Saatnya Pria Ambil Peran untuk Masa Depan Jawa Barat
Oleh: Kang Daddy, Aktivis Jawa Barat Istimewa – direktur Tan Malaka institute Jawa barat
Jawa Barat sedang berada di ambang krisis yang harus kita hadapi bersama. Lonjakan pertumbuhan penduduk terjadi begitu cepat—dan mirisnya, justru paling tinggi di kalangan masyarakat yang kurang mampu. Tak jarang, satu keluarga memiliki 3, 4, bahkan hingga 11 anak, sementara pendapatan tetap stagnan dan harga kebutuhan pokok terus melonjak. Akibatnya? Gizi anak terabaikan, pendidikan terbengkalai, dan masa depan generasi muda terancam.
Ini bukan sekadar isu kependudukan. Ini adalah problem multidimensi: meningkatnya angka pengangguran, melonjaknya angka putus sekolah, hingga ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akibat perang dagang dan situasi global yang tak menentu. Ketika pengeluaran keluarga membengkak tapi pendapatan tak berubah, maka kualitas hidup menurun, dan lingkaran kemiskinan akan terus berulang.
Lalu apa solusinya? Salah satunya: langkah praktis dan tepat sasaran seperti vasektomi.
Vasektomi: Simbol Cinta dan Tanggung Jawab Seorang Pria
Vasektomi adalah prosedur kecil—hanya memotong dan mengikat saluran vas deferens—tapi dampaknya besar. Sperma tidak lagi keluar, namun pria tetap bisa menikmati hubungan seksual seperti biasa, tanpa kehilangan kejantanan, tanpa kehilangan gairah. Cairan mani hanya berkurang 5% dan tidak berdampak pada performa.
Inilah bentuk cinta sejati seorang pria kepada istrinya. Bukti bahwa lelaki pun bisa dan harus ikut dalam program keluarga berencana. Kita tidak bisa terus menyerahkan semua beban kepada perempuan. Hamil, melahirkan, menyusui, hingga mendidik anak—sudah cukup mereka korbankan. Kini saatnya pria ikut melangkah.
Di negara-negara seperti India dan Tiongkok, vasektomi justru menjadi simbol kedewasaan dan kepedulian. Di sana, laki-laki yang sayang keluarga justru dengan sadar memilih vasektomi sebagai bentuk perlindungan terhadap istri dan masa depan anak-anaknya.
Saatnya Masyarakat Jabar Bangkit dan Berani
Sayangnya, di Jawa Barat, angka pria yang bersedia vasektomi masih sangat rendah—kurang dari 1%. Hal ini disebabkan oleh mitos dan ketakutan yang tidak berdasar. Padahal, vasektomi bisa dilakukan oleh dokter umum dan tidak membutuhkan operasi besar. Tidak ada risiko besar, tidak ada perubahan hormon, dan tidak mengganggu kehidupan rumah tangga.
Kita tidak bisa terus menunggu perubahan dari atas. Harus dimulai dari bawah, dari keluarga, dari masyarakat. Ketika jumlah anak bisa direncanakan, maka fokus orang tua bisa diarahkan pada kualitas: pendidikan yang layak, makanan bergizi, dan perhatian yang cukup.
Bantuan sosial sebesar Rp2 juta per anak hanya akan efektif jika keluarga mampu mengelola jumlah anak dengan bijak. Jika tidak, maka bansos itu akan habis tanpa menyentuh akar persoalan.