Hubungan Terkini Jokowi – Megawati, Pengamat : Presiden Lebih Nyaman dengan Luhut dan Airlangga

  • Bagikan

Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri (Ist)

HARIANINDONESIA.ID – HUbungan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) dengan partainya, PDIP dikabarkan sedang tak harmonis.

Indikatornya yakni berbagai kritikan yang dilontarkan langsung Ketum PDI Perjuangan Megawati kepada Pemerintahan Jokowi.

Pengamat Politik Hendri Satrio menilai saat ini Jokowi lebih nyaman dengan dua menterinya yakni Airlangga Hartarto dan Luhut Binsar Pandjaitan.

Persoalan korupsi bansos Covid-19 yang membelit Juliari Batubara juga dinilai mengubah hubungan Jokowi dan PDIP.

Sebelumnya, Megawati meminta Jokowi terjun langsung memimpin penanganan Covid-19.

Diketahui, Jokowi mendelegasikan penanganan pandemi kepada Luhut Binsar Pandjaitan.

Sementara, tugas pemulihan ekonomi saat pandemi diamanahkan kepada Airlangga Hartarto.

Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Megawati Rajin Kritik Pemerintah, Benarkah Hubungan PDIP dan Jokowi Renggang? Ini Kata Pengamat, Pengamat politik Hendri Satrio ikut menanggapi terkait gencarnya kritikan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri kepada pemerintah Joko Widodo (Jokowi).

Adapun, Megawati sempat mengkritik agar Jokowi memimpin langsung komando penanganan Covid-19 pada Rabu (4/8/2021) lalu.

Terbaru, Megawati kembali mengkritik Presiden untuk terjun langsung ke lapangan dalam menjalankan tugasnya.

Menurut Hendri, kritikan-kritikan yang dilontarkan Presiden ke-5 RI tersebut adalah hal yang wajar.

Terlebih, meski menjabat sebagai Presiden, Jokowi tetaplah seorang petugas partai.

Namun, dari kritikan tersebut, Hendri justru menyoroti renggangnya hubungan Presiden dengan PDIP.

“Kritikan-kritikan itu wajar ya, apalagi Megawati Ketua Partai Politik yang petugas partainya Jokowi.”

“Jadi menurut saya wajar, tapi yang perlu digarisbawahi hubungan Jokowi dengan PDIP itu memang sedang renggang,” kata Hendri, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Jumat (13/8/2021).

Menurut Hendri, melihat situasi saat ini, Jokowi justru lebih nyaman bersama para menterinya.

Di antaranya seperti Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

“Pak Jokowi kelihatannya lebih nyaman dengan pembantu-pembantunya yang kebetulan bukan berasal dari PDIP.”

“Beliau lebih nyaman dengan Airlangga Hartarto dan Luhut Binsar Pandjaitan yang awalnya berasal dari Partai Golkar,” ujar Hendri.

Menurutnya, satu di antara alasan kerenggangan hubungan Jokowi dan PDIP karena kasus korupsi bansos Covid-19 yang menjerat mantan Menteri Sosial Juliari Batubara.

Hendri meyakini kasus korupsi bansos Covid-19 sangat mencoreng pemerintahannya.

“Bukan salah Pak Jokowi juga, karena begitu diberikan tempat strategis, kemudian korupsi.”

SIMAK JUGA :  Borok Garuda Indonesia Dibongkar Yenny Wahid, Utang Naik Rp. 1 Triliun per Bulan Hingga Salah Beli Pesawat

“Korupsi bansos Covid-19 itu mencoreng betul pemerintahan Pak Jokowi,” tegasnya.

Di sisi lain, PDIP juga merasa dikaitkan dengan kebijakan-kebijakan dari pemerintah Jokowi yang kurang tepat.

“PDIP tidak ingin ada kebijakan yang tidak pro rakyat atau kurang tepat, karena itu juga berimbas pada elektabilitas PDIP di 2024,” jelasnya.

Megawati Kritik Presiden Terjun ke Lapangan

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri kembali mengkritik pemerintah Jokowi.

Dalam sebuah webinar, Megawati mengungkapkan pentingnya seorang pemimpin untuk turun langsung ke lapangan (blusukan) melihat masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Megawati dalam webinar Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan bertemakan “Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa”, Kamis (12/8/2021).

“Dengan negara sebesar ini. Ya harus menjadi pemimpin lapangan.

Makanya saya bilang ke Pak Jokowi, blusukanPak, blusukan.”

“Saya tuh dulu blusukan.

Bukan mau menyombongkan diri, tidak. Itu sebuah pengalaman hidup.

Luar biasa Indonesia ini,” kata Megawati, dikutip dari Kompas.com.

Presiden ke-5 RI itu mengatakan, seorang pemimpin tidak bisa hanya menggunakan teori untuk menjalankan tugasnya.

Namun, dibutuhkan pula praktik di lapangan dengan cara bertemu langsung rakyatnya.

Mega menggunakan istilah “blusukan” untuk bertemu langsung kepada rakyat, saat dirinya menjadi presiden.

Ia tak memungkiri, Presiden Jokowi juga turut serta didorongnya untuk menjalankan blusukan seperti yang pernah dilakukannya.

“Pemimpin itu harus memimpin rakyat banget.

Artinya bertemu dengan rakyat.

Istilahnya supaya rakyat itu tahu, hidungmu lho,” ujarnya.

Selain kepada Presiden Jokowi, Megawati mengaku juga mengajarkan hal tersebut kepada anak-anaknya, termasuk Ketua DPR Puan Maharani.

“Saya ajarkan juga kepada anak-anak saya, kepada Mbak Puan, kamu harus salaman.”

“Ini tangan saya, mungkin salaman sama orang lepra, mungkin salaman sama orang gatelan.

“Tapi itulah tangan rakyat, saya bilang,” tambah dia.

Kendati mengajarkan kepemimpinan blusukan, Megawati mengaku enggan berniat untuk menyalonkan kembali menjadi presiden.

Sebab, ia menyadari usianya yang sudah tidak muda dan mendukung untuk menjadi presiden.

Namun, hal tersebut menurutnya tak menghalangi untuk berhenti mengajarkan soal kepemimpinan.

“Karena sudah tua, enggak ada niat saya mau jadi presiden lagi.

Saya cuma mau bilang, pemimpin Republik Indonesia adalah harus pemimpin rakyat yang mengerti, yang mengerti yang namanya kehidupan rakyat sebenarnya seperti apa,” tegas dia. (*)

Source: Tribun

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *