Kyai Taufieq : Pondok Pesantren Menjadi Alternatif Pilihan Sekolah, Itu Salah Besar

  • Bagikan

Gunungkidul, harianindonesia.id –
Pesantren lembaga pendidikan yang hadir di masyarakat sejak sebelum masa kemerdekaan, saat ini hanya menjadi anak tiri dari sistem pendidikan Nasional. Itu bisa di lihat dari minimnya animo masyarakat yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren, pesantren menjadi pilihan yang kesekian setelah pilihan sekolah umum. Di tambah dengan berkembangnya arus teknologi yang membongkar sekat-sekat nilai peradaban dan budaya yang ada, yang masyarakat sendiri tidak dapat membendungnya.

Hal ini membuat keprihatinan seorang kyai muda di Dusun Garotan, Desa Bendung, Kecamatan Semin, Gunungkidul. Taufieq Hidayat S. Th.I seorang Kyai muda pengasuh Asrama Pelajar Islam Pondok Pesantren Riyadlotut Tholibin yang terpanggil untuk mendarmabaktikan ilmunya di tengah masyarakat yang menurutnya sedang dalam pusaran gelombang perubahan jaman, hal itu disampaikannya saat di temui media Rabu (18/09/19).

“Pada awalnya saya sangat prihatin melihat pola beragama masyarakat pada umumnya, Karna saat ini banyak orang yang tidak kompeten dan tidak memiliki basic agama dan disiplin ilmu tentang agama berbicara tentang agama, sehingga membuat kebingungan tersendiri pada masyarakat, apa lagi dengan gempuran arus teknologi saat ini di mana pergaulan bebas antara lawan jenis yang bukan muhrimnya di anggap sebagai hal yang biasa-biasa saja, ini yang mengawali kenapa saya terpanggil membuat pondok pesantren ini,” jelasnya.

Taufieq juga menjelaskan pondasi keimanan dan akhlaqul karimah yang harus di bangun sejak dini, sehingga generasi penerus nantinya bisa menjadi contoh dan panutan saat terjun di masyarakat.

Taufieq mengatakan walaupun saat ini pemerintah sudah memberikan apresiasi kepada Pondok Pesantren khusunya santri dengan pencanangan hari santri namun di rasakan kurang maksimal, dimana sampai saat ini Pondok Pesantren bukan menjadi prioritas utama bagi orang tua dalam memilihkan lembaga pendidikan pada anaknya.

SIMAK JUGA :  Mediasi Gagal, Ribuan Perempuan di Bandung Barat Memilih Jadi Janda

“Bila orang tua menjadikan Pondok Pesantren sebagai alternatif lembaga pendidikan setelah anaknya tidak di terima karena zonasi sekolah umum ini kekeliruan yang sangat besar, karena anak yang menimba ilmu di pesantren ini harus memiliki kecerdasan intelektual yang mumpuni, dan memiliki mental yang kuat, kalo anak tidak miliki kecerdasan bagaimana mereka menghafal kitab-kitab yang ada di dalam pesantren,” katanya.

Taufieq berharap kedepannya pemerintah pusat dan pemerintah daerah khususnya dinas terkait dapat mengeluarkan legalitas kepada lulusan Pondok Pesantren setara dengan lulusan SMA atau SMK.

“Saya berharap pemerintah bisa mengeluarkan legalitas setara dengan sekolah umum yang juga di akui oleh dunia usaha dan profesional, ya….anak lulusan pesantren juga bisa jadi tentara walaupun ijazahnya pesantren atau jadi wartawan atau jadi profesi yang lain, sehingga masyarakat tidak hanya melihat sebelah mata, saat ini kan image yang tertanam di masyarakat kan lulusan pesantren cuma bisa mimpin tahlilan itu salah dan keliru besar,” harapnya.

Saat ini Asrama Pelajar Islam Pondok Pesantren Riyadlotut Tholibin terus melakukan pengembangan baik secara insfratruktur maupun tobosan lain dengan mengandeng sekolah-sekolah umum untuk memberikan informasi yang tepat sehingga masyarakat luas mengerti bahwa lulusan Pondok Pesantren Riyadlotut Tholibin dan Pondok Pesantren lainnya juga memiliki daya saing tinggi dengan lulusan SMA atau SMK. (WAP)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *