Drs H Marlis MM : Maafkan, Ini Sudah Waktu Saya

  • Bagikan

JAKARTA (Harianindonesia.id) : Sebuah telepon seluler yang sudah saya kenal masuk ke handphone saya setelah Magrib hampir selesai. “Saya di Jakarta, dimana kita ngopi,” ujar pemilik suara yang berasal dari laki laki sangat dikenal di Sumatera Barat.

Ya, dia Marlis, pemilik bisnis Ayam Pedaging Moderen (Closed House) dan objek wisata, Alinia Parm di salah satu desa di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Saya menawarkan bertemu di Hotel Balairung saja. Sebab hotel milik Pemprop Sumbar dan sejumlah kabupaten kota itu, kini sudah mulai akrab jadi tongkrongan orang awak kalau lagi tugas atau dinas ke Jakarta. Tempat ngopi di hotel urang awak itu, kini sudah cantik, karena mendapat sentuhan bagus dari Buchari Bachter, sebagai Dirut Hotel Balairung.

Saya belum terlalu lama tidak bertemu dengan mantan anggota DPRD Sumbar dua periode itu. Waktu saya pertama bertemu dengan Marlis dan Masril Pengusaha Petani, di sebuah cafe di Tebet, dan pada malam pertemuan kami di Hotel Balairung, Marlis masih memakai baju seperti saat pertama kami bertemu dulu.

Sepertinya Marlis sangat menyukai baju kaos lengan panjang tapi tak berleher itu. Marlis juga terlihat lebih muda jika memakai baju itu. Mungkin itu juga menjadi alasan bagi Marlis untuk memakai baju berwarna biru dongker saat di Jakarta.

“Ibu ikut,’. Kata saya memulai pembicaraan dengan Marlis. Dia menjawab, ada di rumah. Maksudnya di rumahnya di kawasan Johar Jakarta Timur. Ibu yang saya maksud adalah istrinya.

Masuk Senayan

Sebelum bertemu, di dalam WA saya sempat mencandai Marlis setelah membaca berita tentang dirinya yang akan maju jadi calon anggota DPRRI. Berita itu ditulis kawan Marlis, satu alumni di IKIP Padang, kini UNP, Yon Erizon, mantan Pimpred Sijori Mandiri Batam, yang kini memiliki media online.

“Kok maju juga, katanya tidak mau berpolitik lagi,” tulis saya di WA Marlis.

Lalu dia sampaikan permintaan maaf karena sudah menelan ludahnya sendiri yang berjanji tidak akan berpolitik lagi, setelah sempat tidak duduk sebagai anggota DPRD Sumbar dari Partai PAN.

Dalam masa jeda berpolitik itulah Marlis menemukan format bisnis baru di Dharmasraya yang mengawinkan usaha Ayam Pedaging Moderen (Closed House) dengan usaha objek wisata dan menjadi terbesar dan terlengkap di Sumatera. Semua jenis permainan mulai dari anak anak sampai orang dewasa ada disitu.

Dengan punya bisnis ala Sultan itu, Marlis merasa dirinya nyaman. Bisa bersama sang istri mengelola bisnis hiburan untuk keluarga itu. Dan dalam eksposenya di media sosialnya, memang terlihat pose Marlis dan istri sering lagi di kebun Durian, dan tempat lainnya.

Tetapi sebagai kawan lama Marlis, insting saya mengatakan dia tidak akan betah dengan segala kemapanan diluar arena politik. Sebab jiwa raganya itu penuh dengan muatan ion ion politik, ion yang tidak pernah tenang melihat situasi dan kondisi yang tidak berpihak kepada rakyat.

Saya mengenal Marlis sejak era tahun 2000-an dimana Marlis dikenal sebagai pengusaha muda energik tetapi sering kebablasan juga. Dia bentuk Ardin tandingan dan Kadin tandingan segala. Padahal dirinya dibesarkan oleh Ardin dan Kadin.

Sikap Marlis yang pemarah menjadi penyebab Marlis terjungkang dari partai yang telah dibesarkannya. Dia tidak bisa menerima kepemimpin Partai Hanura ditangan Wiranto yang melepas Hanura kepada politisi kawakan Oesman Sapta Odang. Sebenarnya dirinya juga tidak ada masalah dengan OSO. Tapi karena terus diajak kawan kawannya untuk melawan, akhirnya jebol juga pertahanan Marlis untuk melakukan Psywar dengan OSO sebagai Ketua Umum DPP Partai Hanura.

Sejak tempur yang menuntut Munas Luar Biasa untuk menggantikan OSO yang dinilai terlalu gampang naik menjadi Ketua Umum, wajah Marlis sering muncul di TV Nasional dan media mainstream.

Marlis Cs menggugat bahwa banyak pendiri partai dan kader Hanura yang lebih tempat memimpin Hanura dibandingkan OSO. Tetapi setelah Munaslub, justru Partai Hanura dibawah kepemimpinan OSO yang mendapat pengakuan dari Kemenkumham. Kubu Marlis kalah.

Itu tadi, dia coba cari peruntungan dari Partai PAN. Tapi tak berhasil. Alasannya, konstituen Marlis di Hanura juga kecewa dengan mutasi politik Marlis ke PAN.

Kini, tiba tiba saja Marlis membuat berita baru. Maju menjadi anggota DPRRI dari Partai Nasdem di wilayah Sumbar satu. Kata orang politik, itu Dapil Neraka, karena disitu bercokol Caleg tambun seperti Andre Rosiade, Lis Hendrajoni, Athari, Fauzi Bahar, Sadiq Pasadiku, dan sejumlah nama keren lainnya.

Tak Betah Kondisi Nyaman

Pemunculan nama Marlis sebagai caleg DPRRI dari Partai Nasdem bagi saya pribadi bukan sesuatu yang ganjil. Sebab dimata saya, Marlis itu adalah manusia motorik. Dia akan bergerak terus selama relnya masih ada. Dia baru berhenti jika dirinya benar benar sudah kalah.

Energi politik di dalam diri Marlis sangat kuat. Dia juga punya visi sebagai seorang LSM. Berani menghajar kasus kasus yang melibatkan pejabat. Dan dia berani membuka persoalan itu ke publik, melalui media massa.

Nama Marlis sangat dikenal sebagai narasumber media, meski sebagian wartawan enggan mewawancarai Marlis, karena dinilai terlalu berani. Dan cara Marlis menohok objek kritiknya, selalu pas di ulu jantung. Sebab itu pula Marlis jadi disegani.

SIMAK JUGA :  Lahir di New York,Eril Dinyatakan Meninggal di Swiss

Tetapi Marlis juga ahli lobi, lobies. Dia bisa memanaskan suasana dalam derajat tertentu, tetapi dia juga mendinginkannya dalam sekejap waktu. Marlis terlahir pandai berdiplomasi.

Semua yang dimiliki Marlis itu, ada dalam prasyarat sebagai anggota DPRRI. Pandai bercakap cakap, ahli merancang strategi, punya lobi baik, pintar membangun relasi dan baik dengan sesama anggota dewan. Untuk ukuran baju sebagai anggota DPRRI, tubuh Marlis juga sudah pas.

Tinggal lagi bagaimana Marlis bisa membangun kompetisi dengan sesama caleg, baik caleg baru maupun yang sudah duduk di Senayan. Untuk melawan caleg lama rasanya mustahil. Sebab mereka sudah memiliki pemilih masing masing.

Bersaing dengan caleg baru yang sudah senior juga tidak mudah. Nama seperti Fauzi Bahar, Sadiq Pasadiqu, Zigo Rolanda, dan lainnya, bukan nama asing dalam pemilihan politik.

Tetapi bukan Marlis namanya jika tidak bisa menjawab tantangan sulit. “Ambo maambiak buah nan tasalek sajo pak Awe. Banyak juo tu mah, bisa ciek kursi,” kata Marlis sambil tertawa khasnya.

Marlis mengaku bahwa buah salek yang dia maksud adalah pemilih yang belum tersentuh oleh jaringan timses calon. Mereka meski disebut buah salek tetapi berada dalam komunitas yang padat. Itu adalah jumlah pemilih terbesar saat ini.

Merasa Ini Waktunya

Marlis bercerita tentang menjadi Caleg DPRRI dari Partai Nasdem ini. Proses negosiasinya berjalan sangat cepat dan diputuskan dalam waktu yang cepat pula.

Marlis merasa proses menjadi caleg anggota DPRRI ini berjalan mulus sekali, tanpa ada kendala. Ada sedikit hambatan dari sang istri. Marlis ditagih janji tidak akan berpolitik lagi, ingin bersama saja berdua kemana saja pergi.

Tetapi sang istri lupa bahwa saat ditelpon Ketua DPW Partai Nasdem Sumbar Fadly Amran dalam perjalanan darat ke Dharmasraya, sudah mengiyakan memberi izin kepada Marlis. Dan pada saat rapat dengan keluarga, sang istri pun kalah voting. Empat anak Marlis mendukung dia comeback ke jalur politik.

Dengan kondisi itu Marlis seperti merasakan bahwa ini seperti sudah menjadi waktunya untuk mengabdikan dirinya menjadi pejuang aspirasi rakyat Sumbar di Senayan, sesuai juga dengan slogan Partai Nasdem, “It’s Time”. Ini waktunya.

Marlis, setidaknya tidak salah, atas kondisi ini. Bahwa Partai Nasdem sebagai pengusung Capres Anies Baswedan sudah mendapatkan bonus tambahan elektibilitas dari rakyat Sumbar, bekejarkejaran dengan Partai Gerindra yang pernah sukses dua Pilpres memenangkan Prabowo Subianto.

Menurut data internal Partai Nasdem jumlah pemilih Nasdem berdasarkan survey terakhir sudah mencapai 30 persen dari total pemilih partai. Itu artinya sedikit lagi mengantarkan Nasdem sebagai partai pemenang Pileg di Sumbar.

Secara pribadi Marlis bersama kawan kawannya yang lain dari caleg DPRD Propinsi, kabupaten dan kota di Sumbar, bahkan di seluruh wilayah Indonesia akan mendapatkan limpahan Anies Effect itu.

Naik dari Bisnis Pertanian

Sosok Marlis yang dikenal dengan nama bisnis Alinia Grup, adalah protipe pengusaha pejuang. Tamat dari IKIP Padang dan sempat menjadi guru di Lubuk Pakam, Marlis kemudian lebih memilih menjadi seorang pengusaha.

Dia merintis karir dari bawah sekali, menjual bibit tanaman dari rumah ke rumah, kemudian menjadi supplier barang barang dan jasa untuk pemerintah, Propinsi, kabupaten dab kota, sampai kemudian bisa besar seperti sekarang dengan memiliki kawasan objek wisata dan peternakan ayam petelur di Dharmasraya, Sumbar.

Marlis juga sukses merintis karir di organisasi pengusaha. Dia pernah menjadi Ketua Ardin Sumbar dan pengurus Kadin Sumbar, serta sejumlah organisasi lainnya.

Dalam keluarga, Marlis juga sukses membangun karir anak anaknya, dan menjaga keluarga tetap utuh sampai sekarang.

Sebab itu pula, Marlis merasa bahwa waktunya cukup banyak terluang, dan sayang sekali jika tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Oleh sebab itu, saat Ketua DPW Partai Nasdem Sumbar Fadly Amran menelpon dirinya untuk maju menjadi anggota DPRRI dari Dapil I Sumbar, Marlis menerimanya.

Marlis, sebagai orang politik, dua kali menjadi anggota DPRD Sumbar dan menjadi Ketua DPD Partai Hanura Sumbar dapat merasakan aura positif Partai Nasdem di Sumbar pasca mendeklerasikan Anies Baswedan sebagai Calon Presiden.

Bagi Marlis, Anies bukan orang lain, mereka sudah lama berkenalan. Marlis tau bahwa Anies adalah orang hebat, pantas menjadi presiden.

Pertemuan pertama Marlis dengan Anies Baswedan juga sangat istimewa. Dia diperkenalkan Ketua Dewan Pembina Partai PSI Jefry Geovani. Saat itu, mereka berempat, satu lagi saya tidak ingat, naik mobil pribadi JG dari Hotel Sultan, yang dikemudikan sendiri oleh JG.

Diatas mobil itu, Marlis sudah dikasi tau oleh JG bahwa Anies adalah calon presiden. Sebab itu, menjadi calon anggota DPRRI dari Partai Nasdem menurut hemat Marlis ibarat ‘Mailian Aie Tapi Sawah.’

Tanpa kerja terlalu keras, Partai dan Caleg Nasdem akan mendulang suara besar, khususnya di Sumatera Barat. Sebab dari auranya terlihat bahwa masyarakat Sumbar sangat suka dengan Anies Baswedan. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *