OLIGARKI, KEKUASAAN HANYA ALAT UNTUK MEMPERTAHANKAN KEKAYAAN

  • Bagikan

Oleh : Bgd. Raymon Piliang

Beberapa dekade yang lalu oligarki tidak pernah berani tampil didepan kekuasaan, mereka sangat takut terlihat dan selalunya bermain dibelakang layar kekuasaan saja, namun sangat menentukan kebijakan-kebijakan penguasa saat itu.

Namun hari ini oligarki sudah tidak lagi bersembunyi di balik topeng-topeng kekuasaan, mereka sudah berani terang terangan muncul sebagai peserta kontestasi demokrasi, mereka sudah secara terang-terangan menampakan diri sebagai penguasa.

Di satu sisi hal ini mungkin kelihatan baik karena tampak lebih transparan, artinya ketika oligarki berkuasa kita bisa melihat orangnya langsung dengan duduk nya mereka di kursi parlemen atau bahkan kursi presiden.

Namun disisi lain ini bisa adalah jalan bagi para oligarki mempertahankan kekayaan mereka tanpa harus banyak mengeluarkan uang untuk melakukan suap ke sana sini, mereka cukup bersepakat saja dalam menentukan isi Undang-Undang yang akan menguntungkan bagi bisnis mereka.

Hari ini oligarki merasa harus terlibat langsung dalam kekuasaan disebabkan oleh ketakutan mereka akan kehilangan harta kekayaan mereka, bagi mereka kekuasaan itu bukan tujuan tapi hanya alat untuk menyelamatkan harta kekayaan mereka, bagi mereka kekuasaan itu hanya ibarat bisnis saja yaitu bisnis pertahanan kekayaan.

Mereka akan melakukan banyak hal untuk mempertahankan kekayaan nya, termasuk salah satu nya melalui instrumen demokrasi yakni pemilu, awalnya mereka akan menguasai partai-partai politik yang ada dengan berbagai cara.

Dan ketika mereka sudah menguasai partai politik maka mereka akan maju langsung sebagai kandidat atau menjadi bohir kandidat anggota parlemen, dan jika terpilih maka sudah barang tentu dengan mudah mereka akan menguasai parlemen karena mereka tidak hanya berada dalam 1 partai politik saja tapi hampir di semua partai politik yang ada.

SIMAK JUGA :  PKDP Menuju Pergaulan Nasional, dan Kekuatan Tradisional

Ketika sudah berkuasa mereka cenderung akan anti kritik, siapapun yang mengkritik kebijakan mereka pasti akan di intrik sampai tak berkutik, argumen akan selalu dijawab dengan sentimen, logika publik dilawan dengan kacamata kuda.

Metode ini akan sangat ampuh jika ditengah masyarakat sedang terjadi polarisasi pro dan kontra yang kental, jika pro pada sebuah isu yang menyerang oligarki maka akan di stempel sebagai anu atau bahkan akan di kriminalisasi.

Sampai kapan kah kita akan terus begini?

Mudah-mudahan parlemen dan presiden yang akan datang bukan dari golongan seperti ini. (*)

)* Penulis adalah anggota dewan redaksi Kabarpolisi Media Grup (KMG) Jakarta

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *