Sungai Efrat dan Tigris di Arab Alami Kekeringan Terburuk Sejak 900 Tahun Terakhir

  • Bagikan

Beberapa negara Arab mengalami kekeringan hebat dan merupakan yang terburuk selama 900 tahun akibat pemanasan global yang berpengaruh pada dua sungai utama di kawasan tersebut, sungai Tigris dan sungai Efrat. /REUTERS

HARIANINDONESIA.ID – Dengan meningkatnya suhu dan berkurangnya curah hujan, beberapa negara Arab telah mengalami kekeringan parah yang terburuk dalam 900 tahun terakhir.

Perubahan iklim ini telah mengakibatkan peningkatan penguapan, tingkat air yang lebih rendah, dan penggurunan yang menyebar.

Akibatnya, dua sungai utama di kawasan tersebut, sungai Tigris dan sungai Efrat harus mengalami kekeringan.

Konsekuensinya dapat dilihat tidak hanya pada mengeringnya lahan pertanian yang pernah dialiri, dan dislokasi serta pemiskinan petani kecil, tetapi juga dalam intensitas badai debu yang meningkat, dengan efek yang dirasakan hingga ke Jazirah Arab.

Salah satu negara Arab yang mengalami kekeringan hebat paling parah adalah Suriah yang saat ini sedang dilanda perang saudara.

Beberapa tahun tingkat hujan yang sangat rendah ditambah dengan salah urus pemerintah dan kurangnya pandangan ke depan mengakibatkan ratusan ribu petani Suriah terpaksa meninggalkan tanah mereka dan melarikan diri ke kota.

Tekanan yang mereka dan masuknya lebih dari satu juta pengungsi Irak menciptakan tekanan pada sumber daya, mempersiapkan tanah untuk perselisihan sipil dan ekstremisme, yang akhirnya meletus menjadi protes massal.

“Tanggapan brutal rezim Suriah terhadap kerusuhan ini hanya memicu kemarahan penduduk atas dislokasi dan kemiskinan mereka,” kata laporan lokal, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Nation, Senin, 13 September 2021.

Masalah kekeringan di Suriah diperburuk oleh bendungan sungai Eufrat di Turki yang mengurangi aliran air ke Suriah hingga 40 persen akibat kurangnya debit air.

Irak yang juga mengalami kenaikan suhu, tingkat curah hujan yang lebih rendah, dan penggurunan yang meluas telah secara lebih dramatis dipengaruhi oleh bendungan sungai Tigris dan sungai Efrat di Turki.

SIMAK JUGA :  Semakin Melonjak, WHO Perkirakan Keadaan Normal Kembali Ditahun 2022

Diperkirakan bendungan sungai Efrat telah mengakibatkan penurunan 80 persen pasokan air Irak.

Sebagian besar tanaman kurma Irak, yang pernah terkenal di seluruh dunia, kebun jeruk, dan sawahnya telah mengering.

Irak kehilangan rata-rata 100 mil persegi tanah subur setiap tahun akibat mengeringnya sungai Tigris dan Efrat menjadi sumber kehidupan negara tersebut.

Selain itu, tingkat air tawar yang sangat rendah di dua sungai itu kini telah terganggu karena aliran balik air asin dari Teluk Persia merembes ke sungai, menjadikannya tidak aman untuk konsumsi dan irigasi.

Ditambah lagi, Turki berencana untuk membangun 22 bendungan lagi di sungai Tigris dan sungai Efrat yang malah membuat situasi di hilir hanya akan memburuk.

Diperkirakan bendungan baru di sungai Tigris akan mengurangi air yang mengalir dari sungai itu ke Irak lebih dari 50 persen. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *