Diskusi SATUPENA, Fanny J. Poyk: Untuk Bertahan, Penulis Harus Punya Kreativitas Sendiri

  • Bagikan
Fanny J Poyk

HARIANINDONESIA.ID – Untuk bertahan di dunia kepenulisan, agak berat jika tidak berjuang da tidak punya kreativitas sendiri.

Hal itu dinyatakan oleh penulis Fanny J. Poyk dalam diskusi tentang Tips Mempertahankan Hidup sebagai Penulis yang berlangsung di Jakarta, Kamis 23 November 2023.

Diskusi yang menghadirkan Fanny J Poyk itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA.

Fanny, yang menulis sejak 1973, menjelaskan, dengan munculnya media online, jumlah media mainstream seperti koran mulai jauh berkurang.

“Untuk memasukkan tulisan ke situ sangat sulit, karena persaingannya berat,” ujarnya.

Maka yang Fanny jalankan adalah menulis di Facebook dan Instagram.

“Saya memainkan media sosial dengan semua ragam jenis tulisan. Begitu produktifnya, sampai ada pembaca yang berkomentar, kok bisa setiap pagi ada 7 tulisan saya,” tuturnya.

Fanny menjelaskan, orang yang berkomentar itu tidak memahami bahwa Fanny justru sedang mempromosikan diri.

Di media sosial itu pun mulai hadir kalangan pembaca, yang setia membaca tulisan-tulisannya.

Dari situlah, lalu ada tawaran dari pembaca. Mereka minta untuk dibikinkan tulisan. Isinya macam-macam, mulai dari kisah perjalanan di Eropa sampai ada yang minta dibuatkan surat cinta. Ada suami yang istrinya pergi, dan ingin agar istrinya mau kembali lewat surat cinta itu.

Fanny mengungkapkan, dulu banyak majalah anak-anak dan rubrik anak-anak di media massa. Fanny membaca dan mengedit cerpen-cerpen yang masuk di tabloid Fantasi, media tempat dia bekerja.

Lalu Fanny mulai menulis cerita dewasa, sastra koran. Isinya penuh perjuangan hidup, dalam bahasa sastra yang indah.

“Saya tidak memakai bahasa pop. Ayah saya, Gerson Poyk, dulu pernah berpesan: kau harus menulis yang masuk ke hati,” ujar Fanny.

SIMAK JUGA :  Jumadi, Kepala Dinas Yang Mencintai Kelangsungan Hutan Mangrove

Dalam webinar itu, penulis senior Eka Budianta memberi komentar. Menurut Eka, penting bagi para penulis untuk berani menawarkan buku-buku karyanya.

Eka juga menjelaskan tentang motivasi menulis. Ada yang motivasinya menulis adalah untuk penghidupan. Ini seperti pujangga istana.

“Namun, motivasi penulis yang terpenting adalah terpanggil. Kita ingin membuat perubahan lewat tulisan. Yang sedih diubah jadi gembira, yang sudah senang diubah menjadi arif, dan sebagainya,” ungkap Eka. (K) ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *