut, dapat dilihat bahwa sampai tahun 2020. struktur ekonomi di Kota Solok didominasi sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi mobil & Sepeda motor (25,72%), Transportasi & Pergudangan (15,55%) dan sektor konstruksi (13,57%).

Dari pemikiran Zul Elfian, Walikota Solok menyebutkan, warga kota memenuhi tiga unsur penting dalam kehidupan, yaitu berpenghasilan cukup, berbadan sehat dan terdidik. Jelas untuk mencapai tiga hal tersebut sektor perekonomian harus ditingkatkan, untuk menunjang kesejahteraan masyarakat.Kota Solok sejak tahun 2015 mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2016 laju inflasi meningkat jika dibandingkan tahun 2015, tetapi sampai  pada tahun 2020  ini memperlihatkan tren menurun menjadi 2,09%.

Kegiatan perekonomian juga akan mengekor dengan sendirinya, dan tak lagi terfokus pada beberapa titik seperti yang terjadi selama ini. Secara makro, saya sudah melihat langsung master plant dan blue print pengembangan Kota Solok, yang saya yakini merupakan jawaban yang tepat terhadap kondisi kota ini ke depan. Dalam master plant dan blue print itu, tertuang secara rinci penataan kawasan-kawasan kota sesuai dengan peruntukannya.

Persoalannya, dalam penataan kota itu ada yang butuh waktu singkat untuk mengimplementasikannya, selain juga ada yang menelan waktu panjang, baik karena pertimbangan proses maupun soal pendanaan. Makanya, agar master plant dan blue print itu terwujud secara nyata, sangat diperlukan kesinambungan pucuk pimpinan.

“Kita terus memperbaiki perekonomian masyarakat dengan mendorong sektor pertanian dan pariwasata, berikut dengan sarana dan prasarana nya, secara ekonomi kita akan terus berupaya menekan angka inflasi,” ujarnya.

SIMAK JUGA :  Kenapa Bangsawan Disebut Berdarah Biru? Ini Asal Usulnya

Berikut pendapat sejumlah tokoh Kota Solok tentang kepemimpinan H. Zul Elfian dan Reinier.

Yutris Can, Ketua DPRD Kota Solok beri Apresiasi Terhadap terhadap segala inovasi dan program yang diluncurkan terutama Program Keagamaan. Selama empat tahun memimpin Kota Solok, pasangan Walikota Zul Elfian-Reinier dinilai mampu melakukan sejumlah lompatan dan keberhasilan yang menggembirakan. Ini fakta yang sulit ditafsir oleh siapapun juga. Tapi saya secara pribadi meberi catatan khusus terhadap sejumlah program.

Antara lain saya nilai sebagai program yang mampu menjawab kebutuhan umat masa kini dengan perspektif yang jauh melompat ke depan. Dengan Program keagamaan, masjid dan rumah peribadatan umat Islam lainnya yang selama ini hanya identik dengan tempat shalat, mengalami perluasan fungsi.

Sejalan dengan itu, program Mabit, Magrib Mengaji, Subuh berjamaah, yang kembali digalakkan oleh pasangan ini diharapkan akan memiliki banyak implikasi. Selain meningkatkan kualitas iman dan takwa umat Islam di kota ini, dari pelaksanaan program itu diharapkan akan menjawab tantangan pembinaan generasi muda yang diyakini akan semakin berat.

Dari kedua program yang sejatinya memiliki ‘’roh’’ yang sama itu, saya melihat sejumlah implikasi yang ditimbulkannya. Yang paling menonjol antara lain, sejumlah masjid di kota ini yang pada waktu tertentu hanya diisi oleh satu syaf saja untuk melaksanakan shalat berjemaah, belakangan berkembang menjadi minimal tiga syaf.

Kendati demikian, kita juga tak bisa menutup mata terhadap sejumlah kekurangan, yang masih memerlukan pembenahan. Kekurangan itu bisa jadi karena waktu pelaksanaan program yang tak cukup dua tahun ataupun lima tahun, atau oleh faktor-faktor lain di luar kemampuan pasangan itu untuk menuntaskannya.

Saya memakai parameter sederhana untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sepasang pemimpin dalam memimpin daerahnya, yaitu prestasi. Kalau saya menilai pasangan Zul Elfian- Reinier cukup baik selama empat tahun terakhir, dibuktikan oleh aneka prestasi yang diraih di berbagai bidang pembangunan.

Saya juga memberi catatan khusus soal perhatian pasangan ini yang sangat besar terhadap dua sektor yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat banyak, yaitu pendidikan. Di bidang pendidikan, selain dengan meningkatkan derajat kesejahteraan para guru, pasangan ini juga gencar membangun sekolah baru dan penambahan ruang belajar.

Di bidang kesehatan, banyak di antara puskesmas di kota ini dinaikkan statusnya menjadi puskesmas rawat inap, yang diiringi dengan pembangunan rumah sakit baru. Semua upaya itu tentu akan berimbas terhadap semakin membaiknya kualitas pelayanan kesehatan yang bisa dirasakan oleh masyarakat.

“Dibangunnya sejumlah kantor pemerintahan yang baru juga merupakan upaya pasangan ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan birokrasi kepada masyarakat. Lantaran, pembangunan kantor-kantor baru akan semakin mendekatkan masyarakat dengan lembaga-lembaga penyedia pelayanan milik pemerintah” papar Yutris Can.

Salah satu  lagi keberhasilan Zul Elfian-Reinier yang terbilang menonjol adalah keberanian pasangan ini melakukan trobosan pembangunan rumah sakit umum daerah, pembangunan gelangang olahraga dan meneruskan proyek jalan lingkar utara, Air PDAM Layak Minum, lapangan merdeka. “Ini kebijakan yang memiliki implikasi yang sangat luas. Antara lain, kepadatan penduduk yang selama ini terkonsentrasi di sejumlah titik, sudah  bisa dilakukan penyebaran secara merata “terabgnya.

Senada dengan itu, Ramaghani Kirana Putra,  anggota DPRD Kota Solok menilai,  konsisten Menjaga Keseimbangan, Program-program Walikota Zul Elfian dan Wakil Walikota Reinier sangat jelas dalam keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan mental/rohani masyarakat. Hal ini dengan ditandai dengan pembangunan infrastruktur mulai yang skala besar (pembangunan jalan lingkar, rumah sakit, gelangang olahraga (Gor) dan sampai pada yang skala kecil (jalan lingkungan dan drainase lingkungan).

Namun dengan semua pembangunan fisik tersebut, Zul Elfian -Reinier tidak melupakan pembangunan mental/rohani masyarakat yang ditandai dengan pembangunan atau perbaikan Masjid sampai ke tingkat kelurahan. Kita ketahui, masjid adalah pusat kegiatan dan peradaban.

Ketua LAKAAM Kota Solok Rusli Khatib Sulaiman.Tugas Zul Elfian dan Reinier Belum Selesai. Disini pasangan itu baru  menyelesaikan empat  tahun masa jabatannya sebagai Walikota dan Wakil Walikota Solok periode 2016-2021, sejatinya tugas Zul Elfian sebagai walikota belumlah selesai. Beliau akan segera menyelesaikan dinding dan atapnya dan bagian lainnya, hingga semua bangunan tersebut sempurna. Untuk itu, tugas pasangat sangat berat dan Ia harus menyelesaikan sejumlah bengkalai selama ini,

Dan untuk membuat Kota Solok semakin maju. Saya secara pribadi maupun ketua LKAAM Kota Solok, sangat mendukung program dan visi misi walikota Solok kedepannya. Pertimbangannya, dalam pengamatan saya, geliat pembangunan dan perekonomian warga di Kota Solok selama hampir empat  tahun ini sangat positif. Pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan. Ini bisa kita lihat dengan bertambahnya pusat-pusat bisnis, seperti pusat perbelanjaan,klinik bersalin, rumah sakit, dan lainnya.

Artinya, investor memandang Kota Solok sebagai kota beras serambi madinah cukup menjanjikan. Kondisi ini jelas tidak terlepas dari kepemimpinan kepala daerahnya sehingga mampu menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi para investor untuk berinvestasi. Ke depan saya optimis, Kota Solok akan jauh lebih maju dan berkembang, menyusul konsep pembangunan Kota Solok Smart City.*

Ketua Bundo Kandung Kota Solok, Bundo Sitta Nofenbra Menilai, meski roda pemerintahan Kota Solok berjalan baik, namun pemerintah masih kurang melakukan inovasi dan mengambil terobosan-terobosan untuk lebih mengangkat nama daerah.

Salah satu contohnya adalah inovasi dan terobosan untuk mengangkat potensi wisata di Kota Solok. Padahal, banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan di daerah kita ini. “Banyak potensi wisata bisa dikembangkan, ada Pulau Belibis, Air Terjun Sarasah Batinpo dan banyak lagi, tapi saya belum melihat ada inovasi dan terobosan untuk mengenalkan daerah kita ke daerah lain, perlu terobosan dan inovasi lagi untuk mengangkat nama Kota Solok,” katanya.

Kita juga tak meragukan komitmen dan konsistensi pasangan ini untuk menjaga keseimbangan pembangunan. Di saat pembangunan fisik dari berbagai sektor terus digenjot, pasangan Zul Elfian- Reinier juga tidak mengabaikan pembangunan yang bersifat non-fisik. Semaraknya kehidupan beragama di kota ini, membuktikan kuatnya dukungan pemerintah untuk menjaga dan mengembangkan kehidupan beragama di Kota Solok.(*)

)*Wartawan Harianindonesia.id Solok

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *