Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharulah melantik Medi Iswandi sebagai Asisten II Setdaprop Sumbar, Selasa (2/9/2025). (FOTO : Pribadi)
JAKARTA – Pemerintah Propinsi Sumatera Barat terus melakukan reposisi pejabatnya. Medi Iswandi ditarik ke Kantor Gubernur guna memperkuat Setdaprop, terutama dalam urusan umum.
Mantan Ketua Bappeda Sumbar sejak 2021 ini ditarik ke pos Asisten III menggantikan Andri Yulika yang diangkat sebagai Kepala Inspektorat Propinsi Sumatera Barat.
Keduanya telah dilantik oleh Gubernur Mahyeldi Ansharullah, di Auditorium Gubernuran, Selasa (2/9/2025).
Sebelum ini, nama Medi Iswandi masuk dalam bursa tiga besar Calon Sekdaprop Sumbar bersama Ahmad Zakri, Kepala BKD Sumbar dan Arry Yuswandi, yang saat itu menjabat Asisten II Setdaprop.
Medi Iswandi masuk ke Bappeda Sumbar menggantikan H. Hansastrie, S.E., Ak., MM., CPA yang ditarik menjadi Sekdaprop Sumbar.
Di kalangan elit Pemprop Sumbar Medi Iswandi disebut orang dekat Mahyeldi. Pria bertubuh subur ini ditarik Mahyeldi, saat jadi Walikota Padang, dari Sawahlunto, menduduki posisi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang.
Bintang Medi, saat bersama Walikota Sawahlunto Amran, memang sedang menyala. Media disebut menghantarkan Amran Nur sebagai walikota ngetop di bidang pariwisata, khususnya wisata tambang.
Saat menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Padang Medi juga sukses mengurus Pantai Padang seperti yang terlihat saat ini.
Saat menjabat sebagai Ketua Bappeda Sumbar Medi Iswandi juga dikenal dengan konsep dan strategi pembangunan ekonomi dan kawasan pertumbuhan.
Dia juga dikenal punya kemampuan mendebat pihak pihak yang menyerang kelemahan Propinsi Sumbar.
Sebagai contoh, saat orang menyebut pertumbuhan ekonomi Sumbar di Triwulan II 2025 hanya sebesar 3,94 persen, Medi menangkis dengan menyebut bahwa kesejahteraan suatu daerah sejatinya tidak hanya diukur dari Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Menurut Medi, indikator yang langsung mencerminkan kualitas hidup masyarakat adalah tingkat kemiskinan. Dan pada aspek ini, katanya, Sumatera Barat justru menunjukkan kemajuan yang patut diapresiasi.
BPS mencatat penurunan tingkat kemiskinan secara konsisten dalam setahun terakhir:
* Maret 2024: 5,97% atau 345.730 jiwa
* September 2024: 5,42% atau 315.430 jiwa
* Maret 2025: 5,35% atau 312.250 jiwa
“Artinya, lebih dari 33 ribu orang berhasil keluar dari garis kemiskinan. Pencapaian ini terwujud di tengah gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian sesuatu yang tentu tidak bisa dipandang sebelah mata.” tegas Medi.
Jika ditelusuri lebih dalam, terdapat sejumlah alasan untuk tetap menatap masa depan dengan optimisme:
1. Konsumsi rumah tangga tetap terjaga
Kenaikan kredit konsumsi dan jumlah tabungan mengindikasikan daya beli masyarakat relatif stabil, khususnya menjelang Idul Adha dan liburan sekolah.
Penurunan penjualan kendaraan bermotor hingga 48,03% lebih merefleksikan sikap belanja selektif, bukan pelemahan daya beli.
2. Belanja pemerintah perlu lebih produktif
Realisasi belanja, terutama dari pemerintah pusat, masih didominasi oleh belanja pegawai, sementara belanja modal dari APBN justru turun 58,45%. Ke depan, anggaran harus diarahkan pada sektor yang memberi dampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi riil.
3. Investasi menunjukkan perkembangan beragam
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh pesat hingga 72,07%, namun Penanaman Modal Asing (PMA) turun 8,13%.
Penurunan impor barang modal sebesar 89,33% menandakan investasi belum sepenuhnya mengalir ke sektor industri secara luas.
4. Ekspor menjadi penopang penting
Kinerja ekspor menguat berkat kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO), minyak nabati, dan bahan kimia. Namun, ketergantungan pada komoditas tertentu memiliki risiko jika harga global berfluktuasi. Diversifikasi ekspor harus segera diperluas.
5. Mayoritas sektor usaha tumbuh positif
* Informasi & Komunikasi tumbuh 9,51%, didorong permintaan data dan pembangunan BTS baru.
* Pertanian tumbuh 4,06%, ditopang sektor perikanan dan peternakan selama Idul Adha.
* Perdagangan serta Transportasi & Pergudangan tumbuh masing-masing 3,67% dan 3,03%, seiring meningkatnya mobilitas dan transaksi daring.
6. Meski demikian, sektor Konstruksi (-0,02%) dan Akomodasi & Makan Minum (-0,65%) masih tertekan akibat lambatnya realisasi proyek fisik, belum meratanya pemulihan sektor pariwisata dan efesiensi anggaran belanja pemerintah.
“Gambaran ini menunjukkan bahwa meski tantangan tetap ada, Sumatera Barat memiliki modal penting untuk bangkit. Penurunan angka kemiskinan, terjaganya konsumsi masyarakat, pertumbuhan sektor pertanian, dan lonjakan PMDN adalah fondasi kuat untuk mengejar target pertumbuhan 4,7% dalam RKPD 2025.” papar Medi lebih lanjut.
Ke depan, katanya, fokus utama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat adalah mempercepat realisasi belanja strategis, memperluas diversifikasi ekspor, menciptakan iklim investasi yang sehat, serta memperkuat kolaborasi antarwilayah.
Bersamaan dengan itu, lanjutnya, juga diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja aparatur dan organisasi perangkat daerah, terutama dalam menyongsong RPJMD 2025–2030 dengan target kinerja yang lebih ambisius.
Masukan, saran, dan kritik konstruktif dari berbagai pihak, tentu sangat dibutuhkan untuk menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan menghadapi tantangan ekonomi global ke depan.
Dengan sinergi yang solid dan kebijakan tepat sasaran, Sumatera Barat bukan hanya berpeluang keluar dari papan bawah pertumbuhan ekonomi, tetapi juga siap melangkah menuju kemajuan yang berkelanjutan, ulas Medi dalam sebuah tulisan di media Sigap News.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah saat menyampaikan sambutan pelantikan menegaskan bahwa pelantikan ini bukan sekadar seremoni administratif, melainkan momentum penting untuk memastikan roda pemerintahan berjalan dengan baik, profesional, dan berintegritas.
“Kita berada pada masa efisiensi anggaran dan dinamika politik yang cukup hangat. Karena itu, pejabat yang baru dilantik harus mampu memaksimalkan pelaksanaan program pembangunan dan memastikan penggunaan anggaran tepat guna,” pesan Mahyeldi. (*)
Awaluddin Awe