Diskusi SATUPENA, Yohanes Wahyu Prasetyo: Perubahan Iklim adalah Contoh Dosa Struktural

  • Bagikan
Ilustrasi perubahan iklim.

JAKARTA – Perubahan iklim merupakan “contoh dosa struktural,” yang terkait dengan lingkungan hidup.

Hal itu dinyatakan oleh Yohanes Wahyu Prasetyo OFM, alumnus magister filsafat dari STF Driyarkara Jakarta.

Yohanes Wahyu Prasetyo adalah pembicara dalam diskusi bertema “Laudate Deum” Paus Fransiskus: Relasi Tuhan, Manusia dan Alam. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 19 Oktober 2023.

Diskusi yang menghadirkan Yohanes Wahyu Prasetyo itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi webinar itu dipandu oleh Swary Utami Dewi.

Yohanes Wahyu Prasetyo menjelaskan, perubahan iklim disebut “dosa struktural” karena jika seseorang membuat kerusakan lingkungan di satu tempat, dampaknya bukan hanya terjadi di tempat itu, tetapi berdampak ke lingkungan lain juga.

Serangan terhadap alam itu memiliki konsekuensi pada kehidupan manusia. “Dampak perubahan iklim dirasakan oleh mereka yang paling rentan. Contohnya, masyarakat adat yang ruang hidupnya tergerus,” kata Wahyu Prasetyo.

Paus Fransiskus mengeluarkan “Laudate Deum” pada 4 Oktober 2023 karena melihat situasi krisis di tingkat global sudah semakin mendesak. “Perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia menimbulkan terjadinya fenomena ekstrem,” tambah Wahyu.

Ketidakseimbangan global memicu pemanasan bumi. “Tetapi jika kita berbicara fenomena global, hal ini terkait kejadian sporadis yang disebabkan oleh faktor lokal,” ujar Wahyu.

Menurut Wahyu, apa yang kita alami saat ini adalah percepatan pemanasan yang tidak biasa. Ada kemungkinan, dalam beberapa tahun mendatang banyak penduduk akan pindah rumah, untuk mencari tempat yang lebih sejuk.

Dalam diskusi Satupena ini, Wahyu Prasetyo menjelaskan pesan-pesan universal Paus Fransiskus, yang terinspirasi oleh pesan Santo Fransiskus dari Assisi: Pujilah Tuhan atas segala makhluknya.

Pesan tersebut ditampilkan Santo Fransiskus melalui hidup, nyanyian, dan tindakannya. Paus Fransiskus melihat pentingya pesan Santo Fransiskus, secara khusus dalam rangka pemeliharaan dunia atau bumi kita bersama.

SIMAK JUGA :  Lahan Tol Padang Sicincin Baru Dibebaskan 30 persen, Gubernur Sumbar Janji Juli 2021 Tuntas Semuanya

“Karena dunia tempat kita hidup sedang runtuh dan mendekati titik puncaknya. Perubahan iklim juga merugikan kehidupan,” ujarnya.

Paus Fransiskus memaparkan sejumlah isu penting dalan “Laudate Deum.” Yaitu: krisis iklim global; paradigma teknokratis yang berkembang; lemahnya politik internasional; konferensi perubahan iklim: kemajuan dan kegagalan; apa yang diharapkan dari COP28 di Dubai; dan motivasi spiritual.

“Laudate Deum” adalah frasa Latin yang diterjemahkan menjadi “Puji Tuhan.” Ini adalah ungkapan umum yang digunakan dalam liturgi dan ibadah Kristen untuk mendorong jemaat memuji dan menyembah Tuhan.

Tindakan memuji Tuhan adalah aspek mendasar dari banyak tradisi agama dan berfungsi sebagai cara bagi umat beriman untuk mengekspresikan iman dan pengabdian mereka.(K) ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *