Peringatan HKGN Tahun 2020, Ketika Mulut PDGI Terkunci

  • Bagikan

Oleh  : Drg. Sylfianti Syaharman.MMKes

Ini pengalaman pertama sejak dicanangkannya Peringatan  HKGN (Hari Kesehatan Gigi Nasional}  tanggal 12 September 2011, di Lapangan Gasibu Bandung Jawa Barat oleh Menteri Kesehatan Ri Endang Rahayu Sedyaningsih (Almarhumah).

Tahun 2020 ini, mulut Pengurus PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) mulai sejak dari Pengurus Besar, hingga Wilayah Provinsi dan Kabupaten – Kota, seakan terkunci. Terkunci karena wabah Covid 19 yang akhirnya menjadi musuh dokter dan dokter gigi.

Sudah menjadi kebiasaan setiap tahun mulai awal September sampai dengan bulan Oktober bahkan sampai akhir tahun, dokter gigi terutama pengurus PDGI semua tingkatan, disibukkan dengan kegiatan peringatan Hari Kesehatan Gigi Nasional.

Peringatan itu diwarnai dengan beragam acara. Mulai dari kegiatan Ilmiah seperti Seminar, Hands On (keterampilan dokter gigi), diskusi panel, lomba tulisan dan poster ilmiah. Kegiatan Pengabdian masyarakat, seperti Pemeriksaan dan pengobatan gigi gratis, kunjungan ke panti jompo, gerakan gotong royong kebersihan, sikat gigi bersama ribuan murid Sekolah Dasar, lomba gigi sehat, lomba senyum cantik dan berbagai kegiatan lainnya, lomba mewarnai untuk anak anak Paud dan lain sebagainya.

Bahkan kegiatan itu menjadi lama dan panjang apabila disejalankan dengan BKGN (Bulan Kesehatan Gigi Nasional). Kegiatan itu seakan menjadi hari harinya dokter gigi, berkumpul, berdiskusi, berkegiatan yang sama, bercengkerama dengan sesama dokter gigi, dengan mahasiswa dan masyarakat dengan penuh kegembiraan, dan menjadikan kegiatan itu sebagai ajang membangun silaturahmi dan menambah eratnya hubungan kekeluargaan sebuah keluarga besar “rumah gadang”nya PDGI.

Tahun 2020 ini, tidak terdengar riuh rendahnya suara dokter gigi itu. Mulut anggotanya yang dijamin pasti adalah dokter gigi seakan terkunci. Tidak ada suara. Apakah dokter gigi sudah lupa dengan hari pengabdiannya?. Tidak, Tidak Lupa. Ini hanya insomnia sesaat, ketika profesi dokter gigi terganggu. Lahan Pengabdiannya, sekitar areal mulut, gigi, sampai kerongkongan, diusik oleh makhluk lain yang tidak diundang, corona ya virus covid 19, yang membahayakan itu.

Dokter gigi mengalami syndrom, tidak sedikit dokter gigi yang menutup prakteknya. Jangan dianggap serangan virus covid 19 tidak berpengaruh terhadap praktek dokter gigi. Justru praktek dokter gigi orang yang paling beresiko tinggi terhadap penyebaran virus covid 19.

Karena dalam pelaksanaan penanganan pasien gigi percikan air liur pasien yang disebut droplet, sering mengenai atau memercik ke anggota tubuh dokter gigi dan asistennya perawat gigi.

SIMAK JUGA :  Tahapan Pembentukan Komando Cyber Army di AS

Sebelum berkembangnya virus covid 19 ini, dokter gigi tidak pernah menghiraukan droplet tersebut. Sekarang jangankan droplet, untuk mengajak pasien berbicara saja, dokter gigi mengalami kekuatiran yang sangat tinggi.

Ibaratnya sekarang ini yang dialami dokter gigi seperti “memakan buah simalakama”. Jika dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Atau maju kena mundur kena. Dokter gigi lagi galau. Jika tidak melayani pasien dan tutup praktek, pasiennya teriak minta dokter. Kasian pasiennya, lagi sakit gigi nangis nangis pada telpon dokternya.

Tidak dilayani terasa kasian dan menimbulkan sesal yang panjang dan kepikiran. Pikiran dokter jangan jangan pasiennya terpapar covid, otg, odp dll.

Makanya keputusan yang paling tepat itu adalah Tanya Hati Nurani, tanya Tuhan dan berserah diri. Dilayani atau tidak.
Menghindari rasa was was terhadap berbagai kemungkinan yang akan datang, dokter gigi tentunya harus mematuhi protokoler kesehatan. Sebagai dokter pastilah sudah tahu apa yang akan dilakukannya ditempat praktek.

Di Pintu masuk Prakteknya sudah harus ada tempat cuci tangan dengan air yang mengalir berikut sabun, kemudian di meja pendaftaran pasien perawat sudah harus melakukan ukur suhu dengan peralatan sederhana thermogun, lalu cuci tangan lagi dengan hand sanitizer. Jika dalam ukur suhu badan, pasiennya mengalami tinggi suhu dari normal, maka pasien disarankan saja untuk obati dulu demamnya.

Kemudian diatur tempat duduknya dengan jarak 2 meter, antri menunggu panggilan. Ketika berada dalam ruang pemeriksaan, hanya boleh pasien dan dokternya saja ditambah satu asisten dokter. Begitulah protokolernya, dokter sehat dan pasienpun sehat.

Kembali ke peringatan Hari Kesehatan Gigi Nasional. Kesadaran masyarakat untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih rendah. Dihitung secara prosentase masih dibawah 60 persen. Kasus yang terbanyak itu adalah masalah karies gigi (gigi berlobang) sampai 88,8 persen.

Peringatan HKGN yang dilakukan selama ini adalah salah satu bentuk tindakan promotif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi masyarakat agar warga masyarakat memiliki kepedulian dalam memelihara, merawat dan meningkatkan kesehatan giginya. Kepada seluruh dokter gigi Indonesia, selamat hari kesehatan gigi nasional. Kita hanya bertemu dalam angan. (***)

)*Penulis adalah Mantan Ketua Pengwil PDGI Sumatera Barat

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *