KADIN Minta Perguruan Tinggi Hilangkan Gap Soft Skill Lulusan, untuk Dukung Pasar Kerja

  • Bagikan

KETUA Umum Kadin Indonesia Arsyad Rasyid menyampaikan sambutan secara daring pada acara melepas 29 mahasiswa magang Unesa ke Jepang di Menara Kadin Kuningan Jakarta, Senin (6/2). (Foto : Awe/HI)

JAKARTA (Harianindonesia) – Ketua Umum Kadin Indonesia Arsyad Rasyid meminta perguruan tinggi menghilangkan gap soft skill lulusan, untuk menyelaraskan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri.

WAKIL Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia Adi Mahfudz Wuhadji menyerahkan Piagam kepada perwakilan Atase Ketenagakerjaan pada Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, usai acara melepas 29 mahasiswa magang ke Jepang di Menara Kadin Kuningan Jakarta. (Foto : Awe/HI)

“Problema kita itu adalah adanya gap antara skill lulusan dengan kebutuhan tenaga kerja industri. Sebab itu saya minta perguruan tinggi segera menghilangkan gap soft skill lulusan supaya kebutuhan tenaga kerja di era 4.0 ini bisa kita penuhi, termasuk di negara Jepang sendiri,” ujar Arsyad Rasyid saat menyampaikan sambutan secara daring pada acara melepas 29 mahasiswa program internship dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Menara Kadin Jakarta, Senin (6/2).

Kadin Indonesia melalui program internship melakukan kerjasama dengan kalangan perguruan tinggi untuk penempatan mahasiswa di perusahaan luar negeri, termasuk Jepang, sebagai program kuliah lapangan selama dua semester sekaligus menimba ilmu terapan kerja di perusahaan.

Program ini, kata Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia Adi Mahfudz Wuhadji, merupakan pengembangan dari program vokasi Kementerian Pendidikan dan Teknologi yakni Belajar Merdeka-Kampus Merdeka (BMKM).

Program BMKM adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk pengembangan motorik di luar kampus, termasuk pekerjaan lapangan dan pemagangan selama dua semester.

Menurut Arsyad program internship bukan program magang biasa, tetapi berkelanjutan sampai setelah mahasiswa lulus. “Setelah lulus, para mahasiswa kami tempatkan lagi di perusahaan di Jepang melalui program Tokutei Ginou atau Specified Skilled
Workers (SSW), dengan kontrak kerja selama 5 tahun.” papar Arsyad.

Arsyad menyebutkan peluang kerja di Jelang ke depannya sangat terbuka. Sebab negara Sakura ini sedang mengalami krisis angkatan kerja produktif. Jumlah penduduk berusia 65 tahun melebihi populasinya dibandingkan penduduk berusia muda.

Adi Mahfuz menambahkan bahwa permintaan tenaga kerja dari Indonesia ke Jepang sebenarnya mencapai 12.000 orang. Namun dari realisasi yang berhasil dikirimkan baru sebanyak 3 persen, atau jauh lebih rendah dibandingkan tenaga kerja asal negara lain.

Wakil Rektor I Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Suprapto mengakui bahwa kalangan perguruan tinggi memang masih belum mampu melepaskan diri dari gap soft skill lulusan, sehingga setelah tamat tidak tau mau masuk kerja kemana.

SIMAK JUGA :  Kadin Sumbar Vaksinasi Gratis Pengurus, Keluarga dan Karyawan Perusahaan

Menteri Pendidikan, sebut Suprapto, memang meminta kepada kalangan perguruan tinggi untuk mengembangkan student mobility yakni melakukan kuliah lapangan atau magang di perusahaan sehingga mahasiswa memiliki pengalaman langsung dalam mengelola kegiatan atau kerja.

“Kami sangat berterimakasih sudah ditunjuk sebagai perguruan tinggi pertama yang melibatkan mahasiswanya dalam program internship ke Jepang selama satu tahun. Mudah mudahan hal ini akan menjadi pengalaman sangat berarti bagi mahasiswa kami dan lainnya nantinya,” ujar Suprapto.

Dirjen Pendididikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaaan, Riset dan Teknologi diwakili Direktur Akademi Vokasi Perguruan Tinggi Benny Bandananadja mengakui bahwa program BMKM memang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan skillnya selama kuliah.

“Program BMKM memamg dirancang supaya setelah lulus para mahasiwa mendapatkan gaji yang besar dari perusahaan. Sebab mereka sudah memiliki soft skill saat lulus dari kampusnya,” ujar Benny.

Benny menyebutkan bahwa program internship yang dikembangkan Kadin Indonesia untuk memenuhi pasar tenaga kerja di luar negeri, termasuk di Jepang sangat sejalan dengan program BMKM.

“Penetapan masa kerja selama lima tahun di perusahaan luar negeri bagi lulusan perguruan tinggi di dalam program lanjutan internship Kadin Indonesia sangat tepat. Sebab memberikan peluang kepada lulusan untuk memupuk modal dan pengalaman kerja dari perusahaan luar negeri,” ujar Benny.

Sasaki Hiroki, Atase Ketenagakerjaan di Seksi Ekonomi Kedutaan Besar Jepang di Indonesia pada kesempatan yang menjelaskan bahwa negaranya memang sangat membutuhkan suplai tenaga kerja memiliki skill khusus dari Indonesia guna mengatasi keterbatasan angkatan kerja di Negara Sakura itu.

Pihaknya, kata Sasaki, sudah beberapa kali melakukan pembicaraan dengan Kadin Indonesia membahas supplai tenaga kerja asal Indonesia ke Jepang.

“Hari ini kita berhasil mewujudkan salah satu program itu yakni dengan pengiriman mahasiswa magang ke perusahaan Jepang selama satu tahun. Kami berharap program ini bisa berlanjut dengan program lainnya,” ujar Sasaki.

Dia menyampaikan aspirasi kepada Kadin Indonesia dan WKU Kadin Bidang Ketenagakerjaan yang sudah mewujudkan program aksi pemenuhan kebutuhan angkatan kerja untuk negara Jepang.

Adi Mahfudz mengharapkan kalangan perguruan tinggi bisa memanfaatkan peluang pengiriman mahasiswa magang ke perusahaan di Jepang ini.

Dia juga menyampaikan bahwa misi pengiriman mahasiswa magang ke Jepang ini juga mendapatkan dukungan nyata dari Dirjen Imigrasi. “Pak Dirjen menyatakan akan membantu proses administrasi keimigrasian mahasiswa yang akan kita kirim ke Jepang ini,” pungkas Direktur 16 Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Nasional ini.(*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *