Prof Syafruddin Karimi : Ekosistim Makanan Bergizi Gratis Punya Daya Ungkit Pertumbuhan Ekonomi

Oplus_131072

PROF SYAFRUDDIN KARIMI

JAKARTA – Seorang Guru Besar Ekonomi Fakultas Ekonomi Unand Prof Syafruddin Karimi menyebut program makanan bergizi gratis (MBG) berpotensi memiliki daya ungkit tinggi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi daerah.

“MBG bukan hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat untuk menutup tahun 2025 dengan laju yang lebih tinggi.” tulis Syafruddin Karimi dalam diskusi di WAG TOP100 Sumbar, Kamis (28/8/2025).

Syafruddin Karimi menyebut pola MBG sebagai sebuah ekosistim yang rapi dan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk di Proponsi Sumatera Barat.

Pakar ekonomi berjanggut putih ini berhasil mengurai kapitalisasi biaya produksi MBG dari belanja berbagai aneka kebutuhan makanan bergizi di Sumbar satu tahunnya mencapai Rp9,3 triloun dan menyerap 23.400 tenaga kerja di dapur MBG.

Dengan membuat kontraksi pertumbuhan ekonomi di Sumbar yang hanya mencapai 3,94 persen pada kuartal kedua tahun 2025, Syafruddin memastikan pertumbuhan ekonomi Sumbar pada akhir 2025 akan lebih tinggi lagi.

Program Makan Bergizi Gratis merupakan program makan siang gratis Indonesia yang dicetuskan pada masa pemerintahan Prabowo Subianto. Program ini dirancang dengan tujuan untuk membangun sumber daya unggul, menurunkan angka stunting (tengkes), menurunkan angka kemiskinan, dan menggerakkan ekonomi masyarakat.

Program ini juga merupakan rancangan pemerintah Prabowo Subianto dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, yang menargetkan terciptanya generasi emas dari bonus demografi, yang mampu membawa Indonesia menjadi negara maju.

Program ini mulai digulir sejak tanggal 6 Januari 2025 di 26 provinsi Indonesia dengan menargetkan siswa-siswi PAUD hingga SMA serta ibu hamil dan menyusui. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada 82,9 juta penerima.

Syafruddin Karimi menyebutkan kapitalisasi belanja MBG di Sumbar berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

SIMAK JUGA :  Ferry Irawan Sebut Dirinya Calon Bapak, Venna Melinda Kaget: Masa Mau Punya Anak Lagi?

Satu dapur yang memasak 4.000 porsi per hari mengalirkan Rp60 juta belanja bahan setiap hari (sekitar Rp1,5 miliar per 25 hari kerja atau Rp18 miliar per tahun per dapur) dan mempekerjakan 45 orang dengan total upah harian Rp6,75 juta.

Jika ada 520 dapur beroperasi, maka nilai belanja bahan mencapai Rp9,36 triliun per tahun dan kesempatan kerja langsung menyentuh 23.400 orang.

Selain itu, sebut Syafruddin Karimi kegiatan di MBG juga diikuti pengganda permintaan untuk pertanian, peternakan, perikanan, bumbu, kemasan, logistik, hingga layanan uji mutu.

Skala ini, paparnya, menuntut ekosistem yang rapi: kontrak berjangka dengan petani dan peternak, standar higienitas seperti HACCP, rantai dingin, e-procurement dengan traceability, escrow pembayaran pemasok, audit independen, asuransi risiko dan protokol penarikan produk, serta tata kelola limbah organik.

Dengan fondasi tersebut, setiap rupiah belanja dapur berubah menjadi porsi bergizi yang aman, pasar pangan lokal bergerak, dan efek pengganda mengalir dari hulu ke hilir.

“Dengan demikian MBG bukan hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat untuk menutup tahun 2025 dengan laju yang lebih tinggi. Kita tunggu cerita MBG dari provinsi lain.” pungkasnya. (*)

Awaluddin Awe
awe.padangpanjang@gmail.com