BANSI SEBAGAI ALAT MUSIK PENGIKAT HATI WANITA

  • Bagikan

Oleh : HASBI ASH-SHIDDIQI)*

Minangkabau adalah salah satu daerah yang sangat terkenal unik dengan ciri khas alat musiknya seperti alat musik tiup, pukul, maupun alat musik petik atau geseknya.

Dengan posisinya seperti itu, daerah Minangkabau (sekarang dikenal dengan Propinsi Sumatera Barat) sudah mampu membawa keanekaragaman alat musiknya sehingga memjadi terkenal di Indonesia dan mancanegara.

Salah satu alat musik yang di minati oleh kaum milenial adalah alat musik tiup yang bernama Bansi.

Bansi adalah alat musik tiup yang beralas dari Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Bansi adalah salah satu musik unstrumen tiup yang terkenal dan masih sangat pekat dengan keminangkabauannya.

Bansi berbentuk hampir sama persis dengan Saluang, akan tetapi ada beberapa faktor yang membedakannya.

Faktor yang pertama adalah saluang hanya memiliki lubang nada berjumlah empat sedangkan bansi memiliki lubang nada berjumlah tujuh.

Faktor kedua adalah Saluang yang memiliki ukuran lebih panjang dibandingkan dengan alat musik Bansi, dan juga cara memainkannya sangat berbeda walaupun sama-sama alat musik tiup.

Pada zaman dahulu Bansi ini biasanya berhubungan dengan hal-hal gaib yang bertujuan untuk mengikat hati wanita yang diidamkannya.

Biasanya si pemain ritual bansi ini membaca Pitunang sebelum memainkan serta menunjuk kepada sasaran atau korban yang di karenakan oleh wanita yang telah menolak cinta si pelaku ritual tersebut.

Sebagai contoh opini pada kegunaan Bansi adalah pada perang paderi yang dilakukan oleh para lelaki adalah bermain bansi yang bertujuan mencuri hati wanita dengan memainkan nada-nada atau sebuah lagu yang indah sehingga membuat wanita jatuh cinta kepada pemain Bansi walaupun awal mulanya wanita ini tidak mencintai si pelaku ritual tersebut.

Mantra-mantra yang dibacakan ketika bermain Bansi adalah pitunang. Pitunang adalah mantera-mantera atau doa-doa yang dihembuskan pemainnya ke dalam alat musik tersebut.

Seiring waktu berjalan alat musik Bansi sekarang sudah digunakan sebagai alat musik instrument yang biasanya di tampilkan pada acara adat dan lain-lain.

Selain sebagai pengisi acara adat bansi juga berfungsi sebagai instrument pengganti vokal lagu minang dan pengiring musik lagu minang.

Sebelum masuk kedalam penjelasan cara memainkan alat musik Bansi kita harus tau bagaimana cara atau proses pembuatannya terlebih dahulu.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat bansi adalah talang sarueh, gergaji, pisau, solder, dan ampelas.

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah potong talang sarueh dengan ukuran yang cukup dan tidak terlalu panjang.

Langkah selanjutnya adalah membuat lubang nada pada talang tersebut sebanyak tujuh lubang nada dan di haluskan dengan ampelas.

Kemudian memberi ukiran pada talang yang sudah di buat lubang nadanya, biasanya ukiran yang di pakai adalah bermotif tentang Minangkabau seperti gambar rumah gadang, dan aja juga bermotif batik.

Terakhir adalah memberi pernis pada talang tadi dan dikeringkan sampai bisa digunakan atau dimainkan.

Setelah kita memahami cara pembuatan Bansi tersebut maka langkah selanjutnya adalah bagaimana cara memainkan alat musik khas Minangkabau ini.

Untuk cara memainkannya kita perlu seorang guru yang sangat ahli dalam memainkan alat musik ini, karena dalam bermain Bansi kita perlu beberapa teknik yang akan kita gunakan ketika memainkan alat musik tersebut.

SIMAK JUGA :  BERKURANGNYA TRADISI SENI ULU AMBEK DI PADANG PARIAMAN

Teknik yang pertama dalam memainkan alat musik bansi adalah menyambung napas tanpa memberhentikan alunan nada bansi orang minang biasanya menyebut dengan kata manyalisiah angok.

Teknik yang kedua adalah mengetahui nada-nada Bansi serta mengetahui letak tangga nada Bansi tersebut, setelah kita mengetahui tangga nada nya maka langkah selanjutnya adalah cara menutup lubang nada sehingga tidak menimbulkan kejelakan pada suarsa bansi.

Posisi jari-jari pada lubang nada Bansi diantaranya adalah empat lubang tangga nada ditutup dengan jari tangan kanan, aturan umumnya adalah sebagai berikut, lubang satu ditutup dengan jari kelingking, lubang kedua ditutup oleh jari manis, lubang ketiga ditutup dengan jari tengah lubang keempat ditutup dengan jari telunjuk.

Sedangkan tiga lobang berikutnya memakai jari tangan kiri aturannya adalah sebagai berikut lubang kelima ditutup dengan jari manis, lubang keenam ditutup dengan jari tengah lubang ketujuh ditutup oleh jari telunjuk, dan lubang ke delapan ditutup dengan ibu jari kiri.

Selain beberapa teknik yang diatas masih ada beberapa lagi teknik yang harus kita ketahui seperti Gariniak yang diartikan teknik improvisasi yang meliputi kecepatan jari dalam membuka atau menutup lubang nada.

Teknik selanjutnya Saik yang diartikan sebagai, teknik improvisasi atau teknik membuka dan menutup lubang nada secara perlahan-lahan.

Tahap yang ketiga adalah Kalorok yang diartikan sebagai melodi untuk memberi isi pada sambungan melodi sesudah atau sebelumnya.

Langkah yang keempat adalah Pakok yang bisa diartikan sebagai melodi yang dihasilkan untuk menutup sebuah lagu atau dendang.

Langkah yang terakhir adalah Langkiang dapat diartikan sebagai teknik menghasilkan nada falsetto untuk nada yang melengking.

Alat musik Bansi memiliki empat fungsi diantaranya adalah, fungsi estetis, fungsi perlambangan, fungsi hiburan, dan sebagai musik pengiring tari.

Pertama fungsi estetis yang dapat diartikan dengan keindahan nilai-nilai keindahan yang didengar oleh setiap manusia dan dapat dilihat oleh mata, karena seperti yang kita tau alunan musik atau nada-nada yang dimainkan oleh setiap alat musik terkadang menjadi media untuk mengekpresikan perasaannya dan isi hatinya.

Fungsi selanjutnya adalah sebagai perlambangan yang dapat diartikan sebagai, bagi masyarakat Minangkabau alat musik Bansi dapat digunakan sebagai symbol pada acara pernikan maka dapat diartikan alat musik bansi dilambangkan dengan sebagai tanda.

Selanjutnya adalah fungsi hiburan yang dapat diartikan sebagai alat musik Bansi pada masyarakat Minangkabau menjadi media atau alat musik penghibur pada suatu acara tertentu.

Fungsi terakhir adalah sebagai pengiring musik tari yang dapat diartrikan sebagai penambah atau pengisi kekosongan di sela-sela instrument musik tari.

Dapat di simpulkan bahwa, Bansi adalah sebagai alat musik yang sangat berkembang dan masih sering di temukan pada zaman milenial. Dari perkembangan zaman ke zaman fungsi Bansi bansi sangatlah berbeda sebagai contoh pada zaman dulu Bansi digunakan sebagai alat pengikat hati wanita sedangkan pada zaman sekarang Bandi digunakan sebagai alat musik hiburan saja. (*)

*)Penulis adalah Mahasiwa Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *