Rakyat Tunisia Demo Kebijakan Lockdown, Orang Miskin tak Dapat Makan

  • Bagikan

Ilustrasi

Jakarta, Harianindonesia.id ‐‐ Ratusan warga Tunisia berdemonstrasi di sebuah distrik kelas pekerja di ibu kota pada Selasa (31/3) memprotes penguncian atau lockdown yang dilakukan pemerintah demi mencegah penyebarluasan wabah virus corona selama seminggu belakangan ini. 

Protes mereka lakukan karena lockdown tersebut  berdampak pada kehidupan orang miskin. “Nevermind virus corona, kami akan mati juga! Mari kita bekerja!” teriak seorang pemrotes seperti dikutip CNNIndonesia.com dari AFP, Rabu (1/4).

“Biarkan saya setidaknya membawa pulang roti untuk anak-anak saya,” kata tukang batu dalam unjuk rasa tersebut.

Di daerah miskin seperti Mnilha dan Ettadhamen di pinggiran ibukota Tunisia, fasilitas kesehatan terbatas. Banyak orang di situ yang bekerja sebagai pekerja harian.

Semenjak lockdown dilakukan, mereka tidak memiliki penghasilan. “Aku belum bekerja dalam 15 hari,” kata seorang wanita bernama Sabiha.

Tunisia secara resmi melaporkan 312 kasus infeksi virus corona sejak 2 Maret. Sepuluh dari kasus infeksi tersebut berakhir dengan kematian.

Tak hanya itu, wabah tersebut juga telah menghentikan kegiatan di sektor pariwisata yang menjadi andalan ekonomi utama bagi Tunisia. Akibat penyebaran tersebut pemerintah setempat menutup kegiatan bisnis dan lainnya sejak 4 Maret lalu.

Awalnya penutupan dijadwalkan hanya akan dilakukan sampai 4 April. Tapi kebijakan tersebut diperpanjang selama 15 hari pada Selasa malam kemarin.

Untuk mengantisipasi dampak lockdown yang dilakukan, Perdana Menteri Elyes Fakhfakh pada 21 Maret lalu telah mengumumkan akan menggelontorkan paket bantuan ekonomi 150 juta dinar (US$ 52 juta).

Paket bantuan akan diberikan ke masyarakat yang terkena dampak paling parah akibat virus tersebut. Pada Senin (30/3) kemarin, kementerian urusan sosial Tunisia mengumumkan bahwa pencairan bantuan akan dilakukan dari 21 Maret hingga 6 April.

Pengumuman tersebut menyebabkan masyarakat menyerbu kantor pemerintah daerah untuk mendaftar. Pengumuman juga memicu kemarahan masyarakat.

SIMAK JUGA :  17 WNI Berhasil Diselamatkan dari Pembajakan Kapal Tanker di Pantai Gading

Pada hari Senin, warga yang marah berbaris ke kantor pemerintah setempat untuk menuntut pembayaran kesejahteraan dan izin untuk meninggalkan rumah mereka. Beberapa bahkan memblokir jalan dan membakar ban. (awe)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *