Bertemu TPD DIY Jelang Kampanye Akbar, Mahfud MD Sebut Kemenangan Tinggal Menunggu Waktu

  • Bagikan

Cawapres 03 Prof Mahfud MD bertemu unsur TPD dan Relawan Ganjar Mahfud di DIY, Selasa (9/1/2024). Pada kesempatan itu, untuk pertama kali Mahfud MD menyebut kemenangan Ganjar Mahfud tinggal menunggu waktu saja lagi. (FOTO : TPN)

DIY – Harianindonesia.id :

Untuk pertama kali dalam perjalanan menuju Pilpres 2014, Cawapres Nomor Urut 3 Prof Dr Mahfud MD menyebut kemenangan Ganjar-Mahfud tinggal menunggu waktu saja lagi.

Pernyataan itu disampaikan Mahfud MD saat bertemu Tim Pemenangan Daerah (TPD) yang terdiri dari perwakilan partai pengusung dan relawan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Hotel Ambarukmo, Kabupaten Sleman, DIY Selasa (9/1/2024) itu.

“Kemenangan itu hanya soal waktu. Yang penting kita kerja keras. Saya juga optimis begitu, kemenangan hanya soal waktu saja,” kata Menkopolhukam itu.

Bukan tanpa sebab, Mahfud melihat peta dukungan Ganjar-Mahfud di DIY sangat besar. Dukungan rakyat tersebut, kata Mahfud, membuat provinsi ini menjadi lumbung suara pasangan nomor urut 3.

“Pemetaan yang sekarang itu Jogja merupakan salah satu yang kuat, lumbung suara Ganjar Mahfud. Artinya proyeksi kemenangan insya Allah kalau kita pertahankan,” imbuh Mahfud.

Oleh karena itu, Mahfud menyebut peluang kemenangan di DIY terbuka lebar dan akan semakin berpotensi terwujud apabila semua motor penggerak pemenangan dapat terus bergerak masif dan kreatif.

“Peluang kita itu sebenarnya cukup besar kalau kita mau bekerja sungguh-sungguh,” kata Mahfud.

Dalam konsolidasi bersama TPD DIY, Mahfud juga menerima laporan canvassing sosialisasi dari masing-masing tim yang hadir. Sejumlah relawan menjelaskan berbagai canvassing dan pergerakan untuk pemenangan Ganjar-Mahfud.

“Untuk DIY larinya sudah cukup kencang mudah-mudahan tidak ada batu penghalang. Mudah-mudahan tidak terkejar untuk DIY sebagai salah satu lumbung suara Ganjar Mahfud,” tutur mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.

Mahfud pun mengapresiasi gerak cepat relawan yang turut mengkonsolidasikan sekaligus mensosialisasikan Ganjar-Mahfud di masyarakat. Mahfud mengajak semuanya memperjuangkan Indonesia Unggul di masa depan.

Hidup Pas-pasan Saat Sekolah di Yogya

Sementara itu, dari tayangan live akunnya di Tik tok terungkap fakta unik kehidupan masa muda Menkopolhukam itu. Salah satunya adalah Mahfud ternyata saat sekolah di Yogya sering tidur di kuburan Cina.

SIMAK JUGA :  Atikah Ganjar Ungkap Banyak Keluhan dari Warga Tidak Mampu yang tak Mendapat Bantuan Sosial (Bansos)

Kisah menarik dari Mahfud itu terungkap saat melakukan live TikTok di akun @mohmahfudmdofficial miliknya pada Selasa (9/1/2024) malam. Seorang TikTokers bernama Chandra Dirgantara bertanya kepada Mahfud soal kehidupannya saat sekolah dan kuliah di Yogya.

“Prof, kabarnya dulu waktu sekolah di Yogya sering tidur di kuburan Cinq. Apa yang membuat Prof tidak punya rasa takut?,” tanya Chandra yang dibacakan Mahfud.

Sontak pertanyaan itu membuat Mahfud tergelitik. Sambil tertawa kecil, Mahfud menjelaskan alasan tidur di kuburan Cina saat itu. Kira-kira kenapa ya?

“Dulu waktu saya sekolah tempat kos saya itu hanya anyaman bambu. Rumahnya sederhana sekali, tidak ada listrik,” kata Mahfud mulai bercerita.

Mahfud menjelaskan kalau di tempat kosnya itu memiliki kamar yang sempit dan tidak ada listrik. Penerangannya hanya ada dari lampu ‘templok’ yang mengeluarkan cahaya kuning.

“Sementara kuburan Cina mewah waktu itu. Pakai porselen, ada lampunya, ada yang bersihkan,” lanjut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.

Kondisi kuburan Cina yang disebut Mahfud mewah itu akhirnya menjadi tempat belajar tiap malam. Di sela-sela belajarnya, seringkali Mahfud tertidur karena merasa nyaman.

“Saya tidur di situ sambil belajar, maksudnya bukan untuk tidur, tapi untuk belajar, tidak usah bayar listrik dan tidak menakutkan,” kata Cawapres pasangan Capres Ganjar Pranowo ini.

Kehidupannya yang serba pas-pasan tidak membuat Mahfud merasa terhalang untuk terus belajar, mengejar impian di Kota Pelajar, Yogyakarta.

“Kuburannya kan ramai, bersih, ada lampunya dan terang benderang, bukan kayak kuburan di kampung gelap menakutkan gitu,” sambungnya.

Pada tahun 1974, Mahfud mendapat beasiswa, berangkat dari pulau Madura ke Kota Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan. Sebagai anak kampung yang terlahir dari keluarga yang sederhana, Mahfud tidak merasa minder.

Mahfud juga tercatat sebagai anak yang unggul dan berprestasj, baik saat sekolah di Pendidikan Hakim Islam Negeri (saat ini menjadi MAN 1 Yogyakarta), maupun saat kuliah di UII dan UGM. Bahkan Mahfud berhasil meraih Guru Besar Hukum Tata Negara di usia 41 tahun, usia yang sangat muda untuk meraih gelar professor pada saat itu. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *