Marta Uli Emmelia Minta Kontraktor Jangan Abaikan Hak-hak Pekerja Morowali

  • Bagikan

JAKARTA – Kawasan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Bahodopi, Morowali seharusnya menjadi ladang mendapatkan rezeki bagi para pekerja lokal dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, namun berbagai persoalan telah mengabaikan hak-hak pekerja lokal terutama dari para kontraktor nakal. Kondisi ini telah menggerakkan Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru-Serikat Pekerja Indonesia (FSP Kerah Biru-SPSI) Kabupaten Morowali melakukan aksi unjuk rasa di Kawasan IMIP Bahodopi, pada Rabu, 16 Agustus 2023.

Marta Uli Emmelia, salah satu Ketua Bidang Pengurus Pusat Kerah Biru sangat menyesalkan kondisi tersebut. Menurutnya, pada 78 tahun perayaan Kemerdekaan Indonesia sudah seharusnya Indonesia bebas dari hal-hal yang merampas hak masyarakatnya terutama pekerja.

“Ketua Umum kami, Bapak Royanto Purba turun langsung mendampingi rekan-rekan di Morowali untuk berunjuk rasa, tentu ini suatu keteladanan dimana beliau ingin memastikan jalannya unjuk rasa tanpa anarkis dan turut melakukan dialog dengan pihak IMIP selaku pemilik Kawasan” ungkap Marta.

Marta lebih lanjut mengatakan :” Dari penjelasan Ketua Umum Kerah Biru kepada beberapa Pengurus Pusat Kerah Biru setibanya di Jakarta, sangat jelas ada pembiaran karena telah berlangsung cukup lama.”

Marta menuturkan bahwa para pekerja di Morowali yang bekerja di Perusahaan kontraktor mengalami banyak perlakuan yang sangat tidak manusiawi. Upah yang sering terlambat dengan alasan pihak Perusahaan Cina belum mebayar tagihan, bahkan ada pekerja yang tidak dibayar upahnya, pemaksaan bekerja pada pekerjaan yang berisiko tanpa perlengkapan yang memenuhi standar K3, dipaksa bekerja pada pekerjaan berisiko saat cuaca tidak baik, dan tak jarang sakitpun harus bekerja. Apabila menolak tentu si pekerja akan dikeluarkan.

Banyak juga Perusahaan-perusahaan kontraktor yang melakukan pungutan liar seperti tarif ID Card hingga 1.500,000,- padahal menurut penjelasan IMIP hanya Rp.50.000,- dan bahkan banyak pekerja bisa bekerja tanpa ID Card meski telah membayarnya dengan alasan kartu tersebut belum terbit.

“Ini jelas ada permainan, bagaimana mungkin bisa Perusahaan sekelas IMIP yang memiliki standar yang tinggi bisa terjadi hal-hal demikian jika tidak terdapat oknum di dalam ? Ini tidak boleh dibiarkan, ini harus diselidiki agar menjadi efek jera kedepannya” tandas Marta.

SIMAK JUGA :  Sri Mulyani : Situasi Sekarang Komplek, Pentingnya Kerjasama Global Dalam Penanganan Covid-19

Perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan organisasi tersebut juga sangat menyesalkan jika negara dalam hal ini Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Morowali tidak tahu akan hal tersebut.

“Lantas apa tugas mereka selama ini ? Mereka itu digaji oleh hasil keringat rakyat bahkan keringat para pekerja. Saya juga mempertanyakan Komite Pengawasan Ketenagakerjaan dalam melakukan fungsinya kenapa hal ini bisa luput?” tanya Marta.

Perempuan berdarah Batak kelahiran Pekanbaru tersebut juga menegaskan bahwa FSP Kerah Biru akan terus menindaklanjuti perjuangan rekan-rekan di Morowali di tingkat pusat.

“Ketua Umum tadi menjelaskan bahwa akan menyurati Komite Pengawasan Ketenagakerjaan, tentu dengan menunggu bukti-bukti dari pengurus cabang FSP Kerah Biru Kabupaten Morowali.”ungak Marta.

Ketua Bidang Ekonomi dan Bisnis FSP Kerah Biru tersebut juga menambahkan bahwa dirinya mengemban tugas yang tidak mudah, organisasi perlu pendanaan untuk pergerakan dan jalannya roda organisasi, tentu kedepan Kerah Biru tidak lagi sebatas permasalahan ketenagakerjaan semata akan tetapi bagaiman membuat program-program bagi anggota agar mendapatkan penghasilan lain diluar dari upah yang mereka terima.

“Saya berharap perusahaan-perusahaan nakal yang ada di Kawasan IMIP segera ditindak dan dibawa kejalur hukum. Saya juga minta agar pekerja di Kawasan IMIP tidak usah takut terhadap ancaman ataupun intimidasi untuk memberikan bukti-bukti konkrit terhadap adanya dugaan pelanggaran dari Perusahaan-perusahaan tersebut.” pungkas Marta.

“Jangalah kita sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi penjajah bagi saudara sendiri. Jujur saya sangat mengapresiasi rekan-rekan pekerja, meski tergolong muda namun semangat dan keberanian mereka patut diacungi jempol.” Tutup Marta.(*)

Source: Kerahbirunews

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *