Pilot Perempuan Hebat Milik Indonesia

  • Bagikan

PUAN MAHARANI

Oleh : Raymon LM
(Pengamat Penerbangan)

Menurut data dari International Society of Women Airline Pilots, hingga saat ini hanya terdapat 5,18 persen pilot perempuan dari seluruh jumlah pilot di dunia.

Maskapai penerbangan yang paling banyak memiliki pilot perempuan adalah United Airlines, Amerika Serikat yaitu 7,4 persen. Dan negara dengan persentase pilot perempuan terbesar adalah India, yaitu 13 persen.

Sedikitnya jumlah pilot perempuan disebabkan pendapat banyak orang bahwa profesi pilot bukanlah untuk perempuan. Seorang pilot perempuan Inggris, Marnie Munns, mengatakan bahwa semua berawal dari pendidikan dasar. Ada bias gender yang dimunculkan sejak awal. Ditambah dengan penilaian bahwa pekerjaan ini membuat perempuan menjauh dari rumah dan keluarga.

Padahal, seorang pilot pun ada batasan terbang setiap bulan. Di Indonesia, menurut laman Kementerian Perhubungan, seorang pilot maksimal terbang 30 jam per minggu atau 110 jam per bulan. Di luar itu, masih banyak waktu yang bisa diluangkan untuk keluarga.

Berikut beberapa pilot perempuan hebat dari Indonesia :

Capt Indah Yuliani

Indah Yuliani yang lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 23 Juli 1959 merupakan alumni LPPU Curug Angkatan 28 tahun 1978 adalah pilot perempuan pertama untuk penerbangan sipil di Indonesia dan Kapten pilot perempuan pertama di Indonesia.

Capt Indah Yuliani, meninggal dunia dalam usia 61 tahun pada tanggal 11 September 2020 akibat terpapar virus Corona (COVID-19). Capt Indah Yuliani dikenal sebagai sosok yang dedikatif serta memegang komitmen dalam menjalankan tugas.

Selepas dari Curug, bergabung dengan Bouraq sebagai First Officer Hawker Siddeley HS-748. Dan menjadi captain pada tipe pesawat yang sama. Kemudian pindah ke Airfast hingga wafatnya. Jam terbang Capt Indah Yuliani sudah mencapai 22.774 jam selama lebih dari 40 tahun menekuni profesi pilot

Rekan-rekan kerjanya mengenal Almarhumah sebagai figur yang berdedikasi dan committed terhadap tiap tugasnya. Rekan sejawat nya mengatakan Indah, atau yang akrab disapa Cipluk, di balik penampilannya yang tomboi, sebenarnya Almarhumah adalah pribadi yang lembut dan kalem.

Sebagai satu-satunya siswa penerbang wanita, dia mampu menjalani pendidikan dengan baik. Bahkan sebagai yang pertama released check solo-flight, dan ini pertama kali dilakukan siswa wanita.
Almarhumah merupakan seorang yang telah banyak berjasa dalam dunia penerbangan, termasuk menjadi role model bagi para wanita yang berkecimpung di dunia penerbangan

Capt Monika Angreini

Monika Anggreini bekerja sebagai pilot sejak Juli 2005 sampai dengan sekarang di AirAsia Indonesia dengan total jam terbang mencapai 9.600 jam lebih. Ia menyelesaikan sekolah terbangnya di Juanda Flying School pada 1996, kemudian melanjutkan sekolah terbang di Avindo Angkasa Pilot School pada 1997.

Pilot perempuan kedua yang mendapat pangkat Kapten di AirAsia itu juga sempat menamatkan kuliahnya di Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti pada 2002.

Kariernya di dunia penerbangan dimulai pada September 2004 di Star Air sebagai First Officer kemudian mengikuti pelatihan untuk mengambil peringkat pesawat MD 80’s di Scandinavian Airline System (SAS), Stockholm, Swedia.

Ia menjadi pilot perempuan pertama yang menerbangkan pesawat MD 80’s di Star Air, kemudian terbang di Star Air selama 10 bulan sebelum bergabung dengan maskapai penerbangan Awair yang kemudian berubah menjadi AirAsia Indonesia.

Perjalanan karir membawanya menjadi Kapten Pilot Airbus 320-200 di AirAsia Indonesia sejak Juli 2004.
Capt Monika Angreini juga telah menerbitkan sebuah buku, yang pada saat peluncuran buku Burung Besi di Kantor AirAsia, Tangerang, Selasa 8 November 2016 ia memaparkan latar belakang penulisan buku tersebut didorong oleh keinginan untuk memotivasi serta menginspirasi para perempuan Indonesia dalam meraih cita-cita dan tidak menjadikan gender sebagai halangan.

“Saya ingin menginspirasi para perempuan pada khususnya untuk lebih berani, lebih kuat menghadapi tantangan dan membuktikan kepada dunia bahwa kita bisa,” katanya.

Letda Ajeng Tresna Dwi Wijayanti

Walaupun kedinasannya bersama TNI AU terbilang belum begitu lama, namun Ajeng telah membuat masyarakat Indonesia menaruh perhatian besar kepada dirinya.

SIMAK JUGA :  Susul Indonesia, Malaysia dan Brunei Tunda Keberangkatan Haji

Bagaimana tidak, perempuan kelahiran Jakarta, 25 September 1995 itu berhasil mencatatkan prestasi bahkan sejarah baru bagi keluarga besar Swa Bhuwana Paksa.

Ya, Ajeng berhasil menorehkan tinta emas sebagai pilot pesawat tempur perempuan pertama di Indonesia.
Prestasi ini belum pernah ditorehkan sama sekali oleh para pendahulunya dalam hal mengawaki pesawat tempur.

Pada 18 Mei 2020, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 2018 ini dilantik sebagai calon fighter oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI (Purn) Yuyus Sutisna kala itu.

Sebetulnya, keberhasilan Ajeng meraih prestasi ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Ia lalui dengan penuh perjuangan dan pengorbanan.

Karirnya di militer tak selalu mulus. Malah pertama kali mendaftar ke TNI Angkatan Darat dia sempat gagal. Pada tahun 2013 dia mencoba masuk akademi militer AD, tapi tidak beruntung, gagal satu kali. Tahun depannya coba lagi, tapi di TNI Angkatan Udara.

Alhamdulillah masuk dan ikut pendidikan 4 tahun. 1 Tahun di Magelang dengan angkatan yang lain, darat dan laut, lalu 3 tahun terakhir di Yogya, akademi AU.

Setelah itu, dia diberikan kesempatan mengikuti seleksi penerbang TNI AU. Menurut Ajeng, saat itu ada 8 putri lainnya yang diberi kesempatan seleksi, namun yang terpilih 3 orang. “2 jadi penerbang skadron, dan satunya navigator. Dari situ saya dididik jadi penerbang organik TNI AU,” ujarnya.

Perbedaan Pesawat Terbang Sipil dan Pesawat Tempur

Mesin jet militer merupakan turbojet murni, sedangkan pesawat komersial adalah fanjet. fan menghasilkan udara kecepatan rendah yang bertindak sebagai insulator energi udara tinggi yang dihasilkan oleh inti mesin, sehingga meredam kebisingan.

Desain pesawat dan mesin menentukan kemampuan jelajah dan ketinggian maksimal yang dapat dicapai oleh sebuah pesawat. MIG-29 dan F/A-18 misalnya, dirancang untuk dua alasan yang berbeda.

MIG-29 adalah pesawat tempur superioritas udara ketinggian tinggi, sedangkan F/A-18 adalah pesawat multi-peran tempur / serangan angkatan laut.

F/A-18 tidak dimaksudkan untuk bertempur di ketinggian yang sangat tinggi, demikian juga halnya dengan pesawat terbang komersial yang secara sederhana dapat dibagi atas 2 kategori mesin yaitu propeller (baling-baling) dan jet, semakin besar ukuran mesin sebuah pesawat maka kemampuan terbangnya dan daya angkutnya dan kecepatannya akan semakin tinggi.

Pesawat tempur dapat melakukan manuver-manuver yang tidak bisa dilakukan oleh pesawat komersial, seperti salah satu pesawat tempur yang dimiliki oleh TNI AU saat ini yaitu T-50i Golden Eagle yang dapat melakukan manuver seperti vertical rolling scissors, barrel roll attack, slow roll hingga fast roll.

Pada saat bermanuver pesawat tempur tekanan pada pesawat tempur dapat mencapai 8G -8 Gravity (8 kali gaya tarik bumi) Pada kondisi ini, awak pesawat harus mengencangkan otot kaki dan perut, mengingat manuver-manuver jet tempur ini kerap membuat awak pesawat muntah-muntah hingga pingsan.

Salah satu perempuan hebat Indonesia yang sempat mencoba sensasi tekanan gravitasi ini adalah Puan Maharani, di mana, dalam joy flight, Puan duduk di kursi copilot jet tempur T-50i Golden Eagle TNI AU yang dipiloti oleh Letkol (Pnb) Dharma T Gultom.

Jet Tempur yang diduduki Puan itu lepas landas dari Lanud Halim, dan Puan mengudara selama 30 menit pada ketinggian 10 ribu-20 ribu ribu kaki, dengan kecepatan sampai 750 km/jam.

Dharma yang merupakan Komandan Skadron Udara 15 Tempur menjelaskan, dia melakukan berbagai manuver bersama Puan di udara, seperti slow roll hingga fast roll. “Pesawat tempur bisa mencapai 8G, Ibu Puan bisa sampai 4G,” jelas Dharma.

Dharma memuji Puan yang tetap dalam kondisi baik-baik saja ketika mendarat. Hal ini mengingat manuver-manuver jet tempur kerap membuat awak pesawat muntah-muntah hingga pingsan.

“Kami bersyukur, Ibu Puan tetap sehat dan fit saat landing,” imbuh Dharma.

Itulah sekelumit cerita tentang beberapa pilot perempuan hebat kebanggaan Indonesia.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *