Melihat Jalan Tol Sumatera (1): PDG – PKU, Mau Tumbuh tapi Lambat di Lahan

  • Bagikan

Oleh : Awaluddin Awe
Wartawan Harianindonesia.id

PADANG – Selama dua pekan saya sempat berkeliling di pulau Sumatera melihat langsung pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang dikerjakan oleh PT Hutama Karya (persero) bersama sejumlah subkontraktornya seperti HK infrasuktur (hki), PT Adhi Karya dan Waskita Karya.

Saya memulai perjalanan dari Padang. Di situ ada proyek pembangunan jalan tol Ruas Padang – Sicincin sepanjang 37 Km, yang terbentang sejak dari jalan Bypass Padang dan berakhir di Kapalo Hilalang, Kayutanam.


Pintu masuk dan keluar jalan tol Padang Sicincin di jalan bypass Padang (foto : ist)

Ruas jalan tol Padang – Sicincin adalah bagian pertama dari sayap, sirip atau feeder dari jalan utama (maindroad) Pekanbaru – Pangkalan sepanjang 83KM.

Ruas tol Padang Pekanbaru, nantinya akan tersambung dengan ruas jalan utama tol Rengat – Pekanbaru sepanjang 175 Km.

Saat ini, pembangunan ruas Jalan tol Padang – Sicincin sudah mencapai 34,129 persen, dengan rincian progres pekerjaan konstruksi sebesar 17,300 persen, dengan bobot jalan yang sudah terbangun sepanjang 4,77 Km dari panjang keseluruhan 37 Km, dan bobot pengadaan material sebesar 16,829 persen.

Project director Jalan Tol Padang Sicincin, PT HK, Marthen Robert Singal, dilokasi jalan tol Pdg Sicincin (foto : Awe/HI)

“Bobot pekerjaan konstruksi dan pengadaan material jalan tol Padang – Sicincin sebesar 34,129 persen dan dengan daya serap anggaran mencapai Rp1, 067 triliun lebih itu, posisi bulan Desember 2020,” kata Project Director Jalan Tol Padang Pekanbaru PT Hutama Karya JT, Marthen Robert Singal, di Padang, beberapa waktu lalu kepada Harianindonesia.id.

Pembangunan ruas jalan tol Padang – Sicincin ini, diakui Marthen terlambat dibandingkan ruas jalan tol lain di Pekanbaru, Medan dan Aceh.

Ruas jalan tol Pekanbaru – Dumai, Medan – Binjai dan Indrapuri – Blangbintang Aceh yang pekerjaannya relatif berdekatan dengan ruas Jalan Tol Padang Sicincin, sejak tiga tahun yang lalu, kini sudah beroperasi dan dinikmati oleh masyarakat setempat.


Pekerjaan badan jalan tol Padang Sicincin (foto : Awe)

Penyebab lambatnya pembangunan jalan tol Padang – Sicincin, kata Marthen, adalah disebabkan pembebasan lahan yang rumit karena kepemilikan tanah kaum, dimana keputusan setuju diganti rugi atau tidak oleh pihak proyek, harus kesepakatan semua keluarga kaum pemilik tanah.

“Padahal, keluarga kaum itu, tidak semuanya berada di kampung. Malah banyak yang di rantau. Satu saja tak setuju, kita harus tunggu dulu, yang satu itu setuju. Baru bisa dibayar,” jelas Marthen.

Meski demikian Marthen dan tim Hutama Karya bersama tim pembebasan lahan terus melakukan inovasi dalam pembebasan lahan. Sampai akhir Desember 2020 lalu, jumlah lahan yang sudah dibebaskan sudah mencapai 26 Km.

Oleh sebab itu, PT hki sebagai pelaksana kontruksi jalan tol Padang – Sicincin terpaksa membangun struktur jalan yang melompat lompat dari satu titik ke titik yang lainnya. Artinya, jika sudah ada lahan yang bebas langsung dibangun sampai selesai. Selanjutnya jika ada lagi lahan yang sudah bebas, meski jaraknya berjauhan, tetap dilalukan pekerjaan struktur jalan tolnya.

“Saat anda di titik 0 -800 meter tadi, saya sedang berada di titik 4000 meter. Jadi saya mesti balik lagi ke arah anda,” begitu Marthen menjelaskan situasi dan kondisi jalan tol yang sedang dibangunnya.

Marthen memang harus mengebut cepat pembangunan ruas jalan tol Padang – Sicincin dan harus selesai Desember 2021 ini guna menyokong ruas Jalan Tol Padang – Pekanbaru yang diharapkan selesai sebelum 2024.

Sebaliknya pembangunan ruas jalan tol Pekanbaru – Bangkinang dan Bangkinang – Pangkalan (batas Sumbar) juga sedang berlangsung.

Jalan tol Medan – Binjai (foto : ist)

Masalah justru muncul dari lanjutan jalan tol dari Kapalo Hilalang Padang Pariaman – Bukittinggi, Bukittinggi – Payakumbuh dan Payakumbuh – Pangkalan. Sebab ruas ini rupanya baru masuk dalam prioritas ketiga dalam pembangunan ruas tol Sumatera. Artinya ruas tol tadi harus dibahas lagi soal perencanaan dan pembiayaanya oleh HK dengan pemerintah.

SIMAK JUGA :  STIH TB Palangka Raya Kunjungi Destinasi Wisata Taman Nasional Sebagau

“Jika sudah disetujui perencanaan dan pembiayaannya maka kami akan lanjutkan pembangunan sampai batas Sumbar di Pangkalan,” jelas Marthen.

Lambatnya penyelesaian pembangunan ruas jalan tol Padang – Sicincin dan terusannya juga berakibat lambatnya pengoperasian jalan tol Padang – Pekanbaru. Padahal ruas jalan tol ini sangat dibutuhkan untuk melepas isolasi daerah Sumbar dari percaturan bisnis dan ekonomi di regional Sumbar, Riau dan Jambi.

Harus Digesa Sumbar

Pakar transportasi dari Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang, Yossyafra, ST.M.eng,Sc.Phd menyatakan dilihat dari kendala transportasi yang dihadapi Sumbar selama ini,  maka pembangunan jalan tol Padang – Pekanbaru adalah salah satu solusi yang harus dilakukan untuk melepaskan sekat isolasi Sumbar dengan pusat kegiatan bisnis dan ekonomi di Sumatera dan Jawa.

“Secara teori, pembangunan jalan tol Padang – Pekanbaru sudah tepat mengatasi kendala transportasi Sumbar ke Riau. Sebab jika terus mengandalkan jalur jalan nasional Padang – Pekanbaru, jarak tempuhnya lama bisa mencapai 9 jam. Tetapi lewat jalur tol bisa tembus 2,5 sampai 3 jam saja,” kata Yos.

Hal itu, menurut Yos, bisa berpengaruh terhadap harga harga di Sumbar dan Pekanbaru disebabkan berlakunya hukum supplay and demand, sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi Sumbar, khususnya dibidang pariwisata dan jasa lainnya.


Pengamat Transportasi FT unand, Yossyafra, ST.M.eng,Sc.Phd (foto :ist)

Tetapi Yos mengingatkan bahwa pembangunan jalan tol juga berpengaruh terhadap budaya masyarakat dan lingkungannya, termasuk lingkungan satwa. Dia meminta pihak kontraktor memikirkan pembangunan jalur penghubung antara dua kelompok masyarakat yang terpisah oleh pembangunan jalan tol dan jalur satwa, seperti gajah.

Ekonom Unand, Prof Elpindri juga menyampaikan pandangan optimisnya jika jalan tol Padang – Pekanbaru selesai terbangun. Jalan tol, kata Elpindri, akan membuka kawasan ekonomi regional baru di Sumatera Bagian Timur (Sumbar, Riau dan Jambi).

Ekonom Unand, Prof Elpindri (foto : ist)

Subsektor ekonomi yang terpicu berkembang pesat oleh pembangunan jalan tol itu, kata Elpindri, bukan hanya pertanian dan perkebunan, tetapi paling terasa adalah di sektor pariwisata.

Sebagai daerah beralam indah dan natural serta kuliner yang huissss enak enak, maka motivasi orang Riau dan Jambi untuk datang ke Sumbar setiap akhir pekan, akan terus meningkat.

Selain itu, kata Guru besar Fakultas Ekonomi Unand ini, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan terangsang oleh kehadiran jalan tol ini. “Mereka akan diberikan kesempatan berjualan di 10 rest area sepanjang jalan tol Padang – Pekanbaru,” ujar ekonom yang konsen dalam pembinaan UMKM ini.

Ruas jalan tol Padang – Sicincin dipatok PT Hutama Karya akan dilewati kendaraan roda empat dan keatasnya sebanyak 14.576 per hari, dengan tarif Rp1000 per Km.

Berkaitan dengan prospek cerah jalan tol itu, Pakar Transportasi Unand Yossyafra sependapat bahwa Pemda Sumbar dan stake holdernya supaya lebih gesit mendorong pembebasan lahan di sepanjang jalur tol Padang Sicincin dan ruas lainnya sampai per batasan Riau (Pangkalan) supaya pembangunan ruas tol Padang – Pekanbaru bisa tuntas sebelum Presiden Jokowi mengakhiri pemerintahannya pada 2024.

Ada anekdot yang ditemui Harianindonesia.id seputar pembangunan jalan tol Padang – Pekanbaru adalah kado terindah dari Presiden Jokowi. Oleh sebab itu, sebelum Jokowi berhenti sebagai presiden, Pemda Sumbar dan stake holdernya harus berjuang mendapatkan tambahan investasi untuk seksi jalan tol Kapalo Hilalang Padang Pariaman sampai ke batas Sumbar di Pangkalan, supaya tol Padang ke Pekanbaru nyambung.

“Jika tidak, tol Sumbar akan mampet di Padang – Sicincin dan baru akan ketemu tol lagi di ruas Pangkalan – Bangkinang dan Bangkinang – Pekanbaru,” bunyi anekdot itu.

Seperti apa tanggapan Pemprop Sumbar dan bupati plus walikota yang daerahnya dilalui ruas jalan tol Padang – Pekanbaru, kita tunggu setelah gubernur dan wagub Sumbar baru dilantik. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *