Tokoh Ormas Markoni Koto Meninggal Dunia, Kita Kehilangan Sosok Pejuang Demokrasi Pemberani

  • Bagikan

JAKARTA (Harianindonesia.id) : Seorang pejuang demokrasi pemberani dari Organisasi Kemasyarakatan nasional H Markoni Kotto SH dikabarkan meninggal dunia di kediamannya, Ahad (25/12).

Almarhum dikenal sebagai Ketua Umum DPP Pekat Indonesia Bersatu dan pengacara, meninggal dunia setelah mengalami sesak napas di kediamannya, Penggilingan Jakarta.

“Saat mendapat serangan sesak napas, istri almarhum sempat membawanya ke satu rumah sakit Islam. Tetapi sampai di sana, oleh Dokter almarhum divonis sudah tiada,” ujar Wakil Ketua DPW Pekat IB Jawa Timur Novendri Yusdi kepada Harianindonesia.id, Senin (26/12) via jaringan WhatsApp pribadinya.

Menurut Novendri, sehari sebelum meninggal, almarhum sempat menelpon dirinya membahas masalah DPW PKDP Jawa Timur. Almarhum adalah salah satu dewan pembina DPP PKDP Indonesia, organisasi perantau asal Piaman di Jakarta. Dan Novendri sendiri adalah Ketua Umum DPW PKDP Jatim.

Novendri mengaku tidak ada merasakan tanda tanda atau almarhum meninggalkan perangai, seperti layaknya seseorang akan berpulang.

Tetapi lelaki kelahiran Sungai Geringging Kabupaten Padang
Pariaman, Sumbar ini memang sempat mengalami gangguan jantung dan pernah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Sekitar satu bulan lalu, Markoni juga sempat dilarikan ke rumah sakit akibat serangan jantungnya.

Saat bertemu almarhum untuk terakhir kalinya, saya melihat dia memakan biji durian, yang menurut kabar bisa meredakan rasa sakit di jantung dan menggairahkan aliran darah di dalam tubuh.

Besar di Lingkungan Keras

Sebelum dikenal sebagai pengusaha, pengacara dan tokoh ormas militan, Markoni Kotto di masa mudanya hidup dalam lingkungan sangat keras atau hidup di lingkungan para pereman di Jakarta.

Dalam satu pengakuannya, Markoni menyebutkan bahwa dirinya sebagai anak dari keluarga miskin sempat melakoni kehidupan sebagai pemungut uang keamanan di sebuah lokasi di Jakarta.

“Setelah uang saya tagih dan saya setorkan kepada bos (panggilan kepala pereman itu), paginya saya sekolah. Saya sudah hidup di terminal sejak dari SMP hingga SMA. Baju sekolah saya cuma satu. Setelah dipakai lalu dicuci, tanpa diseterika, besoknya saya pakai lagi,” ceritanya pada kesempatan di sebuah tempat dia sering main domino (gaple) di kawasan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur.

Sebagai ‘preman kecil’ di Jakarta, Markoni tidak punya tempat tinggal. Dia tidur dipinggir jalan aspal tempat bemo parkir. Sebagai alasnya dipakai karton dan untuk mengusir nyamuk, dia hidupkan obat bakar nyamuk disekeliling karton.

“Kalau hari hujan, saya lari masuk ke dalam bemo dan tidur di sana sampai pagi,” kenang Markoni sambil tertawa lepas.

Tetapi ada satu kebiasaan baik Markoni yang tidak dilakoni preman sejawatnya. Markoni meski tinggal dan hidup di terminal, tetapi dia tidak pernah meninggalkan sholat dan tidak pernah meminum minuman keras atau memabukan.

“Meskipun pekerjaan saya meminta setoran dari pedagang dan sering minta makan gratis dari penjual makanan, tetapi satu warisan dari orang tua yang tidak pernah saya tinggalkan adalah tetap melakukan sholat dalam situasi apa pun juga,” ujarnya.

Kebiasaan itu bisa dirasakan siapa saja saat bertandang ke kantornya. Masuk waktu, dia langsung sholat dan zikirnya boleh dikatakan cukup panjang dari rerata pesholat lainnya.

SIMAK JUGA :  Momen Soekarno Menangis di Depan Makam Jenderal Ahmad Yani yang Terbunuh pada Peristiwa G30S PKI

Markoni mulai didekati uang sejak berusia 27 tahun. Dalam usia muda itu, dia sudah beli rumah mewah, mobil mewah dan berpenampilan keren. “Soal dari mana saya dapat uang jangan ditanya. Yang pasti uang halal,” paparnya lagi.

Semasa hidupnya, Markoni dikenal sebagai pribadi yang perhatian terhadap kakak dan adiknya dari empat istri ayahnya. Menurut pengakuannya, semua kakak dan adik adiknya itu, sudah dia Umrohkan ke Mekkah.

Dan, sebagai orang Ormas dikenal di Jalarta, Markoni termasuk seorang pemberani dan terlibat dalam banyak diskusi dan tragedi di lapangan. Dia menjadi salah satu komunikator dengan pihak yang bertikai, termasuk pada saat Pilpres lalu.

Saya pernah diajak beliau bertemu dengan tangan kanan salah satu Capres di kawasan elit di Jakarta pusat untuk mengambil persiapan demo lapangan, tepatnya saat demo di KPU RI. Saya hanya berdua di ruangan kerjanya di kawasan Harmoni pada saat seseorang menelpon dirinya untuk menghentikan aksi demo. Sebab sudah menjurus radikal.

Program Tertunda

Saya sangat kaget dengan kepergian sang demonstran. Sebab pada saat kabar perginya Markoni saya sedang dalam perjalanan darat dari Jakarta Padang. Saya punya kebiasaan tidak membuka dulu WA Grup sampai saya tiba di rest area atau peristirahatan.

Padahal, WA Grup tempat saya dan almarhum bergabung sudah sejak kapatang melaporkan informasi kepergian almarhum.

Seorang kawan manelpon saya, persisnya ingin bertanya, apakah benar almarhum sudah berpulang. Saat menerima telpon itu pikiran saya bingung. Apakah ada seseorang yang baru saja tiga hari bertemu, dan dalam kondisi sehat, tiba tiba dilaporkan telah berpulang?

Itulah kesalahan pribadi saya yang tidak selalu mengupdate info dari WA Grup. Padahal fungsi WA Grup kini sudah seperti rumah besar bagi penghuninya. Semua cerita ada disitu, termasuk kabar berpulangnya anggota grup.

Kepergian Markoni bagi saya terlalu cepat. Sebab ada satu agenda kami yang belum sempat terealisasi dalam posisi liau sebagai Ketua Umum DPP Pekat Indonesia Bersatu, yakni mengembangkan media OtoritasNews sebagai media internal organisasi.

Saya sudah sejak lama diajak Markoni untuk merehab kembali penerbitan media online itu. Sebab dia percaya, saya mampu membesarkan media itu berdasarkan pengalaman saya membina sejumlah media cetak dan online sekarang.

Saya sudah dipertemukan Markoni dengan putra sulungnya Reza dan Bendahara Umum DPP Pekat IB mas Steven, seorang pengacara pemberani juga, untuk membahas rencana pembiayaan media itu.

Tetapi itulah kekuasaan Illahi. Kita hanya bisa merencanakan tetapi semua keputusan ada ditangaNya. Sebagai orang beragama kita harus yakin bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk hidup kita, ada dalam genggamanNya.

Selamat jalan Ajo Koni. Semoga Allah SWT akan melapangkan jalanmu menuju surgaNya. Kami di DPP Pekat IB dan DPP PKDP Indonesia akan melanjutkan cita citamu yang belum terlaksana🙏😭 (*)

(Awaluddin Awe)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *