Sebuah Petisi Minta Jokowi Lockdown Indonesia, Kasus Baru Covid Terus Meningkat

  • Bagikan

JOKO WIDODO

JAKARTA – Sebuah petisi online dan ratusan orang yang tergabung dalam Lapor Covid-19 meminta Presiden Jokowi melockdown Indonesia, menyusul naiknya kasus baru Covid-19.

Para peneken petisi itu mendesak Presiden Joko Widodo agar lekas melakukan karantina wilayah atau lockdown.

Mereka menandatangani petisi dengan desakan tersebut lantaran menilai penularan virus corona (Covid-19) di tanah air sudah sangat tinggi.

Seperti dikutip dari CNNIndonesia.com hingga pukul 15.40 WIB, Jumat (18/6), petisi yang disertai surat terbuka dan dibuat melalui Google Documents itu telah diteken oleh 210 orang.

Dalam petisinya, masyarakat sipil meminta agar Jokowi menggunakan wewenang secara arif dalam mengambil tindakan yang cepat, pasti, efektif, konsisten, dan terkoordinasi dengan baik bersama seluruh jajaran pemerintahan dari atas sampai kebawah.

Mereka meminta agar dalam situasi darurat kesehatan publik seperti sekarang, pemerintah bukan waktunya lagi memikirkan ekonomi, investasi, dan infrastruktur.

Masyarakat sipil meminta Jokowi dalam tiga bulan ke depan untuk fokus pada aspek kesehatan sebelum sistem kesehatan dan rakyat kolaps.

Melalui surat terbuka yang berisi desakan dalam 10 poin, masyarakat sipil mendesak agar Presiden Jokowi lekas memperbaiki Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), prehospital care, rujukan, ambulan dan pelayanan di puskesmas dan rumah sakit, serta meningkatkan kapasitas guna mengantisipasi lonjakan kasus.

“Mengeluarkan keputusan untuk karantina wilayah dan mempertegas pembatasan pergerakan fisik, dengan sanksi yang tegas, serta memberi dukungan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan sosial,” tulis mereka dalam petisi.

Poin ketiga, meningkatkan tes dan lacak, yang sampai sekarang masih di bawah standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Keempat, menunda pembukaan sekolah tatap muka, sampai terjadi penurunan kasus. Dan kelima, mempercepat vaksinasi gratis untuk semua orang di atas 18 tahun, dengan memprioritaskan pada manusia lanjut usia.

Kemudian pada poin enam, memperbaiki sistem pendataan dan pelaporan kasus serta kematian karena Covid-19, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang akurat tentang kondisi pandemi. Sebab menurut mereka, menutupi kasus dan kematian, hanya akan membuat masyarakat semakin abai dengan protokol kesehatan.

SIMAK JUGA :  OPINI Denny JA: Kasus Rocky Gerung dan Wilayah Abu-abu

Poin tujuh, masyarakat meminta Presiden Jokowi meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan sebagai bentuk penguatan puskesmas selaku garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat serta relawan COVID-19 termasuk petugas di komunitas mikro.

Poin delapan, memperkuat fasilitas kesehatan khususnya puskesmas dan rumah sakit dengan suplai Alat Pelindung Diri (APD) yang baik dan sesuai standar; pembayaran insentif tenaga kesehatan sesuai tanggal yang dijanjikan; kesediaan alat penunjang kesehatan seperti kasur, tabung oksigen, obat-obatan, fasilitas tes; hingga reaktivasi rumah sakit atau fasilitas kesehatan tambahan

Poin sembilan, menjamin perlindungan tenaga kesehatan serta jaminan insentif dan santunan bagi tenaga kesehatan.

Poin kesepuluh, masyarakat sipil mendesak agar Jokowi mampu mengkomunikasikan kebijakan karantina wilayah dan pembatasan sosial yang ketat secara konsisten dan terus menerus melalui berbagai kanal media komunikasi yang dimiliki pemerintah nasional dan daerah.

Pula dengan pelibatan tokoh masyarakat, organisasi keagamaan dan elemen masyarakat lainnya hingga indikator epidemiologi memenuhi standar emas penanganan wabah.

“Saatnya mengambil tindakan tepat. Saatnya menyelamatkan bangsa Indonesia. Karena setiap nyawa adalah harga yang tidak terbayarkan,” tutup petisi tersebut.

KASUS BARU MENINGKAT TAJAM

Sementara peningkatan jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia kembali mengkhawatirkan. Per Jumat (18/6), jumlah kasus baru bertambah hampir 13 ribu, tepatnya 12.990.

DKI Jakarta jadi penyumbang terbanyak dengan 4.737 kasus baru.

Lonjakan kasus baru di Indonesia membuat banyak daerah mengalami kesulitan dalam menangani pasien.

Khusus di DKI Jakarta, jumlah ruang isolasi hanya tinggal 12 persen sementara BOR di Wisma Atlet hanya tersisa 22 persen.

Lonjakan pasien di Wisma Atlet pun membuat nakes yang bertugas kewalahan bahkan sampai ada yang pingsan. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *