Taliban : Serahkan Lembah Panjshir, Ahmad Massoud : Uni Sovyet Saja Kami Lawan

  • Bagikan

Pendiri jaringan militan Taliban Afganistan Jalaluddin Haqqani (Ist)

KABUL – Kelompok anti-Taliban yang dipimpin Ahmad Massoud siap berperang dengan Taliban. Dia telah menolak mematuhi ultimatum Taliban untuk menyerahkan Lembah Panjshir, sebuah daerah di utara Kabul yang menjadi basis kelompoknya.

“Kami menghadapi Uni Soviet, dan kami akan mampu menghadapi Taliban,” kata Massoud saat diwawancara Al Arabiya, Ahad 22 Agustus 2021.

Massoud adalah putra Ahmad Shah Massoud, pemimpin utama perlawanan anti-Soviet di Afghanistan pada 1980-an.

Taliban telah melayangkan ultimatum kepada Massoud. Dia diminta menyerahkan Lembah Panjshir dalam empat jam. Namun Massoud menegaskan, ia tidak akan menyerahkan daerah di bawah kendalinya kepada Taliban.

Massoud mengatakan, dia siap memaafkan Taliban karena telah membunuh ayahnya. Syaratnya, kondisi perdamaian dan keamanan di Afghanistan.

Ahmad Shah Massoud terbunuh beberapa hari sebelum serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat (AS), pada 11 September 2001.

Ahmad Shah Massoud dibunuh oleh Alqaidah yang kala itu memperoleh perlindungan dari Taliban. Saat ini Massoud menyerukan pembentukan pemerintahan yang komprehensif di Afghanistan, termasuk dengan partisipasi Taliban.

Massoud memperingatkan perang tidak dapat dihindari jika Taliban menolak dialog. Pekan lalu, dalam sebuah editorial di Washington Post, Massoud mengatakan anggota militer Afghanistan telah bersatu dalam perjuangannya melawan Taliban. Mereka tahu bahwa hari itu akan datang.

Kemenangan Taliban Dikhawatirkan Memengaruhi Kelompok JI Massoud: Kami tak Ingin Perang, Tapi Kami Siap Lawan Taliban Ketika Bos Intelijen Pakistan dan Taliban Shalat Berjamaah

“Kami memiliki gudang amunisi dan senjata yang telah kami kumpulkan dengan sabar sejak zaman ayah saya,” kata Massoud dalam tulisannya untuk Washington Post.

Dia menyebut, beberapa pasukan yang bergabung dengannya baru-baru ini juga telah membawa senjata. “Jika panglima perang Taliban melancarkan serangan, mereka tentu saja akan menghadapi perlawanan keras dari kami,” ujar Massoud..

Pendiri Taliban

Pendiri jaringan militan Taliban Afganistan yang paling disegani dan ditakuti, Jalaluddin Haqqani, meninggal.

Dilaporkan Associated Press, 5 September 2018, Taliban mengatakan Haqqani meninggal pada Senin 3 September pada usia 71 tahun setelah dilaporkan sakit selama bertahun-tahun, termasuk penyakit Parkinson.

Karena kondisinya yang sakit, kepengurusan organisasi telah diberikan kepada salah satu dari 12 putranya, Sirajuddin, yang kemampuan militernya diakui dengan merencanakan dan melakukan beberapa serangan Taliban yang lebih berani.

Putra Haqqani juga merupakan wakil kepala Taliban, yang telah melancarkan serangan yang semakin canggih dan terkoordinasi terhadap pasukan keamanan Afganistan. AS mengatakan dalam laporan terbaru bahwa hampir setengah dari Afganistan berada di bawah kendali Taliban atau milisi lain.

Jalaluddin Haqqani, yang pernah dipuji sebagai pejuang kemerdekaan oleh Presiden AS ,Ronald Reagan, karena menentang invasi Uni Soviet di Afganistan selama Perang Dingin, telah lumpuh selama 10 tahun terakhir, seperti diutarakan juru bicara Taliban Zabihullah Mujahed.

Laporan kematian Haqqani tersebar luas pada 2015 dan tidak pernah terdengar kabarnya dalam beberapa tahun.

Mujahid menyebut Haqqani seorang sarjana agama dan prajurit teladan. Amerika Serikat menyatakan jaringan Haqqani sebagai organisasi teroris pada 2012, dan telah menjadi salah satu lawan paling sengit bagi pasukan AS dan NATO di Afganistan.

Baca: Taliban Sambut Ajakan Rusia Bahas Perdamaian di Afganistan

Namun kematian Haqqani diperkirakan tidak akan memengaruhi kekuatan atau strategi militer Taliban.

SIMAK JUGA :  Pandita Hindu Menolak Meninggalkan Afganistan, Jika Dibunuh Taliban Dianggap Takdir

Juru bicara Kementerian Pertahanan Afganistan, Mohammad Radmanish, mengatakan kematian Haqqani tidak berarti perubahan besar bagi Jaringan Haqqani.

“Secara operasional, kematiannya tidak akan berdampak pada kelompok itu,” katanya, seperti dikutip dari Aljazeera, dan menambahkan bahwa peran Haqqani dalam beberapa tahun terakhir lebih bersifat ideologis daripada praktis.

Jalaluddin Haqqani [theweek]

Sebagai salah satu mujahidin dari pemberontak Afghanistan, Haqqani bergabung dengan Taliban ketika mereka menyerbu Kabul pada September 1996, mengusir para pejuang lawan dari ibukota.

Haqqani termasuk di antara mujahidin Afganistan yang saat itu didukung Amerika Serikat untuk melawan pasukan Uni Soviet yang memasuki Afghanistan pada 1979 untuk mendukung pemerintah komunis pro Moskow.

Haqqani dipuji oleh mantan Wakil Presiden AS, Charlie Wilson, sebagai “orang dengan segala kebaikan”. Setelah 10 tahun di Afganistan, Uni Soviet keluar dari negara itu dalam sebuah kesepakatan yang akhirnya menyebabkan runtuhnya pemerintahan Kabul dan pengambilalihan oleh mujahidin.

Informasi intelijen AS menyebut Haqqani sebagai “sosialis moderat” yang tidak menerima aturan ketat Taliban yang menolak pendidikan bagi para gadis.

“Haqqani lebih banyak berfungsi di wilayah militer, dan bukan kekuatan dalam mengatur isu-isu politik atau sosial Taliban,” kata pesan intelijen tersebut.

Baca: Diserang Taliban, 200 Militan ISIS Menyerah ke Pasukan Afganistan

Lahir pada 1947 dari suku kuat Zardran yang mendominasi provinsi Paktia, Paktika, dan Khost di Afganistan tenggara, Haqqani adalah teman dekat Osama bin Laden, yang sering berlindung di kamp-kampnya di luar Khost.

Hubungan Haqqani dengan Pakistan ketika ia mempelajari bentuk Islam konservatif di madrasah Darulaman Haqqania, atau sekolah agama, di barat laut Pakistan. Ulama tertinggi sekolah, Maulana Sami-ul-Haq, pernah berkata dalam wawancara kepada Associated Press bahwa Haqqani adalah murid yang serius.

Penafsiran keras Haqqani tentang Islam telah meluncurkannya di jalan menuju pemberontakan di awal 1970-an ketika ia kembali ke Afganistan untuk membuka madrasah dan mengorganisir sebuah gerakan melawan raja Afganistan, Raja Zahir Shah, menurut dokumen AS yang tidak diklasifikasikan untuk melacak karier militan Haqqani.

Selama tahun 1980-an, kecakapan militer Haqqani di Afganistan menarik perhatian Amerika Serikat dan Pakistan. Dia pun menerima bantuan uang dan senjata dari AS.

Anggota Taliban membawa senjata sembari mengendarai sepeda motor di Nangarhar untuk merayakan gencatan senjata di timur Kabul, Afganistan, Sabtu, 16 Juni 2018. Taliban memasuki Kabul melalui gerbang di selatan dan tenggara. REUTERS

Pejuang dari dunia Muslim direkrut untuk melawan Uni Soviet, dan Osama bin Laden termasuk yang pertama mendaftar. Banyak pejuang Arab tertarik ke arah Haqqani karena ia adalah seorang pembicara Arab dan seorang pejuang yang keras. Mereka yang tetap tinggal di Afganistan, termasuk pemimpin baru al-Qaida, Ayman al Zawahri, diyakini dilindungi oleh jaringan Haqqani, dan mereka diyakini membantu mendanainya.

Baca: Afganistan Bebaskan 149 Sandera Korban Penculikan Taliban

Setelah Rusia pergi dan pemerintah komunis Afganistan jatuh, Haqqani menjabat sebagai menteri kehakiman. Dia segera meninggalkan pemerintah mujahidin, frustrasi karena pertikaian yang tak usai, dan kembali ke Khost di mana dia mempertahankan kontak dekat dengan militan, termasuk Osama bin Laden.

Setelah mengambil alih kekuasaan pada September 1996, Taliban merangkul Haqqani karena keterampilan militernya, menurut data intelijen 1998 dari Kedutaan Besar AS di Afganistan. (CNN/Tempo/AFP)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *