Diskusi SATUPENA, Wina Armada Sukardi: Toko Buku Sudah Mati, Berubah Jadi Toko Peralatan

  • Bagikan
Wina Armada Sukardi.

JAKARTA – Pada hakikatnya toko buku sudah mati. Toko-toko buku yang masih ada telah berubah menjadi toko penjual alat-alat perkantoran, sekolah dan olahraga.

Hal itu diungkapkan wartawan senior Wina Armada Sukardi dalam diskusi di Jakara Kamis 1 Juni 2023 malam bertema Robohnya Toko Buku Kami.

Diskusi tersebut diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA.

Menurut Wina, toko-toko buku yang masih bertahan tidak lagi mengandalkan penjualan buku. Penjualan buku hanya bersifat supporting (pendukung). Yang dijual adalah alat kantor, sekolah, dan olahraga.

Wina beranggapan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tutupnya toko-toko buku. Perubahan yang terjadi pada toko-toko buku bukanlah kasus terisolasi, tetapi bagian dari perubahan global.

“Tetapi tren penjualan buku yang terjadi di negara lain tidak bisa begitu saja disamakan dengan di Indonesia. Misalnya, ada perbedaan tingkat minat baca. Minat baca kita sangat rendah,” tutur penulis SATUPENA ini.

Di Indonesia juga ada perubahan kondisi. Misalnya, dulu awal siswa masuk sekolah adalah masa panen toko-toko buku. Ini karena murid harus beli buku di toko buku atau melalui sekolah.

Ada jutaan buku baru dicetak karena menjadi buku wajib bagi murid-murid. Masa panen penerbit dan toko buku ini bisa membuat mereka bertahan untuk 2-3 tahun.

“Tetapi di masa kini, era itu sudah selesai, karena pencetakan buku diambil alih oleh Kemdikbud dan dibagikan secara gratis,” jelas Wina.

Dulu punya banyak koleksi buku atau memiliki perpustakaan sendiri di rumah menjadi ukuran keadaban. “Kini itu tak perlu. Anak-anak sekarang tinggal buka Google dan mencari informasi sesuai kebutuhan,” lanjutnya.

Di sisi lain, kata Wina, penulis juga menghindari menjual bukunya lewat toko buku, karena merasa hanya mendapat ampasnya. Yang menikmati margin keuntungan hanya toko buku dan perantaranya.

SIMAK JUGA :  PDI-P di Barisan Utama Menangkan Marianus-Emi Nomleni

“Penulis lebih suka menjual langsung bukunya lewat online. Lebih cepat dapat uangnya, dan harganya juga lebih murah. Persis order, buku itu baru dicetak kalau ada pesanan,” ujar Wina.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *